Minggu, 23 Februari 2014

KUASA ALLAH dan kuasa manusia

Kenyataan sering kali terasa kelat, terlalu pahit.

Nabi Adam tak kuasa mencegah pertikaian anaknya. Akhirnya salah seorang anaknya terbunuh. Jangan pernah berfikir, mudah menjadi orang tua. Mengasuh anak itu sangat sulit.

Sebagai Utusan Allah, Nabi Adam memiliki tugas untuk membawa kabar kebenaran pada manusia, tentu saja karena Ia adalah manusia pertama, dan keluarganya adalah keluarga yang pertama, maka Ia harus memulai dari keluarganya. Sebagai ayah sebenarnya ia punya cukup kuasa untuk memengaruhi dan mengatur anaknya untuk hidup dalam dan dengan kebenaran. Namun faktanya, anaknya berpangkai tikai untuk saling bunuh. Kisah ini menegaskan, meski manusia punya kuasa, ada kuasa Lain yang lebih menentukan.

Nabi Nuh mengajak orang melaksanakan perintah Allah, agar selamat dunia akhirat. Ia beikhtiar dengan susah payah. Meski sangat sulit, akhirnya Nuh mulai didengarkan. Namun, anak dan istrinya bukan saja tak mengikutinya, bahkan bersama orang lain menjadi partispan aktif menantang dan menentang Nabi Nuh.

Sebagai seorang suami dan ayah, Nabi Nuh pastilah memiliki kuasa yang sangat memadai untuk memersuasi, mengajak, mengarahkan, membimbing, menuntun, memerintahkan, bahkan memaksa istri dan anaknya untuk mengikutinya agar hidup sesuai dengan perintah dan ajaran yang berasal dari Allah. Faktanya Nabi Nuh harus meninggalkan istri dan anaknya tergerus oleh banjir bandang yang dahsyat. Kuasa manusia memang sangat terbatas.

Sementara itu Nabi Ibrahim memiliki ayah ahli membuat patung yang digunakan sebagai sesembahan oleh kaumnya. Nabi Ibrahim menjadi penentang utama penyembahan patung. Menjalankan perintah Allah, Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung sesembahan itu.

Pastilah oleh kaumnya, ayah Nabi Ibrahim dicela karena gagal mendidik anaknya untuk mempertahankan keyakinan kaumnya. Ayah Nabi Ibrahim pastilah dianggap gagal menggunakan kuasanya untuk mengatur dan mengarahkan anaknya. Sebenarnya, kaumnya juga merasa bersalah karena tidak dapat menggunkan kuasanya untuk membelokkan keyakinan Nabi Ibrahim sejak ia belia.

Kisah Nabi Ibrahim bukan sekedar menegaskan bahwa kuasa manusia itu kecil dan terbatas, juga menunjukkan bahwa kuasa manusia tak berfungsi dan bermakna menghadapi hati dan keyakinan manusia. Kuasa Allah lah penentu. Karena itu bagi orang beriman, Nabi Ibrahim adalah teladan terbaik, ayah para Nabi.

Ingatlah kisah Nabi Yusuf. Para saudaranya berkomplot dan berkonspirasi untuk menyingkirkannya. Yusuf dibuang ke dalam sumur di padang pasir sepi yang sangat jarang dilewati manusia. Dengan perhitungan nalar manusia, pastilah Yusuf akan selesai di lubang sumur itu, ia akan tewas kehausan dan kelaparan, dan saat ditemukan sudah menjadi tulang-tulang bertumpukan. Manusia dengan kuasa, nalar, dan perhitungannya bisa membuat rencana apapun. Tapi yang berlaku adalah kuasa Allah. Hanya kuasa Allah yang bisa selamatkan Yusuf dari kejahatan dan kuasa manusia yang lebih sering jahat daripada baik.

Sebagai manusia Nabi Yunus merasa bahwa ia pasti mati. Bayangkan, berada dalam perut ikan yang sempit, gelap gulita, dan tanpa minuman dan makan apa saja yang ditemukan, bernafas pun pasti sangat sulit. Wajar bila Nabi Yunus sekelibatan mulai berfikir bahwa ia pasti mati di dalam perut ikan. Syukurlah, bahwa ia akhirnya sadar. Dengan kuasa dan nalar yang serba terbatas, manusia kerap kali terperangkap dalam simpulan-simpulan yang keliru. Nabi Yunus, memohon ampun pada Allah atas kezhalimannya dalam membuat simpulan. Ia merasa telah berbuat zhalim karena sempat melupakan betapa hebat dan menentukannya Kuasa Alllah. Akhirnya, berkat Kuasa Alllah Nabi Yunus selamat. Jika Allah bertindak dengan KuasaNya, tak ada yang mustahil bagi Allah.

Firaun sangat berkuasa, saking berkuasanya ia merasa dirinya adalah tuhan. Ia menjadi pemimpin dan eksponen utama penentang perintah Allah yang dibawa Nabi Musa. Ia kalah total dan tenggelam di laut. Firaun dipastikan terperosok dalam neraka. Namun, istrinya adalah orang baik. Allah menyebut istri Firaun adalah penghuni syurga.

Firaun sungguh sangat berkuasa, bisa menundukkan siapa saja, memerintah kaummya, bahkan untuk membunuh semua anak lelaki. Semua kaumnya tunduk patuh padanya. Tetapi ia tak kuasa terhadap istrinya. Istrinya pula yang memelihara anak lelaki yang kemudian menghancurkannya. Kuasa Allah lah yang mengatur agar Musa dihanyutkan ke sungai dan melintasi sungai yang tepat berada di bagian belakang istana Firaun. Inilah contoh nyata, betapa kuasa manusia itu amat sangat lemah dan terbatas.

Nabi Muhammad SAW memiliki seorang paman yang membelanya habis-habisan. Secara manusiawi dapat dikatakan pamannya itulah yang menyelamatkan saat petinggi dan kaum kafir Mekkah mau menghabisi Nabi.

Nabi diutus agar menyerukan kebenaran Allah untuk diikuti oleh manusia. Nabi bertugas untuk menyebarkan keyakinan iman pada manusia. Banyak orang menjadi pengikut Nabi, menjadi manusia beriman. Namun kita semua tahu, betapa sedih Nabi karena menjelang ajaL pamannya tetap tak dapat mengikuti Nabi menjadi orang yang beriman. Kisah ini sungguh membuktitegaskan bahwa kuasa manusia, bahkan bila manusia itu adalah Nabi, tetap sangat terbatas. Kuasa Allah yang menentukan. Oleh karena itu,

KUASA MANUSIA YANG TERBATAS, HARUS DIGUNAKAN UNTUK KEBENARAN DAN KEBAIKAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd