Rabu, 05 Maret 2014

AKU MAU BUNUH IBUKU

Ci (16 tahun) tinggi sekitar 153 cm dan berat sekitar 35 kg, berwajah pucat, rambut acak-acakan dengan mata seperti orang mengantuk. Ia selalu mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Ia hampir tak pernah berhenti merokok dan selalu mengomel, mengucapkan kata-kata kotor, memaki siapa saja yang lewat.

Karena itu banyak orang mengira wanita berkulit putih, tetapi berpenampilan seperti orang yang tak mengurus diri ini, orang gila. Ia tidak gila, tetapi frustrasi. Ia mukim di gubug reyot di pinggir rel, bersama banyak orang yang menempati gubuk-gubuk sempit. Ibunya pemulung, ayahnya juga pemulung yang sakit-sakitan. Dulu Ci juga ikut mulung dengan ibunya, mulai dari menggunakan kantong plastik sampai menggunakan kereta dorong buatan ayahnya.

Ci cukup lama jadi pemulung. Sejak kecil ia ikuti ayah atau ibunya mulung. Ketika punya gerobak ia lebih sering mulung dengan ibunya. Ia tak pernah sekolah atau mengikuti program pendidikan apa pun. Sebenarnya tidak jauh dari tempatnya mukim ada Lembaga Swadaya Masyarakat menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak-anak di oemukiman kumuh itu. Namun, ibunya tidak pernah izinkan ia mengikuti program itu.

Setiap kali pulang mulung ia biasanya bermain dengan teman-teman sebaya. Waktu bermain ini adalah saat menyenangkan bagi Ci dan teman-temannya. Mereka bisa bermain apa saja dengan gembira dan makan bareng. Seringkali mereka bermain sampai malam hari. Memang bagi anak-anak ini bermain di luar terasa menyenangkan, sebab tempat tinggal mereka sangat sempit. Jadi mereka baru pulang jika sudah mengantuk dan ingin tirdur.

Tetapi suatu kali, preman yang menguasai daerah itu menjemputnya dari gubuk reyot, dan membawanya pergi. Umurnya baru 12 tahun kala itu. Ia dibawa ke gubuk lain di seberang jalan yang jaraknya lebih kurang 500 meter dari gubuk reyotnya. Ia tidak suka pada preman itu karena suka mengganggunya dengan kata-kata kotor. Ia diberi makanan dan minuman yang enak, lepas tengah malam ia dipaksa 'melayani' preman itu berkali-kali. Ia merasa sakit luar biasa di seluruh tubuhnya, terutama kemaluannya. Begitulah seterusnya, ia diperlakukan seperti itu setiap hari. Ia memang selalu diberi makan enak, pakaian baru, dan macam-macam cemilan.

Hari-hari berlalu dengan rasa yang sangat menyakitkan. Ia tidak boleh ketemu ibu dan ayahnya. Setiap hari ketika si preman pergi, ada dua orang anak buah si preman itu menjaganya. Tiga bulan berlalu, dan ia mulai terbiasa dengan hidup yang baru ini.

Pada suatu malam si preman itu membawa temannya. Ia dipaksa 'melayani' orang itu. Waktu berlalu ia dipaksa 'melayani' lebih banyak lelaki, bahkan ketika menstruasi.

Ia sadar, ia telah dijual si preman itu. Ia kini mendapat uang setiap kali selesai melayani orang. Tetapi uang itu ia terima dari si preman, bukan dari orang yang dilayaninya. Ia sama sekali berapa sesungguhnya ia dijual si preman itu.

Ia kini memiliki lebih banyak kebebasan, boleh jalan-jalan dan pergi ke gubuk reyot ibunya. Ia mulai menyesuaikan diri dengan hidup baru ini. Bahkan ia berani menawarkan diri di tempat hiburan malam jalanan tak jauh dari gubuk tempatnya mukim.

Ci, kini jadi pelacur beneran. Ia sudah terbiasa dengan minuman keras, mabok berat, sampai-sampai tidur di kursi di stasiun kereta api. Katanya sengaja mabok biar kuat 'bertarung' dengan banyak lelaki. Tampaknya ia enjoy dengan hidup barunya. Penghasilannya menjual diri benar-benar dihabiskan untuk bersenang-senang, terutama mabok-mabokan. Si preman mengajari dan membiasakan Ci mabok agar bisa terus dia kendalikan.

Namu, belakangan Ci jadi pemarah dan berpenampilan seperti orang gila setelah tahu bahwa dulu ketika dibawa si preman, ia dijual oleh ibunya. Ia sangat marah dan dendam pada ibunya. Karena itu ia sering berucap 'Aku mau bunuh ibuku.'

Untuk bisa tetap tinggal di pemukiman kumuh itu dangan aman, semua penghuni harus membayar upeti harian pada preman itu. Ayah Ci beberapa kali sakit keras dan harus dibawa ke rumah sakit, serta pernah dirawat. Karena tak punya uang, ibu Ci berhutang pada preman itu. Akumulasi upeti dan biaya rumah sakit ternyata sangat besar. Ibu Ci tak punya kesanggupan untuk membayarnya. Rupanya preman itu sudah sering mengancam ibu Ci. Itulah sebabnya ia serahkan Ci agar  tetap bisa tinggal di situ mengurusi suaminya yang makin payah. Juga sekaligus melunasi hutang, serta dapat sedikit uang pegangan untuk berobat suaminya. Ibu Ci sadar telah berbuat salah. Tetapi ia merasa tak ada pilihan lain. Sungguh ini dilakukan karena sangat terpaksa.

Sejak tahu bahwa dijual ibunya, Ci sangat sulit didekati, meski diberi rokok dan minuman keras kesukaannya dia tetap tidak mau diajak bicara. Para pelanggannya bilang, ia tidak mau diajak bicara meski sudah dibayar. Ia tetap melayani, meski tak ada pembicaraan sama sekali. Para pelanggan muali agak takut padanya.

Satu-satunya orang yang bisa berbicara dengannya adalah lelaki pengasong rokok berusia sekitar 17 tahun bernama A, orang bilang itu pasangannya.

KEMISKINAN MEMANG BISA MENGHANCURKAN MANUSIA, TERUTAMA ANAK-ANAK.

14 komentar:

  1. Nama Kelompok :
    1. Diandra Sukma Zahara 4915122534
    2. Kamilia Fairuz Hisana 4915122535
    3. Natalia 4915122536
    Pendidikan IPS A 2012

    1. Teknik apa saja yang digunakan untuk pengumpulan datanya
    • Observasi, dan
    • Wawancara
    2. Bagaimana pemeriksaan keabsahan data dilakukan
    • Menggunakan perpanjangan pengamatan yaitu dengan peneliti kembali lagi ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti si peneliti akan semakin erat hubungannya dengan nara sumber dan tidak ada lagi kecurigaan pada peneliti, maka tidak adalagi informasi yang disembunyikan.
    3. Bila Anda yang lakukan penelitian, jelaskan langkah-langkah pelaksanaan penelitiannya.
    • Menentukan masalah yang masih remang-remang, dinamis, bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang/berganti setelah berada dilapangan.
    • Melakukan perjajakan pendahuluan dengan mendatangi tempat yang akan di teliti lalu membuat catatan lapangan.
    • Memfokuskan pada penelitian, serta
    • Penelitian lapangan
    • Melakukan analisis


    Terima Kasih,pak

    BalasHapus
  2. NAMA : FASSA FARHATUSSHOLIHAH PUTRI
    NIM : 4915131374
    P.IPS A 2013
    Anak sering sekali menjadi korban keganasan orang tua. Banyak anak yang menjadi korban dari orang tua nya sendiri hanya karena materi. Ya, materi memang segalanya di zaman sekarang ini. Orang tua hidup miskin, anak yang menjadi korban. Seperti menjual anak nya ke lelaki hidung belang misalnya. Itu menjadi jalan pintas kebanyakan orang tua, jika memiliki kehidupan yang miskin. Anak yang seharusnya di berikan hak nya, dan kewajiban orang tua melindungi dan menyayangi sang anak dengan sepenuhnya. Bukan menjerumuskan anak kepada ke sesatan. Tidak sedikit anak yang salah pergaulan karena kesalahan dari orang tua nya itu sendiri. Dalam segi apapun kehiduoan sang anak, dari mulai ia berperilaku, bertutur kata, berinteraksi dengan orang itu di bentuk dari pengajaran orang tua. Anak yang seharusnya dekat dengan orang tua, khususnya anak perempuan kepada ibunya itu biasnya ia lebih cenderung apa saja yang ia lakukan bercerita kepada sang ibu. Tapi di tulisan ini, ibu nya sendirinya lah yang menjerumuskan sang anak menjadi anak yang tidak benar, bahkan sang anak pun sangat membenci dan ingin membunuh ibu nya sendiri. Memang tidak lepas dari bidang pendidikan dalam tulisan ini. Sang anak yang dari umur 12 tahun tidak mengerti dia menjadi apa, hanya melaksanakan apa yang orang lai perintah. Jadi pendidikan sangatlah penting dan jangan sampai di pandang sebelah mata, karena dari pendidikan lah dimana kepribadian sang anak di bentuk dengan seharus nya, bukan malah di bentuk dengan tidak sewajarnya.
    1. Apakah ada masih bisa untuk sang ibu, mengubah pola kehidupan sang anak agar tidak seperti itu lagi. Dimana dari sang anak umur 12 tahun hingga 17 tahun? Sedangkan sang anak sudah terbiasa dengan hidup seperti itu?
    2. Adakah faktor selain dari kemiskinan, yang mempengaruhi semakin meningkatnya jumlah angka penjualan anak?
    3. Mengapa kemiskinan dapat menghancurkan manusia, terutama bagi anak-anak?
    4. Apakah jika jumlah angka kemiskinan rendah dan negara Indonesia sudah maju, tidak akan ada lagi orang yang di garis kemiskinan menjajakan dirinya dan bekerja seperti itu?

    BalasHapus
  3. Nama: Marsella dwi rahmah
    Nim: 4915131394
    Dalam tulisan yang bapak tulis berjudul “aku ingin bunuh ibuku” disini memang lagi-lagi kemisikinan yang membuat orang rela melakukan apa saja tanpa berpikir panjang akan dampak yang orang tersebut lakukan. Demi mempertahankan hidup orangtua rela menjual anaknya sendiri, sungguh tidak berhati nurani tetapi faktanya hal ini benar terjadi karena terdesaknya perekonomian keluarga seorang ibu tega menjual anak kandungnya sendiri kepada preman dan lelaki yang tidak dikenal. Anak-anak dibawah umur yang seharusnya sedang asyik dengan sekolah dan bermain dengan temannya justru harus merasakan sakitnya hidup. Tidak heran jika anak tersebut frustasi karena setelah ia mulai nyaman dengan apa yang ia kerjakan itu ternyata dibalik itu semua ibunya sendiri yang tega menjual dirinya kepada si preman tersebut. Si anak tersebut pasti merasa kecewa terhadap apa yang dilakukan ibunya walupun si ibu melakukan hal tersebut karena terpaksa demi keberlangsungan hidupnya. “KEMISKINAN MEMANG BISA MENGHANCURKAN MANUSIA, TERUTAMA ANAK-ANAK.” Banyak dari kejadian-kejadian anak-anak menjadi korban akibat kemiskinan.
    1. Dalam kisah tersebut bagaimana menurut bapak cara yang benar dalam mengatasinya?
    2. Apa yang harus dilakukan agar anak-anak dibawah umur mendapatkan perlindungan?
    3. Bagaimana seharusnya pemerintah memberantas kemiskinan agar perzinahan tidak terjadi lagi?

    BalasHapus
  4. Nama: Marsella dwi rahmah
    Nim: 4915131394
    Dalam tulisan yang bapak tulis berjudul “aku ingin bunuh ibuku” disini memang lagi-lagi kemisikinan yang membuat orang rela melakukan apa saja tanpa berpikir panjang akan dampak yang orang tersebut lakukan. Demi mempertahankan hidup orangtua rela menjual anaknya sendiri, sungguh tidak berhati nurani tetapi faktanya hal ini benar terjadi karena terdesaknya perekonomian keluarga seorang ibu tega menjual anak kandungnya sendiri kepada preman dan lelaki yang tidak dikenal. Anak-anak dibawah umur yang seharusnya sedang asyik dengan sekolah dan bermain dengan temannya justru harus merasakan sakitnya hidup. Tidak heran jika anak tersebut frustasi karena setelah ia mulai nyaman dengan apa yang ia kerjakan itu ternyata dibalik itu semua ibunya sendiri yang tega menjual dirinya kepada si preman tersebut. Si anak tersebut pasti merasa kecewa terhadap apa yang dilakukan ibunya walupun si ibu melakukan hal tersebut karena terpaksa demi keberlangsungan hidupnya. “KEMISKINAN MEMANG BISA MENGHANCURKAN MANUSIA, TERUTAMA ANAK-ANAK.” Banyak dari kejadian-kejadian anak-anak menjadi korban akibat kemiskinan.
    1. Dalam kisah tersebut bagaimana menurut bapak cara yang benar dalam mengatasinya?
    2. Apa yang harus dilakukan agar anak-anak dibawah umur mendapatkan perlindungan?
    3. Bagaimana seharusnya pemerintah memberantas kemiskinan agar perzinahan tidak terjadi lagi?

    BalasHapus
  5. NAMA : RENI NURJANAH
    NIM : 4915131388
    KELAS : P.IPS A 2013

    Tidak semua kemiskinan menyebabkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan masyarakatnya. Karena sesungguhnya itu tergantung pada individu-individu masing-masing. Sejauh mana mereka ditanamkan dan diajarkan nilai-nilai agama di dalam keluarganya. Kalau semisal seorang anak berperilaku kasar atau semena-mena terhadap semua orang, jangan sekali-kali hanya menyalahkan anak tersebut tetapi tengoklah sejenak siapakah bapak dan ibunya, bagaimana cara orang tuanya mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam keluarganya. Karena sesungguhnya tanpa orang tua sadari merekalah contoh dari setiap tingkah laku anak-anaknya. Oleh karena itu, kalau anaknya berperilaku kasar itu berarti secara tidak langsung orang tuanya mendidik dengan penuh kekasaran dan dengan suara yang menggelegar. Kemudian seharusnya sebagai orang tua yang baik janganlah perkataannya saja yang ingin didengarkan sedangkan perkataan anaknya digubris atau dianggap tidak penting. Sehingga ketika si anak tersebut melanggar perintah orang tuanya maka anak tersebut selalu mendapat omelan, begitu seterusnya. Cara mendidik seperti ini yang salah dan anehnya malah cara ini yang kian merebak di masyarakat luas. Akibatnya anak tersebut hanya mendapat pendidikan bagaimana agar orang tuanya tidak marah lagi terhadapnya sehingga apapun yang orang tua katakan kepadanya, ia selalu turuti tanpa memahami apa maksudnya. Kemudian di dalam tulisan ini sangat-sangat tidak menggambarkan peran orang tua dalam memberikan fungsi protection atau perlindungan yang baik terhadp anaknya. Justru yang kita lihat disini hanya karena hutang, orang tua tega menjual anaknya yang masih berumur 12 tahun. Memangnya tidak ada jalan lain selain mengorbankan harga diri sang buah hati. Mestinya orang tua tersebut berusaha terlebih dahulu mencari pekerjaan lain yang halal, toh sedikit demisedikit pasti hutangnya akan terbayar. Karena sesungguhnya Allah berfirman bahwa rezeki itu sudah ditentukan berdasarkan kadarnya masing-masing, dan berdoalah serta berusahalah niscahya aku akan mengabulkannya. Kalau sudah jadi seperti ini apa boleh buat, rusaklah generasi penerus bangsa ini baik dari segi moral, fisik, akal, dan pikiran.
    Pertanyaan :
    1. Bagaiman cara kerja ilmu dalam mendidik anak di lingkungan keluarga? Apakah mengalir begitu saja, ataukah terdapat metode-metode yang harus dilakukan?
    2. Apakah ada peran pemerintah dalam memberantas kasus ini?
    3. Lalu bagaimana cara bapak mensiasati anak muda zaman sekarang agar tetap memiliki moral yang baik?

    BalasHapus
  6. sungguh menyedihkan rasanya jika perekonomian suatu keluarga berada dalam tahap rendah, seperti cerita diatas ayahnya sedang menderita sakit, ibu dan anaknya bekerja sehari penuh untuk menyambung hidup tetapi hasil yang didapatkan tidaklah seberapa. beberapa orang banyak menggunakan uang untuk berfoya2 membeli barang yang padahal tidak penting kegunaannya untuk kehidupan mereka marilah kita lihat nasib orang2 yang financialnya dibawah kita agar kita sadar.
    setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kedua orangtuanya, justru anak tersebut bukan untuk disuruh suruh ataupun dipekerjakan maupun diperjualbelikan, tetapi dalam keadaan terjepit perekonomian mau tidak mau harus merelakan sang anak kpd preman. menurut saya, ini keputusan tidak tepat mengapa?? ketika sang ayah yang sedang sakit parah mengapa si ayah tidak berkorban untuk si anak yang padahal sang anak jalan hidupnya masih panjang masih banyak hal yang harus dilalui dan jika dibandingkan dengan si ayah tsb tidak ada apa apanya ia hanya menyusahkan dan tidak mau berkorban. si ibu mengambil keputusan salah. mengambil satu kata yang barusaja "setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kedua orangtuanya" dengan tambahan -jika orangtuanya itu benar2 sayang pada anaknya-.
    lalu bagaimana dengan kondisi psikologis anak tsb ketika ia mengetahui bahwa dia dijual oleh ibunya??
    apakah sang ibu benar benar merelakannya demi sang ayah dan tempat tinggalnya itu??
    masihkah bisa anak itu diselamatkan baik dari perilakunya dan gaya hidupnya yang selama ini dijalani??
    sekian dan trimakasih pak.

    BalasHapus
  7. Devy Novianti
    P.IPS Reguler B 2013
    4915133402

    Banyak realita di kehidupan sekarang seperti yang di ceritakan di atas, kerap faktor ekonomi yang rendah selalu berhubungan dengan kemiskinan, ya tentu saja.
    Bila dilibatkan rasionalkah atau tidak jika seorang ibu menjual anaknya demi membayar upeti kepada preman, maka hal tersebut bisa di katakan kejam dan tentu tidak rasional. Ibu yang mengandung selama 9bulan lamanya di dalam perut dan telah membesarkannya selama 16tahun dengan teganya menjual anak kandungnya sendiri.
    Empirisnya, di kehidupan sekarang cara yang paling mudah untuk mendapatkan uang ialah dengan menjual diri, itu merupakan salah satu cara jalan terakhir yang banyak di lakukan orang yang tidak mempunyai pemikiran serta iman yang kuat demi uang, seseorang dibuat tak berdaya oleh uang, miris sekali.
    Apakah bisa dikatakan ini tanda hari akhir, karena banyaknya manusia yang menjual dirinya hanya untuk uang? mengapa di dunia ini manusia terkesan selalu mencari-cari serta mendambakan uang, cenderung tidak mau berbagi karena takut jika uang yang dimiliki akan habis jika dibagikan kepada yang tidak mampu? mengapa manusia ingin selalu mempunyai yang lebih dan lebih?

    BalasHapus
  8. Adinda
    4915131389
    P.IPS A 2013
    Dalam tulisan Bapak yang berjudul “Aku Bunuh Ibuku” dalam sudut pandang saya menceritakan seorang anak yang menjadi pelacur karena ibunya yang menjual ia kepada preman. Ini dapat menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah Metode penelitian yang lebih menggunakan teknik analisis mendalam . Dapat dilihat dalam tulisan Bapak peristiwa seperti itu terjadi berawal dari kemiskinan yang terjerat dalam sebuah keluarga dengan keadaan yang sedang menghimpit yang memaksanya menjual si anak kepada preman. Menurut saya kejadiaan seperti itu terjadi salah satu faktornya adalah akibat seseorang tidak melaksanakan pendidikan yang seharusnya menjadi hak bagi setiap orang. Seorang ibu tidak menganjurkan anaknya untuk bersekolah bahkan melarangnya yang sebenarnya terdapat sekolah di sekitar pemukiman mereka. Anak rentan sekali terkena dampak yang diberikan oleh lingkungannya. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk pembekalan dirinya. Memang pengaruh lingkungan sekitar yang lebih besar mempengaruhi prilaku seseorang namun, setidaknya pendidikan dapat mengubah pemikiran seseorang agar dapat menentukan pilihan terbaik setiap tindakan yang dilakukan seseorang. Namun, ada pepetah yang mengatakan buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Maksudnya adalah jika orang tuanya saja begitu apalagi anaknya ? jadi menurut saya perlu juga sosialisasi yang harus diselanggarakan oleh pemerintah kepada orangtua untuk meyakinkan bahwa pendidikan itu penting yang diperuntukan oleh anak-anak mereka.
    1. Bagaimana pendidikan berperan dalah fenomena seperti ini ?
    2. Apakah fenomena ini bisa di hilangkan kalau di jadikan sebagai profesi?
    3. Ditulisan bapak dilihat bahwa si anak frustasi dan menjadi tidak waras setelah mengetahui bahwa ibunya yang menjual ia kepada preman. Apakah faktor ekonomi tidak terlalu berpengaruh psikis mereka untuk jual diri dibandingkan faktor kebatinan?

    BalasHapus
  9. ibu dan anak ibarat satu jiwa yag kokoh mengikat. begitu agungnya sosok manusia yang bernama ibu di karena kan beliau adalah media Tuhan yang menyebabkan kita terlahir ke dunia ini. dan seorang ibu akan bahagia kala melihat anaknya tumbuh nyata. apalagi membawa pada puncak kesuksesan. namun seiring berkembangnya zaman juga kepahitan hidup yang semakin menjadi-jadi terkadang ada orang yang nekat menjual " harta paling berharga" demi menutupi cacat dalam hidupnya dengan dalih keterpaksaan. jika sudah begini rasanya sosok agung itu perlahan luntur hanya karena satu kesalahan yang fatal. suatu kesalahan yang dirasa tak ada obatnya. satu kesalahan yang tidak akan pernah bisa di maafkan meskipun kalau bukan karena dia kita tak akan pernah ada.

    1. apakah dengan cara menjual anak, itu pantas di sebut keterpaksaan meskipun kita dalam keadaan paling terhimpit ?
    2. pantaskah kita memaaf kan orang tua yang seperti itu jika kita ada di posisi anak seperti itu ?
    3. masihkah ada cinta dan harapan di tengah kerasnya dunia ini selain dengan kita mengorban kan sesuatu yang berharga ?

    BalasHapus
  10. Nama : Raras Elvinza
    Jurusan : P.IPS Reg A

    Menurut saya setelah membaca tulisan bapak tersebut, tidak seharusnya orang tua menjual anaknya sendiri walaupun kondisi orang tua tersebut tidak mampu. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan oleh orang tua tersebut selain hal yang tidak manusiawi seperti itu. Sebenarnya si anak menjadi benci dengan ibunya adalah hal yang wajar-wajar saja, karena anak tersebut mungkin memendam rasa dendam yang termat dalam karna dia tau bahwa ibunya sendiri yang menjualnya.

    BalasHapus
  11. Nama : Raras Elvinza
    Jurusan : P.IPS Reg A

    Menurut saya setelah membaca tulisan bapak tersebut, tidak seharusnya orang tua menjual anaknya sendiri walaupun kondisi orang tua tersebut tidak mampu. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan oleh orang tua tersebut selain hal yang tidak manusiawi seperti itu. Sebenarnya si anak menjadi benci dengan ibunya adalah hal yang wajar-wajar saja, karena anak tersebut mungkin memendam rasa dendam yang termat dalam karna dia tau bahwa ibunya sendiri yang menjualnya.

    1. Apa dampak yang didapat jika anak tersebut membenci ibunya sendiri?
    2. Bagaimana cara mengatasi kejadian tersebut?
    3. Mengapa dapat terjadi kejadian seperti itu?

    BalasHapus
  12. Adinda
    4915131389
    P.IPS A 2013
    Dalam tulisan bapak yang berjudul “Aku Bunuh Ibuku” dalam sudut pandang saya menceritakan seorang anak yang menjadi pelacur karena ibunya yang menjual ia kepada preman. Ini dapat menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah Metode penelitian yang lebih menggunakan teknik analisis mendalam. Dapat dilihat dalam tulisan Bapak peristiwa seperti itu terjadi berawal dari kemiskinan yang terjerat dalam sebuah keluarga dengan keadaan yang sedang menghimpit yang memaksanya menjual si anak kepada preman. Menurut saya kejadiaan seperti itu terjadi salah satu faktornya adalah akibat seseorang tidak melaksanakan pendidikan yang seharusnya menjadi hak bagi setiap orang. Seorang ibu tidak menganjurkan anaknya untuk bersekolah bahkan melarangnya yang sebenarnya terdapat sekolah di sekitar pemukiman mereka. Anak rentan sekali terkena dampak yang diberikan oleh lingkungannya. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk pembekalan dirinya. Memang pengaruh lingkungan sekitar yang lebih besar mempengaruhi prilaku seseorang namun, setidaknya pendidikan dapat mengubah pemikiran seseorang agar dapat menentukan pilihan terbaik setiap tindakan yang dilakukan seseorang. Namun, ada pepetah yang mengatakan buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Maksudnya adalah jika orang tuanya saja begitu apalagi anaknya ? jadi menurut saya perlu juga sosialisasi yang harus diselanggarakan oleh pemerintah kepada orangtua untuk meyakinkan bahwa pendidikan itu penting yang diperuntukan oleh anak-anak mereka.
    1. Bagaimana pendidikan berperan dalah fenomena seperti ini ?
    2. Apakah fenomena ini bisa di hilangkan kalau di jadikan sebagai profesi?
    3. Ditulisan bapak dilihat bahwa si anak frustasi dan menjadi tidak waras setelah mengetahui bahwa ibunya yang menjual ia kepada preman. Apakah faktor ekonomi tidak terlalu berpengaruh psikis mereka untuk jual diri dibandingkan faktor kebatinan?

    BalasHapus
  13. Si Ci dapat dikatakan korban dari eksploitasi orang tua. Orangtua yang menjual anaknya sebagai solusi. Solusi termudah, tercepat, dan terinstan. Permasalahan seperti ini sudah banyak terjadi. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus dipersalahkan? Orang tua? Pemerintah? Atau sistem yang mengatur negara ini.

    Banyak anak – anak yang seharusnya masih bermain, belajar, dan berekreasi tetapi harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Tak ada sedikit rasa orang tua untuk melindungi dan memiliki anaknya. Seandainya orang tua mempunyai rasa melindungi dan memiliki anaknya walaupun di tengah kehidupan ekonomi yang tidak mendukung. Pasti ada sikap orang tua untuk bekerja keras, apapun yang terjadi, untuk menjadikan anaknya lebih baik dari orang tuanya.
    Dari contoh kasus diatas, yang ingin saya tanyakan, apa arti “anak”?? yang begitu gampangnya untuk dijual. Padahal anak adalah anugerah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Jika tidak bisa mempertanggungjawabkan, ya gak usah punya anak.
    Menurut saya sikap bertanggungjawablah yang masih sangat minim..

    BalasHapus
  14. Sella Alferaria
    4915131419 / P. IPS A 2013
    Komentar :
    Sungguh sangat sulit jika saya diposisi Ci. Hidup dengan kemiskinan, dan dijual oleh Ibunya sendiri. kemudian sulit juga jika berada diposisi Ibunya yang tidak mempunyai pilihan lain akibat dari kemiskinan itu.
    Seharusnya, diharapkan ada peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan ini. selain itu, diharapkan juga rasa sosial yang tinggi terhadap orang – orang yang memiliki hidup dengan materi lebih. jangan hanya mau mendekati para masyarakat miskin dan membantu mengatasi kemiskinan masyarakat ketika menjelang Pemilu saja. Karena kenyataannya yang saya lihat, ketika menjelang Pemilu para masyarakat miskin hanya dijadikan jalan atau cara untuk mencapai kekuasaan pemerintah dari para Caleg. Semua orang sepertinya telah dikotori pemikirannya untuk mengejar kekuasaan dan materi sehingga tidak ada lagi dihatinya tempat untuk membantu sesama tanpa pamrih. Semuanya dilakukan karena pamrih bahkan kalau bisa kebaikannya ditunjukkan kepada media sosial dengan istilah sensasi.
    Andaikan saja di dalam Negeri ini, banyak orang yang ikhlas membantu rakyat kecil, tak ada korupsi, dan mengamalkan nilai – nilai luhur di dalam Pancasila pasti hidup ini akan terasa indah. Tetapi jika dilihat dari kenyataannya, harapan itu bagaikan mimpi disiang bolong.
    Berharap kedepannya ada perubahan yang lebih baik lagi bagi Negeri ini. mengatasi kemiskinan adalah salah satu upaya untuk mensejahterakan rakyat. Karena dampak dari kemiskinan sangatlah mengerikan. Akibat dari kemiskinan, anak – anak terpaksa menjadi pelacur, ibunya terpaksa menjual anaknya, bahkan tak heran jika banyaknya kasus pencurian. Masalah seperti ini harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan kita semua. Karena kemiskinan menyebabkan anak – anak tidak bisa mengikuti program pendidikan, karena harus bekerja dan banyak menjadi korban pelacuran. Kemiskinan ini harus cepat diatasi. Karena semakin banyak masyarakat miskin, maka semakin banyak pula penduduk yang tidak berkualitas. Kalau seperti itu, bagaimana Bangsa Indonesia bisa maju ?.
    Pertanyaan
    1. Adakah cara untuk membuat anak yang menjadi korban pelacur kembali ke dalam hidup yang lebih baik lagi ?
    2. Apakah tidak ada cara lain sehingga Ibunya tega menjual anaknya sendiri ?
    3. Bagaimana cara mengatasi dampak kemiskinan apabila masih saja tidak ada perhatian dari pemerintah ?

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd