Rabu, 05 Maret 2014

KORBAN BAPAK DAN IBU

Ia berusia lebih kurang 13 tahun. Tingginya sekitar 112 cm dan berat badan  lebih kurang 35 kg, kulitnya hitam, rambutnya hitam pendek. Matanya terus bergerak, hidungnya pesek, dan bibirnya terlalu besar dibanding hidungnya. Ia tidak pernah bisa duduk tenang walau hanya dua menit. Ia terus bergerak, berlarian, mengerjakan apa saja. Memunguti sampah, mengangkat kursi, mengumpulkan piring kotor, mencuci piring dan mengangkati apa saja yang menurutnya mesti diangkat. Kadang benda yang sama dipindahkan kemudian dipindahkan lagi ke tempat semula.

Jika tidak ada lagi yang dikerjakan, dia mulai mengganggu teman-temannya. Mencolek, menjambak rambut, mendorong, berteriak di kuping temannya, mengambil kopiah temannya, dan melemparkannya ke mana saja. Seringkali ia menyibakkan rok anak-anak perempuan dan menggoda dengan mengambil barang mainan mereka.

Saat teman-temannya shalat ia membersihkan ruangan untuk tidur, dan ketika teman-temannya tidur, ia mulai berjalan keliling lapangan, menyapu, memindahkan pot-pot bunga. Kemudian ke kamar mandi, membersihkan kamar mandi dan wc dengan menyikat semua lantai, membersihkan bak mandi dan ember-ember, lantas mengepel lantai ruang pertemuan dan mengelap kaca-kaca jendela.

Menjelang azan subuh ia tidur tak sampai 30 menit dan kemudian membantu orang memasak makanan di dapur, mengangkat air, membantu membuat teh manis, mengantarkannya ke tempat anak-anak lain sarapan, sarapan mie instan sambil jalan, mengumpulkan piring, mangkok serta gelas kotor, ikut mencuci piring. Kemudian membersihkan tempat mencuci piring.

Teman-temannya memanggilnya si Item karena kulitnya hitam. Jika berbicara kata-kata yang diucapkannya tidak jelas, sering ingus keluar dari lubang hidungnya. Teman-temannya menyebut bau badannya bau matahari, meski rajin membersihkan kamar mandi ia jarang sekali mandi. Begitu pun ganti baju.

Si Item mengalami kerusakan otak permanen karena sering dihajar babenya. Babenya adalah kuli angkut di pasar induk. Hobinya mabok dan berjudi. Ia memiliki enam anak dari tiga istri. Hanya istri pertama yang dinikahi. Kedua istrinya cewek warung yang diajak hidup bersama tanpa nikah. Istri keduanya lari dari si babe karena sering digebukin. Istri terakhir bertahan karena merasa sudah tua.

Si Item pernah dihajar kepalnya oleh si babe sampai keluar darah dari hidung dan telinganya. Sejak saat itu si Item berubah perilakunya. Bicara pun seperti anak kecil. Ia rajin bekerja. Sehari-hari ia membersihkan bus di terminal Kampung Rambutan. Para supir, kernet, dan ibu warung kasihan dan sayang padanya. Bila dapat uang, ia serahkan pada emaknya. Pemeriksaan dokter berkali-kali menyatakan ada kerusakan permanen pada otaknya. Butuh dana besar untuk pengobatannya.

Dua kakak laki-lakinya yang lain ibu menjadi pengamen. Kedua kakaknya yang ngamen tidak tahu tinggal di mana. Dulu mereka tinggal di kios tak terpakai di pasar induk. Sejak mengeroyok si babe mereka menghilang. Mereka menghajar si babe karena penghasilannya bekerja diambil si babe untuk berjudi dan mabok-mabokan. Suatu kali mereka melawan dan mengeroyok si babe. Si babe benar-benar mereka hajar. Sejak saat itu mereka meninggalkan pasar induk dan bertualang di jalanan jadi pengamen. Mereka sangat sayang pada si item. Seringkali mereka menraktir si item dan mengajaknya jalan-jalan. Mereka juga tahu si Item mengalami gangguan otak. Mereka sangat kasihan, tetapi tidak tahu harus berbuat apa.

Si item memiliki kakak kandung perempuan bernama Ng. Sebelum umurnya 16 tahun ia dijual emaknya ke bos warung. Dulu emaknya juga cewek warung, jadi punya hubungan baik dengan bos-bos warung. Ng merasa hidupnya lebih baik semenjak jadi cewek warung. Penghasilannya sekarang bisa dinikmatinya sendiri, sebagian disisihkan untuk emaknya. Dulu apapun pekerjaannya mulai dari ngutip sayur dan buah, dan mulai dijual babenya ke supir dan kernet truk, penghasilannya diambil si babe untuk berjudi dan mabok. Ia senang saat dijual ke bos warung. Karena dia tahu babenya gak berani sama bos warung. Sekarang dia bisa menabung, dan bajunya bagus-bagus. Sesekali ia sering mengajak si Item tidur bersamanya di penampungan yang disediakan bos warung.

Ng beberapa kali membawa si Item ke rumah sakit, dia tahu adiknya susah disembuhkan. Jadi yang penting si Item masih bisa beraktivitas. Si babe sama sekali tidak mau tahu dengan nasib si Item. Jangan-jangan dia juga sudah lupa punya anak. Karena sekarang tidak ada lagi duit yang bisa diambil dari anak-anaknya.

Ng dulu juga sering dihajar si babe. Masih ada sejumlah bekas luka karena dihajar babe pada beberapa bagian tubuhnya. Tetapi Ng akhirnya berani melawan babe. Ng kini hidup tenang sebagai cewek warung. Langganannya sudah lumayan banyak. Sebagai cewek warung dia hidup lebih tenang karena jam kerjanya lebih teratur. Mulai nongkrong di warung jam delapan malam, selesai pukul dua pagi. Bila ada cowok yang boking boleh sampai besok sore. Penghasilannya juga jelas. Ada pembagian hasil dengan bos warung. Karena masih muda dia sering diboking cowok, kebanyakan sopir truk. Ng punya pacar, jagoan di Cilitan. Meski dia tahu pacarnya sudah punya bini, dia tak peduli. Emak bilang gak apa-apa pacaran sama laki orang. Cewek warung ya memang begitu. Cewek warung kan milik orang banyak, milik rame-rame.

Ng mau brenti jadi cewek warung bila ada lelaki yang bener-bener mau jadi suaminya. Tapi emak bilang jangan buru-buru punya laki, rugi. Punya laki kalo udah umur tiga puluh lebih, emak dulu begitu. Nikmati idup, cari duit banyak-banyak, baru punya laki. Ng merasa lebih beruntung dibanding emak karena dia lebih cakep dan semok dibanding emak. Dia mau punya laki yang baik, gak kayak babe yang hobinya mabok dan judi. Ng kasihan sama emak karena hidupnya menderita sejak jadi bibinya babe. Ng juga sangat kasihan ama si Item. Si Item itu gak punya masa depan, kata Ng. Kakaknya yang jadi pengamen juga gak jelas hidupnya. Semua gara-gara si babe yang cuman mikirin kesenangan sendiri.

PARA ORANG TUA HARUS BERKORBAN DEMI MASA DEPAN ANAKNYA, BUKANNYA SI ANAK DIKORBANKAN DEMI MASA KINI ORANG TUANYA.

1 komentar:

  1. Sungguh miris melihat kehidupan si Ng, item dan saudara - saudara tiri item lainnya.. Anak - anak itu seharusnya di didik dan dilindungi oleh orang tua tetapi semuanya berbanding terbalik. Malah orang tua terlebih Babenya yang menghancurkan kehidupan dan masa depan anak - anak tersebut. Sikap keras, egois dan kesenangan sendiri yang diutamakan. Si item dihajar sampai mengalami kerusakan otak, sungguhhhh.. miriiiiissssss.. Dimana letak tanggung jawab orang tua ? Mengapa ia begitu tega menghajar anaknya? Karena ekonomi? Atau karena anak merupakan malapetaka?

    Jika orang tua sudah salah dalam mendidik, bagaimana anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik?? Padahal orang tua menjadi panutan utama bagi sianak. Menurut teori John Loke yaitu “empirisme”, bahwa manusia lahir bagikan kertas putih, masa depan anak akan sangat tergantung dari apa yang dituliskan diatasnya, artinya pengalaman apa yang didapatkan anak dari pola asuh orangtua menjadi bahan tulisan yang akan mewarnai kehidupan ataupun kualitas diri anak tersebut, dan orang tua adalah orang yang pertama mewarnai kehidupan anak tersebut. Intinya, perilaku anak merupakan cerminan dari orang tuanya.
    Sudah orang tua yang tidak benar ditambah lagi lingkungan yang tidak mendukung. Sudah hancur tambah hancuuuuuurrrrrrr..

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd