Kamis, 06 Maret 2014

ANAK BAIK DI PEMBUANGAN SAMPAH

H anak lelaki berusia 4 tahun 8 bulan. Tinggi sekitar 115 cm, dan berat lebih kurang 18 kg. Berkulit gelap dengan rambut pirang karena sering terjemur matahari. Ada sejumlah bekas luka di tangan dan kakinya. Ia anak pintar dan baik. Ia anak yatim. Ayahnya sudah meninggal. Ibunya seorang pemulung berusia sekitar 30 tahun. Ibunya memiliki tiga anak lelaki dari dua suami. Dari suami pertama ia memiliki 2 anak, H dan abangnya yang berusia 14 tahun. Ketika suami pertamanya meninggal, ia meninggalkan kampung halamannya untuk mengadu nasib membawa kedua anaknya.

Ia menjadi pemulung karena tak memiliki keterampilan. Dia ditampung oleh bos lapak (tempat pemulung berkumpul) dan ditempatkan di bedeng-bedeng kontrakan yang berlokasi di pembuangan sampah bersama pemulung lain. Bedengnya terbuat dari tripleks dan seng bekas. Ukurannya hanya 2mx2m. Tempat tidurnya dari kayu bekas. Dapur dan kamar mandi ada di luar rumah, digunakan beramai-ramai.

Ia dikawin oleh seorang mandor/preman yang berasal dari kampung sekitar pembuangan sampah. Tentang perkawinannya dengan preman itu, ia berkomentar,"Saya mau dikawin karena ditodong pake golok." Perkawinannya ini menghasilkan anak lelaki yang cacat kakinya sejak dilahirkan. Kaki anak itu tidak tumbuh dengan baik, mirip folio. Jadi, H memiliki adik tiri yang berusia tujuh bulan.

Setiap pagi, setelah azan subuh saat ibunya keliling untuk mulung, H mengurusi adikya. Ia memasak air, membuatkan susu, dan bila sudah lebih siang, ia mandikan adiknya. Tentulah tidak mudah mengurusi adiknya yang tidak normal itu. Adik kecilnya tampak senang diurusi kakaknya yang lembut dan suka nyanyi dangdut.

Ada saja tetangga yang bersedia membantu H mengurusi adiknya. Mereka memang sayang dan prihatin dengan keluarga H. Apalagi H yang belum berumur lima tahun dengan badan kecil harus mengurusi adik kecilnya. Biasanya kala ibunya pulang, H sudah mandi, adiknya pun sudah rapih. H menikmati sarapan yang dibawakan ibunya.  H kemudian berangkat ke RA/ TK Anak Sholeh yang memang memprioritaskan anak-anak dari keluarga seperti H.

Dalam keseharian H tampak seperti anak-anak lain seusianya. Dia ceria saat bermain dengan teman-temannya. Prestasi akademik dan keterampilannya baik. Tubuhnya meski kecil, kelihatan sehat. Bajunya memang lebih sederhana dibandingkan anak lain, namun tampak bersih dan rapih. Ada kalanya ia terlambat datang atau tidak masuk sekolah. Para guru sudah tahu sebabnya. Itulah sebabnya para guru sering bertandang ke bedengnya yang sungguh berada di penampungan sampah. Sekolah memberikan sejumlah bantuan pada keluarga ini. Namun, ibu H tidak mau mencoba alih profesi, dia merasa jadi pemulung lebih cocok. Karena tidak perlu modal, yang penting mau kerja keras.

H memang anak kecil yang sangat menyenangkan. Ia sangat baik pada semua teman. Tak pernah ia mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. Para guru dan sejumlah orang tua murid sayang padanya. Bila jam sekolah usai, dia membantu ibu guru beres-beres. Bila ada yang memberi makanan, ia tidak mau memakannya. Katanya untuk adik di rumah. Bila sore, ia juga membantu ibunya mulung. Ia tidak malu bila sedang memulung ketemu teman-teman sekolahnya. H sangat disukai teman-teman karena ia pandai bergaul, tidak pernah memaki apalagi memukul. Bila ada yang memukulnya ia lebih memilih menjauh. Teman-teman suka padanya karena ia bisa membuat mainan dari barang bekas.

H dan ibunya suka sedih karena sudah lama tidak bertemu kakak H. Kakak H sekarang tinggal di terminal bersama teman-temannya. Ia kini jadi pengamen. Ia tidak mau pulang karena marah pada bapak tirinya. H tidak mau pulang karena bapak tirinya tega merampas sepeda bekas miliknya.

Kerap terjadi, si bapak tiri datang dalam keadaan mabok dan memaksa meminta uang pada ibu H. Bila tidak diberi ia marah dan memukul. Tak ada orang yang berani padanya karena ia preman yang terkenal kasar. H dan kakaknya sering jadi pelampiasan marahnya bila ia tidak mendapat uang yang cukup dari ibu H.

Kakak H menabung uang hasil memulung berbulan-bulan. Uang itu kemudian ia belikan sepeda bekas. Ia sangat senang karena bisa ikut dengan teman-temannya bersepeda. Suatu malam bapak tirinya datang. Karena tidak mendapat uang yang cukup, dengan kasar sepeda kakak H dirampas dan dijual. Kakak H sangat sedih. Sejak saat itu ia tidak mau pulang. Kadang-kadang ia muncul sebentar untuk ketemu ibu dan adik-adiknya. Kakak H juga sangat sayang pada adik kecil mereka.

H dan kakaknya memang tinggal di penampungan sampah yang jorok, bau dan sama sekali tidak sehat. Bapak tirinya preman yang kasar dan kejam. Lingkungannya disesaki orang-orang yang kasar dan memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti memaki dan beberapa suka mabok. Namun ibunya sangat lembut dan sabar. Ibunya bukanlah orang yang suka mengeluh. Ia lebih banyak bekerja keras dari pagi sampai malam. Ibu-ibu di pemukiman itu sangat menghormati ibu H karena kebaikan, kesantunan dan kesabarannya. H menjadi anak yang baik, sabar, dan menyenangkan karena pengaruh positif ibunya. Meski miskin dan susah, ibunya selalu tunjukkan keteladanan yang baik. Meski lingkungan mereka kumuh, namun hati dan perilaku ibu H jernih dan kinclong. H menjadi anak yang baik karena itu.

PRIBADI YANG KUAT DAN BAIK, TAK BISA DIKOTORI OLEH KUMUHNYA KEMISKINAN.

3 komentar:

  1. Nama Kelompok :
    1. Diandra Sukma Zahara 4915122534
    2. Kamilia Fairuz Hisana 4915122535
    3. Natalia 4915122536
    Pendidikan IPS A 2012


    1. Teknik apa saja yang digunakan untuk pengumpulan datanya?
     Untuk membantu peneliti dalam memahami dan mendalami fenomena yang terjadi pada objek penelitian, mengenai dunia sekitar yang menjadi objek penelitian dan agarlebih meningkatkan kekuatan data, peneliti menggunakan teknik Triagulasi (Gabungan) Yaitu gabungan teknik yang meliputi observasi mendalam, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

    2. Bagaimana pemeriksaan keabsahan data dilakukan?
    • Ada banyak cara pemeriksaan keabsahan data (uji kredibilitas data). Pemeriksaan keabsahan pada penelitian ini, dengan menggunakan pengecekan triangulasi triagulasi. Yaitu dengan truangulasi sumber, Teknik dan waktu.

    3. Bila Anda yang lakukan penelitian, jelaskan langkah-langkah pelaksanaan penelitiannya?
     Tahap Pra-lapangan
    Melakukan rancangan awal penelitian, membuat perizinan penelitian dengan pihak dan instansi terkait. Mengunjungi dan melakukan obsevasi untuk mendapatkan gambaran umum, menemukan masalah, merumuskan topik dan teknik penelitian yang tepat. Yaitu dengan mendatangi tempat dimana akan dilakukan penelitian, mengamati masyarakan dan fenomena sosial yang ada, menemui pihak-pihak yang akan menjadi informan seperti warga sekitar dan informan kunci, seperti, ketua RT setempat dan melakukan wawancara terbuka.
     Tahap Perkerjaan lapangan
    Membuat Proposal penelitian lalu Membuat tujuan penelitian : mengkaji mengenai Peran sosial pada masyarakat X yang tinggal di bedeng
    merumuskan masalah yang akan diteliti, misalnya:
    • Bagaimana Lingkungan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat daerah X yang tinggal di bedeng ?
    • Masih adakah nilai dan etika yang dimiliki masyarakat daerah X yang tinggal di bedeng?
    • Bagaimanakan bentuk perubahan peran yang ada pada masyarakat X yang tinggal di bedeng?
    • Mengapa mereka mau dan tahan tinggal di tempat yang tidak layak?
    Menetapkan metode penelitian yaitu penelitian kualitatif, selanjutnya menetapkan sampel dan informan. Menentukan jumlah sampling dan mengalokasikan waktu penelitian yaitu selama 2 bulan, untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar untuk penelitian. Menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Seperti alat dokumentasi, catatan lapangan dan lain-lain.
    Selanjutnya melakukan proses pengumpulan data. Karena menggunakan terknik triangulasi, saya akan melakukan observasi partisipatif, dengan melibatkan diri dengan kehidupan masyarakat sehari-hari masyarakat X, dengan berlibat langsung dalam aktifitas yang dilakukan sumberdata, peneliti dapat merasakan suka dukannya dan memahami pola fikir sumber data. Seperti tinggal bersama salah satu keluarga, mengamati aktivitas dan melakukan aktivitas yang sama. Sehingga data yang didapat akurat. Lalu melakukan wawancaratak berstruktur, dengan menanyakan garis besar permasalahan yang disampaikan dengan kalimat santai dan tidak kaku. Selain itu juga melakukan dokumentasi. Setiap kali kita melakukan pengumpulan data, data-data mentah itu, harus dicatat dalam catatan lapangan, lengkap dengan waktu dan temuan apa yang didapat. Data-data yang didapat kemudian dianalisa. Setelah itu melakukan pengujian keabsahan. Dapat dilakukan dengan menggunakan cara triangulasi yaitu dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

     Tahap Pasca Lapangan
    Menetapkan dan melakukan model analisis data. Data-data yang telah di dapat, di sederhanakan, dipaparkan dan dilakukan penarikan kesimpulan.

    Terima kasih,pak :)

    BalasHapus
  2. Syifa Wulandari
    P.IPS Regular B 2013
    4915133405
    Setelah saya membaca tulisan bapak diatas yang berjudul anak baik dipembuangan sampah, saya setuju jika lingkungan yang miskin tidak semua membawa efek buruk pada anak-anak. Dari contoh kehidupan H, ia menjadi anak yang baik dan tetap bersekolah walaupun keadaan keluarganya yang tidak utuh. Ia dibesarkan oleh ibu yang pekerja keras dan kuat dan menjadi teladan bagi anak-anaknya, sehingga si H tumbuh menjadi anak yang jauh dari kata tidak baik. Semoga kehidupan H kedepan menjadi lebih baik dan ia tetap menjadi anak yang mengerti akan keadaan keluarganya dan bisa meneruskan pendidikan. Memang faktor keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak-anak. Jadi, anak-anak yang tinggal di lingkungan yang kumuh dan penuh dengan ketidakadilan yang tidak seberuntung si H dapat kita lakukan dengan pembinaan dan perbaikan kedepannya, sehingga mereka tetap bisa mengenyam pendidikan dan menggapai cita-citanya.
    Pertanyaan:
    1. Bagaimana jika kita ingin melakukan sebuah pembinaan terhadap anak-anak miskin yang kurang beruntung itu namun terhambat oleh faktor keluarga, apa yang harus kita lakukan?
    2. Bagaimana cara bapak dan tim yang sudah melakukan lebih dulu dengan membangun sekolah gratis bagi anak-anak pemulung, apakah pernah mengalami hambatan-hambatan yang cukup sulit, bagaimana bapak dan tim menyikapinya?
    3. Dengan pendekatan seperti apa yang bapak dan tim lakukan sehingga bisa meneliti dan mengobservasi seperti yang sudah bapak tuliskan dan ceritakan di blog ini?

    BalasHapus
  3. Setelah saya membaca tulisan ini saya sangat kagum dengan perilaku yang dimiliki oleh H. Kehidupan yang serba kekurangan itu dia tetap bersemangat dalam bersekolah dan bekerja untuk membantu ibunya. Perilaku yang dimiliki H seperti suka membantu ibunya, sayang kepada adiknya, tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, rapih, bersih, pandai bergaul, tidak suka berkelahi, tidak suka mengeluh dan pekerja keras. Menurut saya perilaku yang dimiliki H patutlah kita contoh dan kita terapkan dikehidupan sehari-hari. Dalam tulisan ini membuktikan bahwa tidak semua orang yang hidup dalam kekurangan memiliki perilaku yang tidak baik melainkan H anak yang kekurangan dalam perekonomian dapat menjadi contoh terhadap anak-anak yang lain.
    1. Apa makna yang terkandung dalam tulisan yang berjudul “ Anak Baik di Pembuangan Sampah” ?
    2. Apakah setiap manusia dapat mempunyai kepribadian yang baik seperti H?
    3. Lingkungan yang terkadang menunjukan kepribadian seseorang, mengapa H tinggal dilingkungan yang kumuh tetapi H memiliki kepribadian yang bagus?

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd