Umurnya sekitar sepuluh tahun. Anak wanita ini merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Abangnya yang lain bapak berusia sekitar tujuh belas tahun, sekarang entah tinggal di mana. Kakak kandungnya perempuan, mungkin sekitar tiga belas tahun, tinggal di panti asuhan. Adiknya lain bapak, berusia sekitar dua tahun dan perempuan. Ia sudah mengalami punya ayah yang berbeda tiga kali.
Ayah tirinya yang sekarang tidak jelas kerjanya, jadi sering di rumah. Ibunya kerja apa saja untuk menghidupi keluarga ini. Orang-orang bilang, lelaki itu cuma numpang hidup. Kasihan sebenarnya pada ibu si anak itu. Tetapi para tetangga tidak menyukainya karena ia tidak menerima nasihat apapun yang disampaikan padanya, padahal untuk kebaikan dia sendiri.
Anak itu tergolong anak perempuan pemberani. Seringkali, tengah malam dia duduk di bawah pohon mangga memangku adiknya yang tertidur. Orang sering kaget saat lewat karena tempatnya duduk sangat gelap. Pada musim hujan kemarin, dia bawa adiknya nongkrong di pinggir jalan. Keduanya tampak menggigil kedinginan. Ia tak pernah mau ditawari untuk mampir di rumah para tetangga. Dia takut dimarahi dan dipikuli ibunya bila ketahuan berada di rumah tetangga.
Sepulang sekolah ia memang lebih sering berada di luar rumah momong adiknya. Jika ditanya mengapa belum pulang, kan hari sudah malam. Ia jawab, gak mau ah pulang, ada orang itu. Saat dia mengucapkan ada orang itu, wajahnya tampak cemas. Yang dia maksud orang itu ialah ayah tirinya.
Bila ia tidak mau pulang, itu artinya ibunya belum pulang dan ayah tirinya ada di rumah. Sewaktu musim hujan dan banjir kemarin, anak itu dan adiknya lebih sering main banjir sampai malam. Entah apa yang pernah terjadi sampai-sampai ia lebih memilih bertahan kedinginan di luar rumah yang banjir daripada di rumah bersama ayah tirinya.
Para tetangga sering melihat ayah tirinya memukuli ibunya, saat mabok atau sadar. Itulah yang membuat tetangga geram pada ibunya. Sudah sering disiksa, tidak dinafkahi, masih juga bertahan dengan lelaki itu. Sejumlah ibu sangat khawatir si anak ini jadi korban si ayah tiri yang oleh ibu-ibu digelari bandit kampungan.
Si anak ini tidak suka bergaul dengan anak sebayanya. Ia akrab dengan anak yang lebih muda dibanding umurnya. Dia yang mengatur anak-anak itu. Jika anak-anak itu diganggu orang, dia yang maju untuk membela. Tetapi ia sering berlaku kasar pada anak-anak itu. Mengambil permen yang sedang dimakan, atau makanan lain. Jika anak-anak itu meminta kembali, permen atau makanan lain tersebut dia campakkan ke selokan. Pada adiknya pun ia sering berlaku kasar. Mulutnya sering memuntahkan kata-kata kasar dan jorok. Bila naik sepeda, dia sering dengan sengaja menabrak anak-anak yang lebih kecil itu.
Bila anak-anak itu tidak mau bermain dengannya, ia membelikan anak-anak itu permen. Jika sudah begini, ia menjadi sangat baik pada anak-anak itu. Ia bersedia membonceng anak-anak itu berkeliling dengan sepedanya. Ia membonceng anak-anak itu satu persatu. Kelihatannya ia tidak letih melakukannya, padahal jumlah anak-anak itu kadang sampai enam orang.
Ia tampak sangat perkasa bila berkumpul dengan anak-anak itu. Tampilannya memang tomboy. Wajar jika dia kuat berkeliling membonceng anak-anak itu. Namun, seringkali dengan sengaja ia membuat anak-anak itu ketakutan dengan cara ngebut atau berbelok tiba-tiba. Bila jatuh, ia malah tertawa terbahak-bahak. Tampak betul ia menikmati ketakutan anak-anak tersebut.
Ia sering bertengkar dengan anak lelaki yang usianya sekitar lima tahun. Anak lelaki itu dikenal sebagai anak yang bandel, suka mengambil makanan dan mainan anak lain. Anak lelaki itu juga sangat sering memukul anak lain. Ia tinggal bersama neneknya karena ayah ibunya sudah bercerai. Hanya pada anak perempuan yang berani ini, ia merasa takut. Mungkin karena usianya lebih tua, dan badannya lebih besar. Karena sering berkelahi dengan anak lelaki, anak-anak yang lain apalagi yang perempuan, takut pada anak perempuan ini.
Bila dibonceng naik motor oleh ibunya, ia memilih duduk membelakangi ibunya yang mengenderai motor. Ia berani memanjat pohon mangga atau jambu untuk mengambil buahnya dan membaginya kepada anak-anak kecil itu. Beberapa kali ia sengaja membuat patah cabang pohon yang dipanjatnya.
Ia berani meminta pada abang-abang yang jualan jajanan keliling perumahan. Jika tidak diberi, si abang dimaki sambil berlari menjauh.
Ia suka berteriak-teriak, mirip ibunya jika memanggilnya. Ia sungguh tidak bisa duduk tenang walau sekejab. Ia sangat aktif dan suka memerintah anak-anak dengan bentakan. Jika membentak anak-anak, gayanya benar-benar foto copy ibunya. Tangan di pinggang dan suara keras. Kata-katanya penuh ancaman. Sungguh sangat memprihatinkan. Seperti ibunya, ia tidak pernah mau mendengarkan nasihat orang. Mulanya banyak yang kasihan padanya, tetapi karena kelakuannya seperti itu, para ibu menjadi tidak suka padanya. Kisah anak ini adalah bukti,
ANAK TUMBUHKEMBANG SESUAI DENGAN CARA IA DIASUH.
nama : ari setiya dewi
BalasHapuskelas : P.IPS REG 2013
nim : 4915133398
benar sekali apa yang bapak katakan pada akhir kalimat tulisan diatas bahwasannya anak itu senantiasa tumbuh mengikuti perilaku orag orang yang membimbingnya, jika para orang tua tersebut mambimbingnya dengan perbuatan yang kasar dan tidak baik tentu anaknya pun akan senantiasa mengikutinya karena si anak memiliki memori yang sangat baik untuk mnyimpan segala sesuatu yang terjadi di dirinya dari mulai di kecil, anak tersebut bisa saja balas dendam jika orang tua maupun orang lain melakukan sesuatu yang buat dia tidak nyaman, mereka akan memberontak dan mengikuti pola perilaku yang mereka ajarkan dengan sangat mudahnya demi kepuasaan dan kesnangan mereka yang sering diperbuat dengan demikian.
jadi kalau menurut saya ajarilah anak anak dengan penuh kasih sayang tidak dngan kekerasan yang bisa membuat psikis anak terkalahkan.
1. bagaimana jika anak terus hidup dalam keluarga yang demikian?
2. bagaimana caranya agar anak tidak melakukan hal tersebut?
3. bagaimana cara mendidik supaya si anak tidak melakukan hal-hl tersebut?
Banyak penelitian kualitatif dan kuantitatif yang menyatakian “Anak adalah selembar kertas kosong yang siap digambar” maksud dari kalimat ini adalah anak itu adalah cerminan orang didekatnya ( orang tua) dimana diwaktu kecil anak akan meniru danmengingat apa yang terjadi di sekelilingnya .anak pun tercetak dari pola asuh orang tuanya,jika dari kecil saja peran orang tua sudah tidak ada pastilah sang anak pun akan minim panutan dan kesopanan!
BalasHapusTapi kenapa banyak orang tua yang tidak menjalani peran orang tua yang baik pada anaknya? Kasih sayang,seorang panutan yang baik ,lingkungan yang mendukung! Menurut bapak manakah yang paling utama bagi tumbuh kembang anak?