Rabu, 05 Maret 2014

CERDAS JALANAN

Anak-anak ini hidup di jalanan. Tidur di emperan toko, taman kota, terminal bus, stasiun kereta api, kolong jembatan, bahkan di trotoar jalanan. Macam-macam pekerjaan yang mereka lakoni. Mengamen, tukang parkir liar, menjadi pemulung, pengemis, dan spesialis maling kecil-kecilan yang suka ngutil rokok atau minuman kaleng di berbagai kios pinggiran jalan. Beberapa di antara mereka ada yang menjadi petugas kebersihan tak resmi yang membersihkan bis dan metro mini di terminal pada malam atau dini hari. Sebagian dari mereka masih memiliki keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh, dan di kampung halaman yang jauh dari tempat mereka tinggal sekarang. Sejumlah anak sudah tidak jelas di mana keluarganya.

Mereka yang keluarganya tinggal di pemukiman kumuh, biasanya beraktivitas tidak jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Tetapi mereka enggan pulang karena menghindari kekerasan orang tuanya yang memaksa mencari uang, dan suka memukul jika anak-anak itu tidak dapat menyerahkan setoran dalam jumlah tertentu. Anak-anak yang lari dari keluarga ini kemudian membentuk komunitas jalanan.

Komunitas jalanan bukan hanya hidup di jalan bersama-sama. Komunitas jalanan adalah hidup bersama di jalan menghadapi resiko jalanan bersama-sama. Resiko itu adalah kehidupan yang keras dan liar, tanpa perlindungan, hidup penuh tekanan, dan ancaman.

Untuk dapat bertahan hidup di jalanan yang cenderung keras dan liar, anak-anak itu harus cerdas. Bukan sekadar cerdas membaca, menulis dan berhitung (calistung). Calistung seperti yang diajarkan di sekolah kurang berguna bagi mereka untuk dapat bertahan hidup di jalanan. Anak-anak itu mesti cerdas untuk merespon, mengantisipasi, dan menghindari kekerasan yang berasal dari preman, anak jalanan yang lebih besar dan kuat, petugas keamanan dan ketertiban yang suka sekali memburu mereka, dan memenangkan persaingan dengan teman sebaya.

Itu berarti kecerdasan yang harus mereka miliki dan kembangkan berisi sejumlah unsur yaitu: keberanian, kecepatan mengambil keputusan dan bertindak, lincah dan licin merespon petugas keamanan dan ketertiban, sabar dan tegar menghadapi penderitaan,tidak suka mengeluh, dan hidup dalam kegembiraan bersama teman-teman senasib sepenanggungan. Rasanya kecerdasan seperti ini tidak pernah atau kurang diajarkan, apalagi dipraktikkan pada pendidikan formal di sekolah.

Anak-anak itu adalah anak-anak kehidupan, sekolahnya adalah jalanan, gurunya adalah pengalaman, ujiannya adalah penderitaan, dan tanda kelulusannya adalah pengakuan dan keberterimaan dalam komunitas jalanan, serta bertahan hidup dalam beragam tantangan. Mereka tidak dapat dinilai dengan infikator-indikator yang digunakan bagi anak-anak yang tumbuh kembang dalam keluarga normal dan sekolah formal. Anak-anak jalanan ini bisa jadi gagal bila harus menghadapi ujian di sekolah, namun mereka selalu berhasil melalui ujian kehidupan. Keberhasilan itulah yang membuat mereka dapat terus bertahan hidup dalam kegembiraan jalanan.

Karena hidup dan besar di jalan, mereka tidak memiliki nomor induk siswa nasional, tidak terdaftar dalam buku besar sekolah formal, tidak muncul dalam data sensus penduduk, dan tidak pernah diikutkan dalam program apapun. Satu-satunya program yang mereka rasakan dampaknya adalah program pembersihan kota dari para gepeng yaitu gelandangan dan pengemis. Itulah pula sebabnya mereka sering dikejar-kejar polisi pamong praja.

Mereka adalah warga Indonesia, karena lahir, besar, dan tinggal di Indonesia. Tak lebih dan tak kurang. Tetapi mereka tidak dapat diikutsertakan dalam program apapun, sebab tidak pernah terdaftar di mana pun. Karena itu mereka harus mengembangkan sendiri kecerdasan jalanan untuk dapat bertahan hidup.

Persoalan terbesar bagi anak-anak ini adalah bagaimana caranya agar mereka menjadi warga negara yang sesungguhnya, dapat merasakan haknya sebagai warga negara. Mereka adalah sebagian kecil dari orang-orang marginal, orang-orang yang dipinggirkan dan harus diberdayakan. Bagaimana caranya? Dari mana pemberdayaan itu bisa dimulai?

Anak-anak miskin ini adalah korban, korban dari kekerasan dan kegagalan para orang tua membesarkan mereka dengan cara yang normal. Orang tuanya juga adalah korban. Korban kebijakan pembangunan yang berorientasi kekotaan dan pertumbuhan. Ini bermakna kemiskinan yang dihadapi anak-anak itu, beserta resiko yang mengikutinya adalah cermin dari kegagalan negara bangsa ini mewujudkan apa yang ditulis dalam undang-undang dasar. Kemampuan anak-anak miskin itu mengembangkan kecerdasan jalanan tidak membuat negara bangsa bisa merasa bebas dari tanggungjawab untuk mewujudkan perintah undang-undang dasar.

KEMISKINAN BISA MEMACU ANAK-ANAK MENGEMBANGKAN  KECERDASAN JALANAN.

13 komentar:

  1. Nama : Nur Cholis A.S
    P.IPS B 2013
    NIM : 4915137156
    Salah satu tujuan Negara adalah untuk mencerdaskan bangsa.Belajar merupakan hal yang penting bagi semua orang tak terkecuali kaum marjinal.Belajar juga dapat dilakukan dimanapun dan dari hal apapun yang dianggap baik untuk kedepannya dan berguna seperti belajar dari buku,internet,pengalaman,film,dan lain sebagainya.Anak-anak yang ada dijalanan tentunya memiliki hak yang sama pada umumnya yaitu mendapatkan perlindungan dari orang tua dan belajar,namun apa yang terjadi seperti anak-anak marjinal seperti yang tertuliskan diatas memanglah memilukan,disaat zaman semakin maju,teknologi dan perekonomian yang semakin berkembang pula ternyata anak-anak ini masih terjerat dalam lingkar yang menyedihkan.Walaupun mereka masih tetap belajar seadanya,pastinya masih ada setitik harapan mereka untuk menjadi layaknya anak yang seumuran dengan mereka.Mereka ingin dilindungi,dan dikasihi oleh orang yang mereka sayangi.Ya itu merupakan hal yang mungkin belum sebagian besar didapatkan oleh anak-anak tersebut.Selain itu Negara yang selayaknya memberikan keadilan dan memperjuangkan hak-hak dari anak marjinal rasanya belum memiliki peranan dan pengaruh yang berarti,mengapa demikian ? karena menurut saya selama ini pemerintah hanya terfokus dengan kasus-kasus lain dan mengurus pencitraan Negara saja,sementara tugas dalam negeri cukup banyak yang masih terbengkalai.Pemerintah seakan lupa dengan salahsatu tujuan Negara untuk mencerdaskan,mensejahterakan,dan berbuat adil bagi rakyatnya.Orang-orang marjinal yang terbengkalai disepanjang jalan baik itu di ibukota maupun kota-kota besar lainnya seringkali dilupakan,bahkan tidak diperhatikan sama sekali.Seandainya pemerintah dapat mengambil sikap yang lebih baik kemungkinan Negara dapat maju karena potensi yang belum tergali dari para orang-orang tersebut.Ada pepatah yang mengatakan”Emas,diletakkan dimanapun tetaplah emas” siapa tahu dengan cara anak-anak marjinal tersebut belajar dan bertahan dijalan ternyata ada yang berguna bagi bangsanya,tidak semua anak-anak tersebut nakal dan tidak memiliki aturan,nyatanya ada beberapa dari mereka yang sebenarnya mampu bahkan sangat mampu untuk bersaing dengan orang yang lebih baik.Kemiskinan memang bukanlah penghalang seseorang untuk terus belajar,justru dengan kemiskinan itu dapat menjadi cambuk dan semangat untuk dapat lebih baik lagi dimasa depan.Dengan berusaha,dan doa pastilah ada jalan untuk meraih sesuatu.miskin ? tentu bukan masalah.kaya ? hanya keberuntungan saja.Semua orang memiliki potensi yang sama untuk terus maju dan berkembang,oleh karena itu belajar dan berusahalah sebaik-baiknya,apabila ada hal yang menyinggung tentang miskin atau kaya kita harus menjadikan hal tersebut sederhana.Kaya adalah proses menjadi miskin,dan miskin adalah proses untuk menjadi kaya.Sekarang tinggal bagaimana individunya saja.

    BalasHapus
  2. Eka Ma'rifah
    P.IPS A 2013
    Sungguh ironi negeri yang kaya ini. Tertulis sangat jelas dalam UUD bahwa salah saru tujuan Indonesia adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa". tapi kenyataan yang kita lihat sekarang adalah begitu banyak anak-anak Indinesia yang tumbuh tanpa adanya peran pendidikan.Sangat sering kita jumpai anak-anak yang mestinya sedang duduk di bangku sekolah dan mendengarkan gurunya menyampaikan materi pelajaran justru sedang berjuang di tengah kerasnya kehidupan di jalanan demi menopang kehidupannya sendiiri, bahkan juga untuk menghidupi semua anggota keluarganya. Anak seharusnya menjadi tanggungan orang tuanya, bukan menanggung beban orang tuanya.Anak-anak yang tumbuh dengan kerasnya kehidupan jalanan memang tidak bodoh, mereka cerdas tetapi bukan cerdas dalam konteks seperti cerdasnya anak-anak normal seusia mereka yang dibesarkan alam lingkungan normal pula. anak jalanan harus cerdas mereka untuk dapat bertahan hidup di jalanan. Anak-anak itu mesti cerdas untuk merespon, mengantisipasi, dan menghindari kekerasan yang berasal dari preman, anak jalanan yang lebih besar dan kuat, petugas keamanan dan ketertiban yang suka sekali memburu mereka, dan memenangkan persaingan dengan teman sebaya. Mungkin anak-anak jalanan akn mempunyai jiwa yang lebih tangguh dari nak-anak normal sebayanya.
    1. Apa yang menyebabkan gagalnya bangsa mewujudkan yang tertulis dalam UUD ?
    2. Apakah upaya pemerintah untuk mengatasi fenomena "anak jalanan" yang semakin marak?
    3. Adakah niatan dari para anak jalanan tersebut untuk keluar dari zonanya? atau apakah mereka malah telah nyaman dan menikmati kondisinya itu?

    BalasHapus
  3. Eka Ma'rifah
    P.IPS A 2013
    Sungguh ironi negeri yang kaya ini. Tertulis sangat jelas dalam UUD bahwa salah saru tujuan Indonesia adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa". tapi kenyataan yang kita lihat sekarang adalah begitu banyak anak-anak Indinesia yang tumbuh tanpa adanya peran pendidikan.Sangat sering kita jumpai anak-anak yang mestinya sedang duduk di bangku sekolah dan mendengarkan gurunya menyampaikan materi pelajaran justru sedang berjuang di tengah kerasnya kehidupan di jalanan demi menopang kehidupannya sendiiri, bahkan juga untuk menghidupi semua anggota keluarganya. Anak seharusnya menjadi tanggungan orang tuanya, bukan menanggung beban orang tuanya.Anak-anak yang tumbuh dengan kerasnya kehidupan jalanan memang tidak bodoh, mereka cerdas tetapi bukan cerdas dalam konteks seperti cerdasnya anak-anak normal seusia mereka yang dibesarkan alam lingkungan normal pula. anak jalanan harus cerdas mereka untuk dapat bertahan hidup di jalanan. Anak-anak itu mesti cerdas untuk merespon, mengantisipasi, dan menghindari kekerasan yang berasal dari preman, anak jalanan yang lebih besar dan kuat, petugas keamanan dan ketertiban yang suka sekali memburu mereka, dan memenangkan persaingan dengan teman sebaya. Mungkin anak-anak jalanan akn mempunyai jiwa yang lebih tangguh dari nak-anak normal sebayanya.
    1. Apa yang menyebabkan gagalnya bangsa mewujudkan yang tertulis dalam UUD ?
    2. Apakah upaya pemerintah untuk mengatasi fenomena "anak jalanan" yang semakin marak?
    3. Adakah niatan dari para anak jalanan tersebut untuk keluar dari zonanya? atau apakah mereka malah telah nyaman dan menikmati kondisinya itu?

    BalasHapus
  4. Nama : Rina Listiawati
    NIM : 4915131410
    Kelas : P.IPS A 2013

    Kecerdasan anak dalam karya tulis diatas diperoleh melalui jalanan. Jalanan yang mengembangkan anak-anak mendewasakan diri lebih awal, pendewasaan tersebut melalui kerasnya hidup di jalanan harus mereka lewati sehari-hari. Anak jalanan selalu dipandang negatif oleh kebanyakan masyarakat, mereka menganggap anak jalanan sebagai pembuat onar dan pengganggu. Mereka tak pernah melihat sisi positif dari anak jalanan, anak jalanan mempunyai skill dan keahlian, mereka selalu menjalani semuanya bersama-sama baik susah maupun senang, solidaritas mereka sudah terpupuk. Didikan dari orang tua akan mempengaruhi pembentukan karakter dari kepribadian sang anak. Anak-anak jalanan tersebut merupakan hasil dari salahnya pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Orang tua yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anaknya, malah menjerumuskan anak-anaknya pada jalan yang salah. Hal yang melatar belakangi itu semua adalah faktor ekonomi. Orang tua menuntut anaknya ikut bekerja demi menambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup.

    Pertanyaan:
    1. Bagaimana cara yang mudah untuk mengubah pandangan masyarakat akan anak jalanan?
    2. Solusi jitu untuk mengembangkan bakat anak jalanan kiranya seperti apa?
    3. Hal apa yang membuat Bapak tertarik melakukan observasi mengenai anak jalanan?

    BalasHapus
  5. Ajeng Nur Aryani
    P.IPS A

    Kemiskinan memang merajalela akibatnya sekarang banyak sekali pengangguran yang terjadi di Jakarta. Pengagguran tersebut melahirkan pula anak-anak jalan yang berserakan dijalan, melihat ini sedih sekali seharusnya gubernur dan komunitas anak yang ada di Jakarta melihat daerah yaqng diceritakaoleh Pak Nusa tersebut. Ternyata masih banyak anak yang terbengkalai dan tidak layak dijalan untuk mencari nafkah anak usia dini harusnya disekolahkan di SD dan perlu di bimbing oleh orang tuanya. Orang qtua yang masa bodo tanpa memperdulikan anaknya tersebut tidak mengetahui bahwa anaknya sedih mencari uang dan dipukuli orang lain, kemana hati nurani seorang orang tua yang tega melihat anaknya iperlakukan seperti itu. Gqenerasi muda jaman sekarang seharusnya juga melihat ii kdepan dan mengatasi solusinya dengan mendirikan paud atau dengan mengadakan modil perpustakaan keqliling untuk anak yang berada di jalanan, mulailah jadi manusia yang mempunyai jiwa sosial untuk menolong orang yang diluar sana.

    Pertanyaan :
    1. Apa anak dijalanan itu tidak merasa qtakut dipukuli ?
    2. Apak enaknya berada di alam liar seperti itu dengan bekerja mecari uang di Kota Metropolitan seperti ini ?
    3. Apakah hak anak dijalanan masih sangat kurang ntuk bersekolah ?

    BalasHapus
  6. Nama saya Ade Nika Oktavia kelas P. Ips Reg. A 2013
    Pada tulisan bapak tersebut sangat memberi pelajaran bagi kita yang membaca, karena kita lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang harus hidup dilingkungan yang kumuh dan jalanan yang berbahaya. Keluarga adalah sebuah pembentukan dimana karakter seseorang akan tumbuh dan berkembang agar sesuai dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Sebagai orangtua adalah suatu tumpuan bagi anak-anaknya untuk mencontoh pribadi atau karakter yang digeluti oleh orangtua. Pertanyaan saya, apakah orangtua para anak jalanan mampu mendidik mereka ? tentu saja tidak, yang jelas mereka tidak diajarkan pendidikan karakter oleh orangtuanya, karena orangtuanya mengajarkan mereka hanya untuk mencari uang untuk makan dan menjaga kelangsungan hidupnya. Terkadang hidup itu memang kejam bagi mereka yang merasakan betapa perihnya mencari nafkah hanya untuk sebungkus nasi. Para orangtua mereka hanya melahirkan buah citanya tetapi tidak mendidiknya dengan benar dan lepas dari tanggung jawab sebagai orangtua. Dengan kekerasan fisik yang mereka lakukan terhadap anaknya jika anaknya tidak bekerja. Jalanan adalah tempat belajar kehidupan yang sesungguhnya bagi mereka. Mereka bergantung hidup hanya dijalanan setiap detik demi detik. Ironis mendengarnya, jika saudara kita yang setanah air mengalami nasib yang tidak sama dengan kita yang bisa bersekolah dan menggapai cita-cita. Disekolah kita belajar tentang materi-materi, teori-teori dan didunia luar kita belajar tentang arti kehidupan sesungguhnya dengan melihat kebawah anak-anak jalanan yang tidak bisa merasakan haknya sebagai warga negara Indonesia.

    Bagaimana Pemerintah mengatasi kemiskinan yang terjadi dinegara Indonesia ?
    Apa upaya pemerintah untuk menanggulangi anak-anak jalanan di Indonesia ?
    Bagaimana menegakkan keadilan yang ada di Indonesia agar anak-anak jalanan yang ada di Indonesia merasakan haknya sebagai warga negara ?

    BalasHapus
  7. Nurul Ramadhita P. W
    4915133415
    P. IPS Reg B 2013

    Semua hal yang dijelaskan dalam tulisan ini sangat sesuai dengan nalar maupun logika karena kecerdasan yang dimiliki oleh anak jalanan seperti yang dijelaskan disini sangatlah masuk akal. Mungkin mereka tidak begitu mengerti calistung, namun mereka lebih mengerti akan arti sebuah kehidupan. Karena setiap harinya mereka selalu dihadapkan pada hal-hal yang membuat mereka survive dalam menjalani hidup mereka masing-masing. Namun hal ini dapat dikatakan bersifat relatif karena tidak semua anak jalanan benar-benar "cerdas" dalam menjalani hidupnya. Disinilah peran pemerintah sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan undang-undang dasar bahwa anak jalanan seharusnya dipelihara oleh negara, bukan malah ditelantarkan seperti yang terjadi sekarang ini. Mengapa pemerintah seolah-olah tutup mata dan telinga mengenai permasalahan yang ada di masyarakat? Sebenarnya untuk apa undang-undang dasar itu dibuat kalau pada akhirnya pemerintah juga yang tidak melaksanakannya? Apakah esensi dari undang-undang itu sendiri?

    BalasHapus
  8. Nama: Daniel Pranata
    P. IPS B 2013
    NIM : 4915133407

    Dalam hal ini seharusnya kita bisa belajar dari anak-anak jalanan yang bisa bertahan hidup tanpa ada orang-orang yang melindungi mereka, mereka hanya belajar berdasarkan pengalaman bukan berdasarkan teori. Jika kita bertanya kepada anak-anak jalanan tersebut mengapa mereka lebih memilih hidup di jalanan pasti beberapa dari mereka akan menjawab bahwa hidup di jalanan bukanlah keinginan mereka melainkan keadaanlah yang memaksa mereka untuk hidup di jalanan. Karena itu kita tidak harus berpikiran buruk kepada anak-anak jalanan tersebut, bisa saja itulah yang harus mereka lakukan untuk bertahan hidup.
    Pertanyaan:
    1. Apakah anak-anak jalanan tersebut memiliki kesempatan untuk merubah hidupnya menjadi jauh lebih baik ?
    2. Apakah hanya faktor ekonomi yang menjadi penyebab mereka hidup di jalanan atau mungkin ada faktor lain yang mempengaruhinya ?
    3. Dalam kasus anak-anak jalanan tersebut adakah yang harus di salahkan ? Kalo ada, siapakah yang harus di salahkan ?

    BalasHapus
  9. Ayu Anggraeni
    P.IPS A / 2013
    Saya sependapat dengan tulisan bapak bahwa kecerdasan itu mampu ditumbuhkan dan di tingkatkan melalui kegiatan belajar dan serangkaian aktivitas seperti, berolah raga, mendengarkan musik , bermain games yang memiliki nilai posif dan mengajarkan berempati. Jadi semakin kita rutin menjalani rutinitas ini maka kecerdasan akan meningkat. Namun banyak diatara kita yang kurang memahami pentingnya menjalankan rutinitas tersebut dan menganggap belajar menjadi hal yang mutlak untuk meningkatkan kecerdasan.
    1. Apakah untuk mengukur kecerdasan itu hanya dilihat dari IQ?
    2. Mungkinkah para peneliti dan filusuf mengembangkan teknologi yang mampu membantu lansia untuk terus meningkatkan kecerdasannya?
    3. Apakah anggapan bahwa otak dan kecerdasan manusia itu lebih canggih dari komputer, dsb itu benar adanya??

    BalasHapus
  10. Ayu Anggraeni
    P.IPS A / 2013
    Sepertinya cerdas jalanan ini menjadi fardu kifayah untuk anak – anak yang hidup dijalanan. Cerdas jalanan juga akan tumbuh dengan sendiri tanpa harus di pelajari selayaknya kecerdasan yang diajarkan di sekolah formal dan mereka yang hidup di jalan memang dituntut untuk cerdas dalam menghadapi kerasnya jalanan, tanpa ada kecerdasaan jalanan mungkin mereka tak mampu meneruskan hidupnya. Sehingga kecerdasaan jalanan yang menurut pandangan kita terkesan buruk karena tidak mencerminkan nilai moral, mau tidak mau dan suka tidak suka harus dimiliki dan terapkan oleh anak jalanan.
    1. Apakah kecerdasan jalanan bisa diubah menjadi kecerdasan yang bernilai positif?
    2. Mengapa ekonomi selalu menjadi pokok dari berbagai permasalah yang ada dan mengapa ekonomi menjadikan para orang tua tega melakukan kekerasan terhadap anaknya seperti, kekerasan yang diterima anak jalanan?
    3. Bisakah kecerdasan yang dimiliki anak jalan seperti, keberanian, kecepatan mengambil keputusan dan bertindak, lincah dan licin merespon situasi, sabar dan tegar menghadapi penderitaan, di ajarkan di sekolah formal?

    BalasHapus
  11. masa anak-anak merupakan masa demokrasi yang nyata dari fase hidup kita. mengapa ? karen meskipun kadang orang tua marah saat kita kecil itu tidak akan semarah para pejabat-pejabat yang dibuat oleh aksi demonstran. masa kecil bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita.
    tapi bagaimana nasib anak-anak jalanan ? apakah mereka juga merasakan kebahagiaan pada fase anak-anak ? mereka adalah pemenang sungguhan dalam menjalani kehidupan. mereka adalah sosok-sosok tegar yang mentalnya jauh lebih kuat dari manusia yang hanya mengaku punya kekuatan saja.
    1. bagaimana lingkungan membentuk kecerdasan mereka ?
    2. apakah mereka memiliki IQ yang lebih cerdas dari anak-anak biasa ?
    3. bagaiman menumbuh kembangkan kecerdasan yang dihasilkan oleh lingkungan ?

    BalasHapus
  12. Risma Elisa
    P IPS REG
    4915133403

    menurut pendapat saya, saya sangat setuju dengan pernyataan bapak KEMISKINAN BISA MEMACU ANAK-ANAK MENGEMBANGKAN KECERDASAN JALANAN. karena dengan adanya kemiskinan yang menimpa seseorang membuat mereka termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi susah nya penderitaan yang mereka alami dalam menjalani hidup ini membuat mereka jera untuk melakukan sesuatu agar bangkit dari keterpurukan.anak jalanan siapa sangka bahwa mereka mempunyai tingkat kecerdasan dan kreativitas yang memukau. seharusnya kita sebagai orang-orang yang beruntung belajar dari mereka walaupun hidup susah dan kemiskinan melanda mereka hinaan dan cacian mereka dapatkan, tapi mereka tetap semangat dan berusaha dengan keras untuk menjadi orang yang sukses . tak ada salahnya jika kita orang yang lebih beruntung untuk membantu mereka. terima kasih
    pertanyaan saya :
    1. apakan ada program dari pemerintah untuk membantu anak-anak jalanan, karena sesugguhnya mereka adalah putra-putri bangsa juga ?
    2. adakah lembaga yang bisa membantu untuk mengembangkan potensi anak-anak jalan baik di bidang akademik maupun non akademik ?
    3. mengapa tak adanya pengakuan secara formal mengenai anak-anak jalanan di negeri ini, yang sepatutnya kita bantu ? salahkah mereka ? siapa yang harus disalahkan ?

    BalasHapus
  13. Raka Rosadhi Putra
    P IPS B 2013
    4915133412

    Seperti di hutan saja, yang kuat yang bertahan hidup, yang bisa menyesuaikan dirilah yang akan bertahan, yang bersosialisasilah yang akan terus hidup. Inilah realita yang dirasakan anak-anak jalanan, Mereka mungkin tak bisa mendapatkan gelar sarjana, tapi bukan berarti mereka tak bisa menjadi orang berhasil. Semua ini tergantung dari pemerintah dan anak-anak itu sendiri. Pemerintah sudah menugaskan satpol pp untuk merehabilitasi mereka, tapi mereka tetap tidak mau, mungkin karena cara pemerintah tak sesuai dengan cara mereka. Dalam hal ini saya mendukung anak jalanan, peerintah yang lebih intelek seharusnya memikirkan cara bagaimana mendidik mereka tetapi dengan cara mereka.
    1. Sampai kapan ironi ini akan terjadi?
    2. Mengapa para rakyat yang lebih "kaya" tidak mau membantu mereka?
    3. Apakah ini yang diharapkan para pencipta negeri ini? berikan alasannya!

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd