Sabtu, 08 Maret 2014

SAYA YANG SURUH

Matahari tenggelam, gelap perlahan muncul. Kesibukan baru mulai di tempat ini. Sejumlah orang sibuk memasang lampu neon, beberapa masih mengangkati minuman ringan, para pedangdut gerobak telah membersihkan kawasan di sekitar gerobaknya. Tempat ini adalah pusat hiburan rakyat yang menyediakan dangdut gerobak, judi kopro, minuman keras, dan pelacuran, pastilah kelas bawah. Letaknya di rel kereta dekat dengan stasiun kereta api. Orang-orang menyebutnya Pela-pela. Malam ini tidak banyak kereta api yang parkir, jadi tempatnya lebih lapang.

Gang kecil menuju tempat ini dipenuhi gerobak yang menjual beragam obat kuat dan macem-macem alat bantu seks dan obat untuk penyakit kelamin. Tidak jauh dari tempat ini terdapat pemukiman kumuh, terdiri dari gubuk-gubuk kecil yang keseluruhannya dibangun dari barang bekas.

Banyak orang tinggal di pemukiman kumuh itu. Jumlah wanita lebih banyak daripada lelaki. Kebanyakan wanita dewasa dan anak wanita yang berusia di atas sepuluh tahun bekerja di pelabuhan. Mereka mengejar truk yang mengangkat beras, kacang hijau, kedelai dan beragam bahan pangan lain. Mereka mengutipi apa pun yang jatuh dari truk. Tak jarang mereka sengaja merusak karung agar beras dan kedelai berserakan dan mereka berebutan. Mereka terbiasa mengejar-ngejar truk.

Karena gubuk-gubuk mereka sempit, kebanyakan berukuran 2mx2m dan 2mx3m, anak-anak lelaki mereka yang sudah berumur tujuh tahun tidur di stasiun kereta api atau di gerbong-gerbong kereta. Anak-anak mereka bila malam beraktivitas di tempat hiburan itu, melakukan apa saja untuk dapatkan uang. Ketika ditanyakan pada para ibu mengapa anak-anak itu berkeliaran di tempat hiburan itu, jawabannya hampir seragam yaitu, " Saya yang suruh."

Anak-anak lelaki berusia empat sampai dengan belasan tahun biasanya nongkrong di tempat judi kopro atau dangdut gerobak. Mereka meminta-minta pada tamu yang datang. Caranya adalah mengikuti tamu yang baru datang, terus saja diikuti sampai tamunya memberi uang. Beberapa mereka ada yang spesialis disuruh-suruh. Di suruh beliin rokok, ambilin atau ngantar minuman dan makanan. Biasanya yang menyuruh adalah tamu yang sering datang dan sudah kenal dengan mereka. Beberapa ada yang disuruh tamu memanggil pelacur. Anak-anak itu kenal dengan para pelacur yang jumlahnya puluhan. Mereka juga sering menawarkan pelacur pada para tamu. " Om mau cewek, cakep om, montok." Begitu mereka berpromosi. Kadang mereka menyapa tamu dan bilang,"Om, saya panggilin cewek ya, murah om."

Sebagian besar anak-anak itu, perempuan dan lelaki pada kisaran usia empat sampai belasan tahun, berkumpul di tempat transaksi seksual. Mereka menyediakan jasa air. Dengan membawa air dalam ember kecil dan gayung kecil, mereka menunggu dan melihat orang melakukan hubungan. Mereka mendapatkan duit dengan membawakan air itu pada mereka yang baru berhubungan untuk bersih-bersih.

Seluruh anak-anak itu menyaksikan semua peristiwa mulai dari orang-orang itu membuka pakaian, melakukan hubungan, membersihkan kemaluan di depan mereka dan mengenakan baju kembali. Semua ini tak terelakkan karena tempat berhubungan di sini memang terbuka dan setengah terbuka, semuanya tidak permanen, sebab sering dibakar petugas bila ada razia. Dibuat apa adanya karena murah dan sering di razia.

Sembari menunggu tamu atau sedang menunggu orang-orang berhubungan, dan bila bosan menonton orang berhubungan, anak-anak itu bermain-main dan berjoget. Karena musik dangdut gerobak terdengar sampai ke mari. Anak-anak itu seringkali menirukan gaya orang berhubungan. Sering sambil membuka celana.

Di rumah, di depan orang tuannya mereka selalu bercerita sambil memperagakan beragam posisi orang berhubungan, para ibu yang mendengarkan mereka berbicara malah tertawa ngakak, dan meminta penjelasan lebih rinci. Anak-anak kecil itu tambah bersemangat menjelaskan. Macam-macam perilaku dan posisi orang berhubungan diceritakan dan diperagakan.

Saat ditanya apakah para ibu tidak khawatir kebiasaan anak-anak  menyaksikan orang berhubungan tiap malam akan berpengaruh buruk pada anak-anak itu. Mereka menjawab, " Di rumah mereka juga liat ibu bapaknya gituan, tapi gak dapet duit, mendingan liat di sana, bisa dapat duit."

Anak-anak yang masih sangat kecil kerap tidur di sekitar tempat orang berhubungan, karena kakaknya masih melayani orang-orang yang butuh air. Di akhir pekan atau di bulan muda dan liburan, mereka berada di tempat itu sampai subuh. Jangan dikira tidak ada tamu yang iseng meraba-raba anak perempuan yang membawakan air itu. Kebanyakan mereka senang bila diberi uang.

ANAK-ANAK JADI KORBAN PALING MENGERIKAN DALAM KEMISKINAN YANG AKUT.

89 komentar:

  1. NAMA : FANNY FITRIYANI
    NIM : 4915131376
    P.IPS A 2013

    Setelah membaca tulisan di atas, saya jadi merasa diingatkan bahwa di luar sana masih banyak sekali orang yang hidup di atas garis kemiskinan yang sangat parah. Terkadang saya mengeluh dengan keadaan hidup yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tetapi di luar sana banyak sekali yang hidupnya jauh lebih memprihatinkan atau bahkan mengerikan. Jika dipikir lebih mendalam tentu saja akan terlintas dipikiran kita bahwa semua ini terjadi karena faktor ekonomi yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Di negara ini memang terjadi ketimpangan yang sangat jauh sekali antara orang kaya dan orang miskin. Kita seringkali mendengar upaya pemerintah dalam membantu rakyat miskin dalam pendidikan misalnya. Namun, dalam kenyataan yang seringkali saya lihat orang miskin itu tidak terlalu antusias dalam pendidikan. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar mereka mendapatkan uang untuk membeli makan dan untuk bertahan hidup. Sungguh miris memang jika melihat kenyataan yang ada, sperti yang tergambar dalam cerita di atas. Anak-anak justru harus bekerja dengan pekerjaan yang sangat tidak wajar dan yang lebih miris lagi mereka justru disuruh oleh orang tuanya. Hal ini tentu saja membuat kita semakin bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada bangsa ini? Apakah ada yang salah dengan pemerintahan di negara ini? Apakah uang yang menjadi penyebab kekacauan di dunia ini? Tidak akan pernah ada habisnya jika kita hanya bisa mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan saja tetapi tidak dibarengi dengan perbuatan. Seharusnya yang perlu kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN MORAL SERTA MENSEJAHTERAKAN BANGSA INI?
    Ada juga 4 hal yang ingin saya tanyakan :
    1. Dalam cerita di atas, orang-orang miskin bekerja seperti itu tujuannya adalah untuk mendapatkan uang, tetapi apakah jika bangsa ini makmur tidak akan ada lagi kejadian yang seperti itu?
    2. Apakah uang bisa menjamin segalanya? Dan apakan uang dapat menyelesaikan semua masalah?
    3. Bagaimana nasib masa depan bangsa ini jika generasi-generasi penerus bangsa ini justru mempunyai moral yang sangat hancur akibat rendahnya ekonomi?
    4. Pada seiring berkembangnya zaman, apakah kejadian-kejadian seperti ini malan akan menjamur apa malah akan semakin musnah?

    BalasHapus
  2. kemiskinan memang memaksa seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang tidak jarang pekerja anak tsb sampe mempertaruhkan nyawa mereka. permasalahan yang terjadi di lokalisasi seperti ini sangat sulit untuk diatasi sekalipun pemerintah yang turun tangan saya mengingat kutipan perkataan bu martini, sebab "lokalisasi prostitusi sudah ada sejak peradaban manusia dimulai jauh berabad - abad yang lalu. budaya ini sudah turun menurun dari orang orang yang terdahulu" masalah ini tidak hanya di indonesia saja tetapi dibagian pelosok bumi ini pasti ada hal hal seperti ini.
    jadi jangan heran jika anak anak bekerja di tempat lokalisasi seperti ini untuk mengais rezeki setiap harinya untuk bertahan hidup. semoga tidak ada sanak saudara kita menjadi seperti yang diceritakan diatas. amin..
    lalu, apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa untuk memperbaiki moral anak anak pekerja ditempat lokalisasi tsb??
    apakah para orang tua dari anak anak itu memiliki hati nurani untuk merubah perbuatannya ke yang lebih baik??
    bagaimana cara pemerintah mengatasi kemiskinan yang dialami kota ini??
    sekian trimakasi.

    BalasHapus
  3. NAMA : FASSA FARHATUSSHOLIHAH PUTRI
    NIM : 4915131374
    P.IPS A 2013
    Di zaman yang serba canggih ini memang tidak banyak orang yang mengetahui tentang hal tersebut. Tempat yang begitu banyak dengan cerita yang sangat memberi kesan terkejut bagi orang yang membaca tulisan ini dan pergi ke tempat itu. Memang tidak sedikit orang yang melakukan pekerjaan seperti itu, bahkan ada yang di mulai dari anak-anak yang sangat berusia dini. Seharusnya anak bukanlah korban dari kemiskinan sang orang tua. Sampai banyak anak yang masa pertumbuhannya di sekelilingi dan hidup seperti itu, sampai-sampai menjajakan diri nya untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak kerjakan untuk anak seusia itu. Anak seusia itu adalah masa anak dalam pertumbuhan, dimana ia seharusnya di ajarkan akhlak yang baik untuk masa depan ia nanti, jika dari kecil saja dia tumbuh sudah di tempat seperti itu, bekerja dan di suruh-suruh oleh orang yang datang ke tempat itu, tempat yang tidak jelas asal-usul nya. Hanya untuk tempat meluapkan nafsu para lelaki. Orang tua khususnya Ibu, adalah peran penting dalam tumbuh kembang sanga anak. Janganlah anak menjadi korban karena sang orang tua miskin, apalagi sampai sang anak hampi menghabiskan waktu luangnya di tempat yang sangat buruk, dan juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis sang anak. Apalagi dalam tulisan ini sang ibu menanyakan sang anak dan menanggap cerita sang anak, apa saja yang si anak lihat itu. Seharusnya menjadi seorang ibu melindungi sang anak dari kejam nya tingkah laku dan perilaku, lingkungan hidup di sekitar. Jika memang lingkungan itu buruk maka jauhkanlah anak dari lingkungan itu, bukan malah menjadikan sang anak untuk terjun langsung dan menyuruh bekerja di tempat seperti itu hanya untuk uang. Semakin sering nya anak menghabiskan waktu di tempat seperti itu, maka pola fikir sang anak pun jadi terbiasa dan berkembang dengan tidak semestinya anak umur seusia itu. Bahkan sang anak pun menjadi sangat lumrah melihat seperti itu dan menganggap hal itu sepele dan benar, karena tidak ada larangan dan kecaman dari orang tua khususnya sang ibu.
    1. Apakah di tempat itu seluruh anak seusia dini menjajakan dirinya di tempat itu, atau hanya di sekeliling tempat terdekat itu saja banyak anak yang bekerja di tempat itu?
    2. Apakah kebanyakan atau hampir seluruhnya, sang ibu menyuruh anak nya untuk bekerja di tempat itu?
    3. Adakah peran penting atau lembaga selain orang tua, khusus nya sang ibu untuk mengubah pola perilaku sang anak ditempat itu, agar menjadi anak yang tidak menjajakan diri nya?

    BalasHapus
  4. Irma Lutfiana (4915131378)
    P.IPS A 2013

    Kemiskinan memang membuat orang rela melakukan hal apa saja demi mendapatkan uang. Bagi mereka uang segalanya. Kemiskinan memang sudah tak terelakkan lagi terutama di kawasan pemukiman kumuh. Namun sangat disayangkan apabila anak-anak juga terlibat dalam kasus ini. Sudah jelas bahwa mereka adalah penerus bangsa yang mampu menjadikan bangsa ke arah yang lebih baik. Kesalahan memang bukan dari si anak akan tetapi ada di pihak orang tua, seharusnya orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik, memberikan kasih sayang untuk mereka, dan memberikan apa yang seharusnya anak-anak dapatkan. Namun ketika ditanya ibu-ibu menjawab bahwa merekalah yang menyuruh anaknya untuk berkeliaran di tempat itu. Mereka beranggapan bahwa ketika sang anak berkeliaran di tempat itu maka mereka akan mendapatkan uang, tak peduli apa yang dikerjakan yang penting si anak mampu menghasilkan uang. Sungguh ironis ketika sang anak menceritakan dan memperagakan posisi orang berhubungan di depan ibunya. Sang ibu malah tertawa ngakak dan meminta penjelasan rinci bahkan tidak khawatir terhadap perkembangan anak. Padahal ketika seorang anak melihat sesuatu maka mereka akan mengingat sesuatu tersebut dalam waktu lama, dan ini akan berpengaruh saat usia dewasa kelak. Masa anak-anak seharusnya masa untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman sepermainan. Masa dimana mereka untuk bersenang-senang bukan untuk mengais rezeki apalagi sampai melihat orang berhubungan. Akan tetapi berbeda halnya dengan nasib anak-anak di Pela-pela, mereka justru lebih senang untuk bekerja dan mendapatkan uang.
    1. Apakah kemiskinan dapat teratasi?
    2. Bagaimana nasib bangsa ini ketika masih ada anak-anak yang menjadi korban kemiskinan?
    3. Bagaimana peran pemerintah terhadap situasi yang ada di Pela-pela atau tempat lain yang sama halnya dengan Pela-pela?
    4. Apakah kasus ini melanggar hak asasi anak? Bagaimana cara menindaklanjutinya?
    5. Menggunakan penelitian apakah untuk meneliti kasus di Pela-pela?

    BalasHapus
  5. Nama : Almira Maulidita Mathin
    NIM : 4915131411
    P.IPS A 2013

    Tidak ada manusia yang menolak terlahir dalam kemewahan, dan sebaliknya tidak ada manusia yang ingin terlahir dalam kemiskinan. Kemiskinan memang telah membutakan banyak orang. Dan akibat kemiskinan anak di bawah umur seringkali kena imbasnya seperti pada tulisan tersebut anak di bawah umur senang jika di beri uang meskipun sebelum diberi uang anak tersebut melihat sepasang yang bukan suami istri melakukan hubungan intim. Seharusnya peran orang tua disini dijalankan dengan melarang anaknya mencari uang dengan cara tersebut, tetapi kenyataannya orang tua malah mendukung anaknya mendapatkan uang dengan melihat adegan adegan tersebut terlebih dahulu. Kurangnya peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyat juga mempengaruhi hal negatif tersebut, karena jika pemerintah berhasil mensejahterakan rakyatnya mungkin tidak akan pelacur dan tidak akan ada anak-anak yang mencari uang dengan cara tersebut.

    Pertanyaan :
    1. Mengapa orang tua malah mendukung anaknya mencari uang dengan cara seperti itu? apakah penyebab hal itu terjadi?
    2. Apakah tidak ada peran pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut?
    3. Uang memang bukan segalanya, tetapi mengapa sebagian masyarakat rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang?

    BalasHapus
  6. INTAN BAHRIANI KHAER
    4915131391
    PIPS A 2013

    Sangat miris mengetahui ada orangtua yang melibatkan anak secara terang-terangan dalam kegiatan seksual bejad itu. Hal ini akan berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perrtumbuhan anak. Karena terlalu sering melihat dengan langsung orang yang melakukan hubungan, kemungkinan besar mereka akan mempraktekan kegiatan itu dibawah umur dan sebelum menikah. Mereka akan menganggap kegiatan itu wajar dan telah umum. Merusak moral dan merusak iman. Bukan salah anak yang mungkin bakal melakukan itu terlalu dini, bukan salah orangtua juga yang menyuruh dan membiarkan anak mengetahui bahkan menyaksikan kegiatan seksual itu. Bisa saja dahulu orangtuanya bukan orang terpelajar sehingga tidak mampu mengajarkan kepada anaknya mana yang baik dan yang tidak. Kemiskinan yang memaksa mereka mancari jalan alternatif untuk dapat uang banyak dengan cara cepat. Kehidupan yang semakin keras terutama di perkotaan telah membuat mereka menutup mata untuk mencari uang dengan cara halal yang justru menyulitkan mereka. Dunia telah menawarkan cara haram yang terlihat praktis dan dapat banyak uang, tak perlu dengan izajah tapi cukup dengan kemauan saja. Miris memang, tapi ini fakta yang telah banyak kita temui di lapisan masyarakat menengah kebawah. Hal ini akan sangat sulit diatasi karena terlalu banyak kasus yang sama terjadi di hampir semua tempat di negeri ini. Rakyat miskin jelas melakukan ini karena terdesak ekonomi dan tertendang dari pekerjaan layak. Jangan pula salahkan rakyat miskin ini apabila manusia paling berpendidikan tinggi pun masih dengan gampangnya menjual diri dengan korupsi dan suap. Jelaslah ini bukti bahwa Negara ini sudah tidak bermoral lagi. Tak usah menjadi pejabat dengan pendidikan tinggi bila perbuatan yang dilakukan sama rendahnya dengan rakyat miskin yang tidak berpendidikan.

    Pertanyaan:
    1. Apa pemerintah setempat tidak melakukan patroli setiap malam di tempat tersebut?
    2. Apakah anak-anak yang bekerja di tempat itu bersekolah? Bagaimana perilaku mereka sahari-hari? Apa yang membedakan dengan anak yang terdidik dalam lingkungan baik?
    3. Apakah tokoh masyarakat tidak pernah menegur kegiatan itu? Atau justru mendukung kegiatan terus berlanjut?

    BalasHapus
  7. WINDI MELANDINI
    495131379
    P.IPS A 2013
    setelah membaca tulisan bapak saya tersadar bahwa sumber daya manusia dibentuk melalui pendidikan, sedangkan di indonesia tingkat pendidikannya masih rendah sehingga tingkat kemiskinanpun menjadi tinggi. para orang tua dari anak-anak tersebut tidak khawatir mereka bekerja ditempat seperti itu karena bagi mereka yang penting dapat uang, tidak peduli bagaimanapun caranya. mereka juga tidak khawatir dengan perkembangan anak mereka karena pasti para orang tua tersebut tidak mendapatkan pendidikan formal maupun informal. Rendahnya tingkat pendidikan juga dapat menyebabkan kriris moral, jika krisis moral terjadi bangsa ini bisa saja hancur. Seharusnya pemerintah mengatasi hal tersebut, dengan cara memberikan penyuluhan agar para orang tua dari anak-anak yang bekerja di tempat itu menjadi sadar dan mengerti bahwa pendidikan itu sangatlah penting.
    1. mengapa masih banyak tempat prostitusi di indonesia?
    2. apakah pemerintah sudah berupaya untuk mengurangi tempat prostitusi?
    3. bagaimana cara mencegah banyaknya tempat prostitusi?

    BalasHapus
  8. Nama : Rizky Rachmawati
    Kelas : P.IPS A 2013
    Nim : 4915131381
    Sungguh amat miris membaca tulisan bapak ini. Seorang anak kecil yang seharusnya belum mengetahui tentang kebiasaan orang dewasa, justru melihat kejadian yang tidak sewajarnya dilihat. Tentu saja kalau kita bertanya moral anak itu rusak atau tidak, ya sudah pasti sangat rusak. Seorang anak kecil sangat gampang untuk merekam suatu tindakan yang dilihat. Seharusnya mereka masih bermain bersama anak seumurannya bukan malah melakukan pekerjaan yang sangat tidak pantas bagi mereka. Disini peran orang tua sangat mebantu anaknya dalam proses tumbuh kembang, tetapi kenyataannya dlam tulisan bapak Orang tua sangat mendukung sekali anakya melakukan pekerjaan itu. Kalau kita berpikir sungguh tidak wajar tindakan orang tua yang seperti ini. Dan hanya membuat bangsa ini semakin rusak saja.
    Pertanyaan
    1. Dimanakah kesadaran orang tua melihat anaknya melakukan pekerjaan itu?apa yang dapat membuat orang tua menyadarinya bahwa tindakan yang dilakukan orang tua tidak baik?
    2. Adakah metode-metode lain dalam penelitian bapak?
    3. Jika terus dilakukan bisa mengakibatkan moral/perilaku anak menjadi lebih tidak wajar dibandingkan anak-anak seumuran lainnya. Bagaimana mengubah perilaku anak yang sudah telanjur melakukan pekerjaan itu menjadi lebih baik?

    BalasHapus
  9. menurut saya pergaulan bebas memang sudah merajalela dimana saja tidak mengenal usia. maupun usia dibawah umur atau usia dini, bahkan kebanyakan hampir usia dibawah umur yaitu anak-anak yang masih bersekolah sudah mengenal seks bebas bahkan sudah menyaksikan secara langsung. tidak ada peran orang tua disini, bahkan para orang tua mendukung hal tersebut. hal ini disebabkan karena faktor krisis ekonomi yang melanda masyarakat kalangan bawah. krisis ekonomi terjadi karena kurangnya lapangan kerja dan banyaknya pengangguran di ibukota jakarta. jadi mengakibatkan anak tersebut mencari uang untuk kebutuhan sehari-harinya dengan bekerja seperti itu, karena tidak ada pilihan lain. inilah akibat dari kerasnya ibu kota jakarta
    1. apakah masalah ini kedepannya akan lebih merajalela atau tidak?
    2. apa peranan orang tua yang baik dengan anak seperti itu?
    3. apakah anak-anak tersebut masih mengutamakan pendidikan?

    BalasHapus
  10. Nama : Vivich Husnul Khotimah
    NIM : 4915131387
    Jurusan : Pend. IPS A 2013
    Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
    Komentar :
    Sungguh tercengang, pedih, dan prihatin rasanya setelah membaca artikel ini, sungguh perilaku dan cara asuh yang sangat salah dalam mendidik dan mengajarkan seorang anak dalam keluarga. Tidak sepatutnya orang tua melakukan hal yang seperti itu kepada anaknya, orang tua seharusnya mendidik anak dan memberikan perhatian serta kasih sayang yang seharusnya diberikan orang tua kepada anaknya. Anak adalah masa depan bangsa yang seharusnya dipersiapkan dan dididik untuk membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan dan mampu hidup selaras dengan zaman. Anak bagaikan kertas putih dan jika kertas putih itu di contreng oleh tinta-tinta yang tidak semestinya, maka kotorlah kertas itu. Kertas itu adalah seorang anak dan tinta itu adalah lingkungan sekitarnya, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitarnya dan tempat anak bermain.
    Jika kita lihat di artikel ini, orang tua membiarkan anaknya bekerja yang masih dibawah umur dan pekerjaan itu sangat tidak pantas untuk anak seusia itu. Memang keluarga tersebut seperti itu karena keterbelakangan ekonomi, tetapi jangan karena tuntutan ekonomi anak jadi taruhannya !!! kalau sudah seperti ini lalu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kasus seperti itu? Orang tua kah? Ekonomi ? Lingkungan? atau Pemerintah? Entah siapa yang disalahkan, tetapi yang pasti dari lembaga yang paling terkecil dalam hal ini keluarga saja sudah sangat salah dalam cara asuh dengan mendidik anak seperti itu. Ekonomi janganlah dijadikan alasan untuk mempertaruhkan anak dengan hal lain, karena untuk kebutuhan ekonomi adalah menjadi tanggung jawab para orang tua terutama seorang ayah dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Anak seharusnya diberikan kebebasan untuk bersekolah, bermain, dan belajar tanpa harus bekerja seperti orang tuanya. Anak mempunyai hak untuk mendapatkan itu semua. Kemiskinan memanglah permasalahan yang sangat krusial di negara ini, dari permasalahan ekonomi saja mampu merusak segala sistem dan tata aturan yang ada. Dan seharusnya pemerintah peka terhadap kasus seperti ini, karena ini menyangkut keberlangsungan kehidupan bangsa dimasa depan.
    Pertanyaan :
    1. Bagaimana jiwa psikologis anak jika melihat dari kasus dalam artikel ini?
    2. Hingga menjadi artikel seperti ini, apakah bapak melakukan penelitian sebelumnya? Bagaimana bapak melakukan penelitian tersebut? Dan metode penelitian apa yang digunakan ?
    3. Solusi apakah yang bisa menjawab permasalahan tersebut?

    BalasHapus
  11. Arlietha Nofeliza (4915131392) PIPS A 2013
    Dari tulisan pak nusa putra yang telah saya baca yang berjudul “saya yang suruh” sungguh sangat mengerikan dan merasa iba. Betapa parahnya orangtua sampai menyuruh anaknya untuk mencari uang dengan cara seperti itu. Lagi-lagi hal ini berkaitan dengan keadaan ekonomi yang buruk, ekonomi yang rendah, kemiskinan. Dari tulisan ini sangat terlihat sekali betapa kurangnya peran pendidikan yang di dapatkan oleh anak-anak tersebut. Anak usia dibawah umur sudah disuruh mencari uang dengan cara seperti itu, sungguh sangat memprihatinkan dan mengetuk pintu hati apakah keberadaan uang telah menjadi segalanya? Apakah uang telah merubah segalanya? Mengubah hal yang negatif atau haram menjadi hal yang biasa atau bahkan positif? Apakah uang telah membuat lupa akan dosa? Apakah uang sudah menjadi lebih penting daripada hembusan nafas?. Menurut saya, dengan materi atau kehidupan yang kurang seharusnya kita jangan sampai seperti itu. Sudah orangtuanya yang masuk kejalan yang salah dan malah makin memperparah dengan melibatkan anak-anaknya. Bukankah ini justru malah semakin merugikan? Mengapa merugikan? Karena sama saja hal tersebut memberikan contoh kepada anak-anaknya kelak ia dewasa akan menjadi penerus atau seperti orangtuanya dan tetap saja dalam ruang lingkup kemiskinanan yang dan seperti dalam lingkaran setan yang tak pernah berujung?. Lalu pertanyaannya adalah : (1) Apakah ada peran pemerintah dalam mengatasi akan hal ini? (2) Apakah hanya dengan ada razia cukup untuk memberantas hal ini? (3) Apakah kemiskinan selalu menjadi faktor penyebabnya? (4) Siapa yang patut untuk dipersalahkan? Apakah Pemerintah? Uang? Atau Zaman? Terimakasih

    BalasHapus
  12. Kemiskinan yang akut seolah-olah telah memaksa mereka untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak mereka kerjakan. Tidak adanya kontrol sosial dari lingkungan sekitar merupakan salah satu indicator fenomena ini. Bahkan orang tuanyapun sudah tidak peduli dengan fenomena ini, bahkan orang tuanya sendirilah yang menyuruhnya ini merupakan suatu hal fenomena yang luar biasa. Bahkan fenomena ini menurut saya sudah melebihi extra ordinary crime. Anak-anak menjadi korban dari fenomena ini yang dampaknya akan sangat membahayakan kedepannya bagi perkembangan si anak.
    Yang saya tanyakan disini adalah
    1. Sebenanya dimanakah peran negara kita ? mengapa hal ini cenderung dibiarakan? Bukankan negara kita mempunyai undang-undang tentang perlindungan anak.
    2. Bisakah fenomena ini dihentikan ?
    3. Mengapa norma dan nilai dalam masyarakat bisa hilang karena gara-gara kemiskinan ?

    BalasHapus
  13. Nama saya Anzani Mutiara kelas P.IPS A 2013, saya sangat terkejut setelah membaca tulisan Bapak ini, saya hanya bisa menggelengkan kepala dan menyadari bahwa kemiskinan itu sungguh menakutkan. Ternyata ada orang yang hidupnya lebih susah dari kita, dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang. Terkadang kita mengeluh dengan kesusahan yang kita alami, namun kita lupa bahwa diluar sana ada yang hidupnya lebih susah daripada kita. Uang telah membutakan siapa saja yang membutuhkannya, dengan cara haram sekalipun dilakoni hanya demi sesuap nasi. Kenyataan yang sangat memilukan, ketika seorang anak kecil seperti cerita diatas disuruh bekerja, dengan pekerjaan yang bisa dibilang sangat kejam. Moral dan akidah diabaikan hanya demi uang. Dengan kejadian yang seperti ini, bagaimana nasib bangsa kita bila generasi penerusnya tidak berakidah. Kehidupan di dunia memang kejam, namun bila dibiarkan akankah kita bahagia di akhirat kelak ?
    1. Melihat dari cerita diatas, bila terus dibiarkan apakah bisa Negara ini menjadi Negara yang maju ?
    2. Apakah hal ini akan terus dibiarkan saja ? ataukah kita hanya berpura-pura buta akan hal ini ?
    3. Lalu bagaimana cara mengatasinya agar kejadian seperti ini tidak terjadi llagi di Indonesia ?

    BalasHapus
  14. Sesuai apa yang telah bapa tulis ini dengan judul "Saya yang suruh". adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di jakarta. yang dimana jakarta adalah ibukota yang mengalami ketimpangan. yang dimana terdapat ratusan mewah dan ratusan komplek mewah , tetapi terdapat juga banyak slum atau perumahan kumuh yang mengakibatkan kasus ini. kasus yang menjelaskan bahwa terdapat sebuah keluarga miskin yang dimana mereka tidak dapat membiyayai pendidikan mereka. sehingga lantas yang terjadi anak yang tertindas ini tentu menjadi korban bagi kelangsungan hidup nya dalam berkarier. dikarenakan putusnya pendidikan mereka.padahal sebuah penelitian mengenai pendidikan bahwa anak " yang dibawah umur 19 tahun adalah usia yang produktif untuk berfikir inovatif dan kreatif.

    1. Di dalam tulisan ini,Apakah Orang tua sepatutnya disalahakan secara keseluruhannya?

    2. Apakah tidak-tidak ada LSM/lembaga lainnya yangpernah membantu hal ini ?

    3. Apakah anak ini dapat mendapat pendidikan yang layak di kemudian hari?

    BalasHapus
  15. Nama: Mamay Gumelar
    NIM: 4915 12 2541
    P.IPS A' 2012

    Lagi-lagi 'Kemiskinan' yang kerap kali merupakan akar dari seluruh fenomena sosial yang tampak nyata dan terselubung di kehidupan masyarakat kita. Betapa memilukannya ketika anak-anak dibawah umur yang seharusnya memperoleh perlindungan serta jaminan pendidikan dari negara, akan tetapi malah memperoleh kehidupan serta pergaulan yang tidak sepantasnya bagi mereka. Apa boleh buat? Memang begitu adanya fenomena sosial tersebut. Begitu pula dengan 'Kemiskinan' yang akan selalu menjadi permasalah besar bagi sebuah negara berkembang seperti negara kita.

    Berikut ini Saya ajukan pertanyaan terkait tentang wacana di atas, yaitu:
    1. Bagaimana proses pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terkait fenomena sosial masyarakat tersebut?
    2. Bagaimana peneliti menempatkan diri ketika berada dalam wilayah penelitian yang demikian?
    3. Bagaimana wujud tanggung jawab pemerintah setempat terhadap upaya untuk melindungi anak-anak pemukiman kumuh tersebut?

    Terima kasih.

    BalasHapus
  16. gustiana restika
    p.ips B

    Uang bisa membeli semua yang ada di dunia. Mungkin sebagian orang mengatak pernyataan itu salah. Mungkin pernyataan itu berlaku untuk orang-orang yang terlampau lebih mempunyai uang Tapi pada kenyataan uang selalu menjadi masalah memdasar yang menyebabkan banyak masalah.
    Kadang kita berpikir. Mengapa hal-hal yang sudah menjadi rahasia umum seperti kasus diatas tidak pernah ada penanganan oleh pemerintah. Apa kita harus selalu dan selalu menyalahkan pemerintah? Setau saya bila ingin menciptakn perubahan harus mulai dari sendiri. Banyak orang yang cuma bisa memaki pemerintah atas apa yang terjadi.tetapi mereka tidak memberi bentuk nyata untuk menciptakan perubahan. Rasa empati untuk masyarakat mungkin harus lebih diperkuat. Bila setiap orang bisa saling berempati atas hal apa yang terjadi kepada tetangganya, mungkin dampak buruk ekonomi tidak akan sekronis saat ini.
    Sangat diperlukan pendekatan yang mendalam untuk maslah ini. Karena masalah ini menyangkut banyak aspek, seperti ekonomi, budaya dan sosial. Diperlukan menggunakan dua metode penelitian untuk meneliti masalah ini.
    Kenapa ada orang yang berpikiran sempit?
    mengapa sampai terjadi permasalah seperti itu?
    Siapa yang paling bertanggung jawab dalam kasus ini?

    BalasHapus
  17. Ajeng Nur Aryani
    P.IPS A

    Ada ya orang tua yang memperlakukan anaknya seperti itu, memperlihatkan yang tidak pantas di tonton oleh anak kecil dan itu tontonan bukan sekedar tontonan melainkan pengalaman anak kecil tersebut untuk mendapatkan uang. Sebegitu kejamnya orang tua menyuruh anaknya kerja di tempat yang seperti itu. Anak pada usia itu seharusnya belajar di SD dan SMP jangan memperlakukan anak tesebut kerja di tempat yang benar. Orang tua adalah yang mempunyai dampak negatif untuk anaknya sendiri, buat saya ini masalah yang sudah fatal sekali apa jadinya momral anak bangsa kalau akhirnya diperlakukan seperti itu dan tidak pantas sekali mereka bekerja disitu. Sebagai calon orang tua marilah kita membimbing dan berpikir kedepan jangan mengandalkan pekerjaan anak terseut lihat keahliannya kembangkanlah pola qkeahlian tersebut jangan terlalu diforsir juga akan berakibat fatal, sebaiknya dengan melihat apa yang di suka kerjakan dengan kita lihat anak tersebut anak tersebut menjalankan pekerjaan itu bukan paksaan tetapi egan hal yang ia gemari.

    Pertanyaan :
    1. Apakah orng tua berpikir bahwa memperkerjakan anaknya tersebut dapat pula berpengaruh pada psikologinya ?
    2. Apa yang dirasakan jika ada seorang anak yang menawarkan jasa nya untuk melayani lelaki dewasa yang ada disana ?
    3. Mengapa orang tua disana tidak memikirkan anaknya tersebut akan celaka ?

    BalasHapus
  18. RIKKY LEANDER
    4915133427
    PIPS REG B 2013

    pada kasus diatas, hal ini sangatlah menunjukkan kebiadaban orang tua yang telah membuat rusak masa depan anaknya. Mereka dengan tega mendoktrin dan menyuruh anak-anak mereka sendiri untuk mencari nakah dengan menjadi pelayan bagi tamu-tamu yang ingin melakukan hubungan seks. Sungguh sangat ironi sekali bila kita melihat, bahwa ada orang tua semacam itu . dan ketika ditanya mengapa mereka melakukan itu ? si orang tua malah menjawab : “saya yang suruh”. Dalam kasus ini si anak tak mampu keluar dari lobang jarum dan kebiadaban ibu dan bapaknya sendiri. Mereka (para orang tua) dengan bangga menyuruh anak mereka melihat hal-hal yang tidak seharusnya mereka lihat dikisaran umur mereka. Bisa dibilang orang tua tersebut telah dibutakan oleh UANG. Sehingga ia rela “menyuruh” dan memaksa anaknya untuk bekerja di tempat yang seharusnya bukan ada di dunia nya. Namun realitas di lapangan dan di kehidupan nyata sangatlah berbanding terbalik. inilah yang mungkin menyebabkan para orang tua melakukan hal ini kepada anak-anaknya. Dan hal ini dengan sangat lumrah disetujui oleh kedua orang tuanya. Sungguh sangat mengerikan sekali negeri ini, apapun akan dilakukan, asalkan bisa hidup, makan, dan memiliki uang.

    Pertanyaan :
    1. Mengapa orang tua, malah menyuruh anaknya untuk hal-hal yang seharusnya bukan dilakukan oleh si anak?
    2. Apakah mereka melakukan itu semua semata-mata hanya karena tuntutan hidup ?
    3. Mengapa si anak mau disuruh untuk melakukan hal tersebut oleh orang tuanya ?
    4. Bila dilihat dari sisi ke-intelektualan nya, dimanakah otak berpikir si ibu tersebut sampai tega menjual anaknya ?
    5. Jika kita sudah tidak dapat lagi menolong dan menyelamatkan orang tuanya, mengapa kita tak menyelamatkan anaknya sebagai bibit unggul dan insan muda yang bisa berprestasi ?

    BalasHapus
  19. RIKKY LEANDER
    4915133427
    PIPS REG B 2013
    Komentar :
    pada kasus diatas, hal ini sangatlah menunjukkan kebiadaban orang tua yang telah membuat rusak masa depan anaknya. Mereka dengan tega mendoktrin dan menyuruh anak-anak mereka sendiri untuk mencari nakah dengan menjadi pelayan bagi tamu-tamu yang ingin melakukan hubungan seks. Sungguh sangat ironi sekali bila kita melihat, bahwa ada orang tua semacam itu . dan ketika ditanya mengapa mereka melakukan itu ? si orang tua malah menjawab : “saya yang suruh”. Dalam kasus ini si anak tak mampu keluar dari lobang jarum dan kebiadaban ibu dan bapaknya sendiri. Mereka (para orang tua) dengan bangga menyuruh anak mereka melihat hal-hal yang tidak seharusnya mereka lihat dikisaran umur mereka. Bisa dibilang orang tua tersebut telah dibutakan oleh UANG. Sehingga ia rela “menyuruh” dan memaksa anaknya untuk bekerja di tempat yang seharusnya bukan ada di dunia nya. Namun realitas di lapangan dan di kehidupan nyata sangatlah berbanding terbalik. inilah yang mungkin menyebabkan para orang tua melakukan hal ini kepada anak-anaknya. Dan hal ini dengan sangat lumrah disetujui oleh kedua orang tuanya. Sungguh sangat mengerikan sekali negeri ini, apapun akan dilakukan, asalkan bisa hidup, makan, dan memiliki uang.
    Pertanyaan :
    1. Mengapa orang tua, malah menyuruh anaknya untuk hal-hal yang seharusnya bukan dilakukan oleh si anak?
    2. Apakah mereka melakukan itu semua semata-mata hanya karena tuntutan hidup ?
    3. Mengapa si anak mau disuruh untuk melakukan hal tersebut oleh orang tuanya ?
    4. Bila dilihat dari sisi ke-intelektualan nya, dimanakah otak berpikir si ibu tersebut sampai tega menjual anaknya ?
    5. Jika kita sudah tidak dapat lagi menolong dan menyelamatkan orang tuanya, mengapa kita tak menyelamatkan anaknya sebagai bibit unggul dan insan muda yang bisa berprestasi ?

    BalasHapus
  20. dulu seksualitas sering dianggap hal yang tabu dan terlarang di bicarakan sebagai obrolan yang terbuka. mereka menyebutnya ini urusan orang yang gede atau orang yang sudah menikah. namun di abad 20 ini rasanya seksualitas ibarat PSP karena hubungan inibisa di tomton di hp dan disebarkan secara luas. bahkan kini manusia yang mengaku memilik akal dan pikiran tidak lagi malu-malu mengekspos adegan seks nya tidak hanya di dunia maya bahkan di depan manusia yang lainnya telanjag mata. seolah seksualitas itu sekedar adegan biasa.
    membaca tulisan mengingatkan saya pada orang tua yang seharusnya mampu menjaga anaknya terutama anak gadis dari pengaruh seksualitas. bukankah ketika sudah kecolongan itu merupakan aib luar biasa ??

    1. sesempit inikah lapangan pekerjaan sampai di rasa tak ada lagi pilihan ?
    2. bagaimana kah dampak kedepannya dalam jangka panjang jika hal ini tak dapat di hentikan ?
    3. bagaimana cara mencegah agar kebiasaan ini di hentikan ?? apakah di daerah itu tak ada kepercayaan kepada Tuhan ?? apakah mereka yang punya rasa optimisme ?

    BalasHapus
  21. zaman ahulu seksualitas dianggapsebagai hal yang tabu, terlarang. mereka menyebutnya urusan orang dewasa dan yang sudah menikah. tapi di abad 20 ini menyaksikan seksualita sudah seperti memainkan PSP yang bebas kita mainkan kapan saja dan di bawa kemana-mana. dengan teknologi yang super canggih juga seolah ikut menyuport dalam menyebarkan adegan seksualitas.
    dalam tulisan di atas, seksualitas lebih mirip layar tancep. dan parahnya yang menyaksikan adalah anak-anak. dengan alasan bagian dari pekerjaan menyediakan air. sugguh tragis

    1. sesempit ini kah lapangan pekerjaan sampai tak ada pilihan ?
    2. apakah dampak jangka panjang bagi si anak jika tak berhenti dari pekerjaanya ?
    3. apakah si anak kelak akan menjadi hiperseks jika keseringan melihat adegan dewasa ?

    BalasHapus
  22. LIA APRILIA
    4915131403
    P.IPS.A 2013

    setelah saya membaca tulisan ini saya sadar akan banyak anak-anak atau keluarga yang berada di garis kemiskinan. itulah yang menjadi alasan mengapa mereka atau anak-anak tersebut melakukan pekerjaan yang tidak harusnya meraka kerjaan. mereka akan mengikuti hal-hal negatif yang tidak seharusnya merela ikuti, apakah patut dicontoh halhal negatif untuk anak-anak seumuran mereka? seharusnya para pemerintah menindak lanjuti hal seperti ini. jika tidak moral anak-anak bangsa akan hancur oleh perbuatan seperti itu? anak-anak dibawah umur sudah melihat adegan-adegan yang tak patut dilihat, dan para orang tua pun membiarkan mereka melakukan pekerjaan itu demi mendapatkan uang, tapi apakah mereka berfikir untuk masa depan anaknya ?
    Pertanyaan
    1. apakah para pemerintah tidak menindak lanjuti hal-hal seperti ini ?
    2. bagaimana masa depan banghsa indonesia jika penerus bangsa ini saja sudah diberi moral yang tidak baik ?
    3. apakah para orang tua mereka tidak sadar akan perbuatannya seperti itu akan membawa dampak buruk bagi sang anak ?

    BalasHapus
  23. menurut saya ada akibat dari krisis ekonomi yang melanda ibu kota jakarta menyebabkan pekerjaan aku dihalakan seperti tulisan yang diatas bahwa anak dibawah umur sudah mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. sampai akhirnya orangtuanya pun tidak ada peranan sama sekali terhadap tingkah laku anak tersebut diluar rumah. akibatnya anak itu pun bekerja ditempat yang tidak seharusnya tidak berada disana karena usianya dibawah umur. seperti tulisan diatas anak tersebut bahkan bekerja didiscotic sebagai pengantar minuman. bahkan mereka menyaksikan secara langsung hubungan intim dan anak itu pun meragakan atau mencontohkan kepada orang tuanya, dan respon dari orangtua pun hanya tertawa karena ternyata pekerjaan tersebut disuruh orang tuanya. disini krisis ekonomi sangat tinggi dan seharusnya pemerintah menanggapi dengan diperluasnya lapangan kerja.

    PERTANYAAN!!!
    1.bagaimanakah tanggapan pemerintah komnasHAM terhadap orang tua tersebut?
    2.apakah anak tersebut masih mengutamakan pendidikan?
    3.apakah anak tersebut senang dengan pekrjaannya tersebut?

    BalasHapus
  24. Nama : Raras Elvinza
    Jurusan : P.IPS Reg A

    Pada intinya kemiskinan memang yang berpengaruh besar memicu kejadian seperti didalam tulisan tersebut. Seharusnya orang tua berperan besar dalam mendidik anak-anaknya, tetapi kenyataannya disini para orang tua malah menyuruh anak-anaknya untuk berperan atau bekerja didalam lingkungan yang tidak bernilai seperti itu. Anak-anak yang seharusnya masih belajar dibangku pendidikan malah harus bekerja. Lingkungan tempat tinggal sebenarnya juga sangat mempengaruhi, tetapi itu semua kembali lagi kepada orang tua bagaimana mereka menyikapinya.

    1. Bagaimana cara mengatasi orang tua yang berperilaku seperti itu?
    2. Apa dampak yang didapat pada anak-anaktersebut?
    3. Adakah upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut?

    BalasHapus
  25. INDAH WARDATUSSA'IDAH
    4915122547
    P.IPS REG 2012
    Jika keseharian anak anak seperti itu bagaimana perkembangan fisik , psikis , motorik nya dimasa yang akan datang ? itu yang langsung menjadi benak saya ketika membaca tulisan bapak diataas . jika saat mereka masih kecil saja sudah sangat khatam melihat dan melakukan kegiatan tercela tersebut setiap hari setiap jam dan setiap waktu namun apa daya jika lingkungan faktor sosial ekonomi dan rasa akan lapar demi mengganjal perut dan ikut membantu ekonomi keluarga ? lalu salah siapa jika dimasa yang akan datang tempat tersebut menjadi sejarah pristiwa kelam yang buruk bagi anak anak tersebut , apakah orang tua tidak kasiahan melihat perkembangan anaknay tumbuh menjadi seseorang yang paham akan bagaimana lingkungan prostitusi tersebut ? apa karena kemiskinan lalu semua yang dianggap haram lalu dengan mudah menjadi halal ? ataupun sebaliknya ? anak anak selalu dan akan terus menjadi korban dan korban dari ketidak adilan orang orang terdahulu sebelumnya . apa hanya karena demi uang yang jumlahnya tidak seberapa lalu mereka akan terus hidup bergelimang dosa ? sungguh miris nasib Indonesia kita tercinta ini dari sebuah kota yang kecil daerah kumuh tersebut berkembang sarang sarang kotor dan hanya wanita dan anak anak yang dirugikan . mau sampai kapan kejadian ini akan terus berlangsung . semoga Tuhan senantiasa melindungi kita dan memberikan Rahmat disetiap JalannNYA . aminn

    1. Apa yang menjadi dasar selalu terbentuknya tempat tempat ilegal di Indonesia ini ? apakah tidak ada aturan yang melarangnya ?
    2. Bagaimana perkembangan pola pikir dan tidngkah laku anak dikemudian hari jika terus menerus dicekoki hal hal yang berbau negatif tersebut ?
    3. Tidak adakah upaya dari masyarakat lingkungan sekitar untuk mengganti lapangan pekerjaan yang lebih baik lagi kedepannya ?

    BalasHapus
  26. Adinda
    4915131389
    P.IPS A 2013
    Dalam pandangan saya peristiwa ini menjadi seperti tradisi atau kebiasaan yang dilakukan turun menurun.hal ini dapat disebabkan juga oleh tempat tinggal mereka. yang di dominasi dengan orang-orang yang hampir sepemikiran dengan mereka. Hidup di lingkungan yang tidak menerapkan norma-norma di dalamnya sehinga dengan sesukahati mereka melakukan apapun yang ingin mereka kerjakan. Secara tidak langsung mereka seperti membuat sebuah komunitas. Kemiskinan ekonomi ditambah pendidikan yang rendah menghasilkan keterbelakangan yang terjadi di indonesia. Kemiskinan yang menjerat membuat rakyat kecil tidak mempunyai pilihan lain untuk memikir diri mereka maupun kesehatan mereka yang berada dipikiran mereka hanya bagaimana caranya membuat perut terisi sehingga minimnya tingkat kesadaran masyarakat pada segala aspek kehidupan mereka miskin dalam hal keuangan,pendidikan ataupun kesehatan. dalam peristiwa seperti ini metode kuantitatif dapat membantu dalam penelitian ini untuk mengatahui atau memperoleh data perbedaan latarbelakang kemiskinan yangdi alami setiap orang. Setelah mengetahui latarbelakang kemiskinan yang dialami masyarakat dengan menggunakan metode kuantitatif selanjutnya dapat menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menelurusi secara mendalam untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan upaya mengatasi agar dapat tepat sasaran.
    1. Apa yang salah dengan orang tua sehingga ia menyuruh anaknya berkerja yang dapat merusak psikologi seorang anak?
    2. Apa kelebihan seorang anak sehingga banyak orang dewasa yang memperalat anak-anak?
    3. Kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi fenomena seperti ini?

    BalasHapus
  27. nama: yunita andriyanti
    dalam tulisan diatas lagi-lagi kemiskinan yang menjadi alasan para orangtua menjerumuskan anaknya ke dalam lembah kehancuran moral dimana mereka disuruh untuk menjadi para pelayan orang-orang yang sedang melakukan kemaksiatan. sungguh merupakan suatu realita yang sangat mengenaskan karena orangtua yang seharusnya membimbing anaknya menjadi orang yang lebih baik dan bermoral malah menjerumuskan anaknya ke tempat yang tidak seharusnya mereka berada. anak dijadikan sebagai mesin pencetak uang untuk mereka tak peduli apa yang dilakukan anaknya di luar sana,sungguh ini merupakan kejahatan orangtua yang kejam. anak yang masih kecil dibiarkan melihat orang-orang dewasa yang sedang melakukan hubungan seksual di depan mata mereka tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi pada anak mereka, yang ada dibenak orangtuanya hanya anaknya membawa uang. dalam masalah ini banyak petanyaan di benak kita.
    apakah para orangtua itu sangat tidak peduli dengan anak mereka? apakah anak mereka hanya dijadikan sebagai mesin pencetak uang untuk orangtuanya? bagaimana cara mengembalikan krisis moral bangsa ini sehingga masalah ini tidak terulang atau semakin melebar? dengan sejahteranya rakyat, apakah masalah itu akan hilang dan tidak akan terulang kembali?
    hal itulah yang menjadi pertanyaan yang hadir di benak manusia, dengan krisisnya moral manusia saat ini apakah bangsa kita akan semakin maju dan di hargai? dan untuk para orangtua dimana hati nurani kalian sehingga menyuruh dan membiarkan anak kalian menjadi orang yang tidak bermoral? semiskin inikah bangsa ini, sehingga tidak hanya krisis ekonomi yang ada tetapi krisis moral pun terjadi.

    BalasHapus
  28. P.IPS A 2012

    Kasus kemiskinan seringkali menjadi alasan utama dalam menghalalkan segala sesuatu yang menyimpang dari norma atau aturan yang ada. Menurut saya, dari cerita diatas dapat saya pahami bahwa kemiskinan dapat merubah pola pikir seseorang menjadi sangat pendek dan kejam. Bagaimana bisa orang tua menyuruh anaknya menjadi bagian dari suatu tempat prostitusi ? sedangkan anak-anak tersebut cenderung masih dibawah umur. Orang tua tersebut hanya memikirkan bagaimana cara untuk melangsungkan hidup tanpa berpikir panjang bagaimana dampak psikis atau mental yang terjadi pada diri anak-anaknya kelak.

    Pertanyaan yang ingin saya tanyakan:
    1. Adakah peran komnas perlindungan anak untuk melindungi anak-anak tersebut sejauh ini ?
    2. Apa yang membuat tempat ini tetap ada walupun telah sering dilakukan razia oleh petugas ?
    3. Apakah ada penolakan dari si anak ketika orang tuanya menyuruh untuk bekerja di lingkungan prostitusi itu ?

    BalasHapus
  29. Nama Eko. Yulianto
    NIM : 4915122530

    Permasalahan yang terjadi adalah :
    - Bagaimana pengaruh psikologis terhadap anak-anak yang sering melihat para orang dewasa melakukan seks?
    - Adakah upaya pemerintah dalam membasmi bisnis prostitusi?
    - Bagaimana cara merubah pola pikir para ibu bahwa anak mereka jangan dibiarkan main sembarangan
    - Bagaimana pemerintah menyelamatkan anak-anak yang dekat dengan tempat prostitusi?

    BalasHapus
  30. INDRIANIE DEWI (4915122544)
    PIPS A 2012

    Rumusan masalah
    Setelah membaca tulisan pak nusa, saya merumuskan 3 rumusan masalah, yaitu:
    1. Latar belakang apa yang membuat orang tua dari anak-anak pesuruh tersebut mengijinkan anaknya untuk bekerja seperti itu?
    2. Apakah orang tua dari anak-anak pesuruh tersebut tidak takut anaknya akan terjerumus dengan hal-hal yang negatif?
    3. Mengapa kegiatan prostitusi selalu lolos dari penglihatan petugas? atau memang terjadi kerjasama antara petugas dengan preman setempat?

    BalasHapus
  31. Di indonesia ada lembaga yang dinamakan KP*I yang mengatur semua tentang anak-anak, tetapu mengapa mereka tidak mengurusi hal yang seperti ini? Padahal peran mereka sangat dibutuhkan. Minimal dengan pendekatan dengan orang tuanya.
    Yang ingin saya tanyakan adalah :
    1. Apakah kedepannya pola pikir orang tua mereka akan berubah dengan seiring meningkatnya kesejahteraan ?
    2. Dampak seperti apa yang terjadi pada anak-anak tersebut?
    3. Kenapa warga disekitar situ tidak peduli dengan anak-anak tersebut ?

    BalasHapus
  32. nama : tresna nurfitri yanti
    kelas : pendidikan ips A 2012
    nim : 4915120347

    kemiskinan kerap menjadi fakor utama seseorang melakukan hal-hal diluar batas pemikiran. Yang pada hakikatnya seorang ibu berkewajiban menjaga dan menididk anaknya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi namun karena keadaan ekonomi yang serba pas-pasan seorang ibu rela anaknya bekerja di tempat yang memang seharusnya dihindari karena tentu tempat tersebut tidaklah baik untuk tumbuh kembang anak tersebut.
    1. Apakah semua orang tua dilingkungan tersebut melakukan hal sama pada setiap anaknya?
    2. Apakah dengan pekerjaan yang “tidak layak” itu dapat mengganggu psikologis anak tersebut?
    3. Mengapa pihak pemerintah hanya melakukan razia, yang pada kenyataannya hal tersebut tidaklah efisien? apakah ada solusi lain ?
    4. Apakah pola pikir orang tua tersebut terbentuk dari pengalaman yang juga mereka rasakan dulu saat menjadi kanak-kanak?

    BalasHapus
  33. Diandra Sukma Z. (4915122534)
    PIPS A 2012

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Setelah membaca tulisan Bapak di atas, sangat jelas bahwa kemiskinan di Indonesia saat ini sudah membawa dampak yang sangat buruk untuk anak-anak yang lahir dalam keluarga yang jauh dari kata "cukup" dari segi ekonomi. Dampak buruk tersebut bukan hanya dari segi mereka yang tidak dapat mendapatkan pendidikan, tetapi dari segi kebiasaan sehari-hari mereka yang bekerja di tempat pemukiman kumuh yang sering dijadikan tempat hiburan rakyat setiap malam. Anak-anak itu harus bekerja di tempat seperti itu padahal tidak seharusnya mereka disuruh orangtua mereka untuk bekerja di tempat tersebut.
    Sungguh kemiskinan sudah membuat para orangtua tega menyuruh anak-anak mereka melakukan dan bekerja apa saja demi mendapatkan uang untuk makan sehari-hari, dengan tidak melihat dampak buruknya terhadap anak, baik bagi perilakunya maupun psikologisnya. Kemiskinan juga sudah membuat para orangtua tidak mampu berpikir rasional dan berpikir panjang untuk masa depan anaknya, karena para orangtua tersebut juga tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Kebanyakan dari para orangtua ini tidak berpikir bahwa anaknya harus menjadi orang yang lebih hebat dari mereka, tetapi mereka berpikir bahwa ini adalah takdir dan mereka hanya memikirkan bagaimana cara untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah kemiskinan tersebut.

    Berikut ini adalah pertanyaan yang saya ajukan terkait tulisan di atas:
    1) Apakah tidak ada penyuluhan dari Pemerintah atau lembaga sosial lainnya bagi para orangtua untuk memberi kesadaran agar anak-anak mereka tidak lagi harus bekerja di tempat hiburan seperti itu?
    2) Apakah di daerah pemukiman tersebut tidak ada rumah singgah sebagai wadah anak-anak untuk belajar dan bermain?
    3) Mengapa kemiskinan membuat pemikiran para orangtua menjadi semakin sempit? Selain karena faktor pendidikan mereka yang rendah.

    Terimakasih
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    BalasHapus
  34. Anggi Septiani (4915120346) P.IPS 2012

    Miris sekali membaca artikel bapak yang satu ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak melihat berbagai kejadian yang seharus nya tidak boleh mereka lihat. Ditambah perlakuan orang tua nya yang seakan masa bodoh jika anak nya nanti bisa terpengaruh kedalam hal yang tidak seharusnya mereka rasakan pada masa mereka. Dari hal-hal diatas tentu sangat berpengaruh pada cara tumbuh dan kembang otak si anak. belum lagi jika kita membicarakan moral dan sisi psikologis yang akan dibentuk oleh anak jika terus hidup di lingkungan seperti itu.

    ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan dari artikel bapak:
    1. Menurut bapak, apakah sikap orang tua diatas mampu berubah jika di lingkungan tempat tinggal mereka diadakan taman belajar seperti yang bapak terapkan di tulisan "saya ndak tahu siapa bapaknya" ?
    2. Bagaimana tanggapan warga sekitar yang bukan termasuk dalam lingkungan tersebut? apakah mereka bersikap cuek dan tidak mau tahu sehingga kasus diatas di diamkan saja?
    3. Apakah sudah pernah ada orang dari komnas anak atau lembaga peduli anak lain yang mencoba untuk meraih anak-anak tersebut dan mencoba memperbaiki keadaan mereka?

    BalasHapus
  35. Windi Fauziah
    4915122521
    PIPS A 2012

    Lagi lagi kemiskinan. Sepertinya jika kita membahas kemiskinan tidak ada habisnya. Sepertinya setiap adanya permasalahan di negara ini kemiskinan lah penyebab utama nya. Negara ini adalah negara yang kaya akan sumber daya nya. Namun mengapa juga masih banyak orang yang tidak merasakan kekayaan yang dimiliki negara ini. Sungguh miris sekali melihat anak-anak dibawah umur sudah melihat para orang dewasa melampiaskan nafsunya. Bahkan orang tua nya pun tidak takut ataupun marah kepada si anak. Mereka malah menyuruh untuk berada di sana dan demi uang orang tua itu rela anaknya melihat sesuatu yang seharusnya belum pantas mereka lihat. Anak-anak seharusnya di bimbing, di arahkan agar menjadi anak yang kelak dewasa nanti tidak seperti orang tua mereka kehidupannya. Bukan malah menjadi bahan agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi.

    Dari tulisan di atas pertanyaan yang saya ajukan yakni:
    1. Bagaimana sikap dan mental anak tersebut yang memang sehari-hari nya sudah terbiasa melihat orang dewasa melakukan hubungan intim?
    2. Apakah tidak ada terbesit sedikit pun rasa khawatir orang tua kepada anaknya melihat anaknya bekerja di tempat seperti itu?
    3. Mengapa pemerintah hanya merazia tempat itu? Apakah tidak ada inisiatif ataupun tindakan dari pemerintah untuk membuat lapangan pekerjaan di tempat itu?

    BalasHapus
  36. saya Nurkhasanah
    Pendidikan IPS A 2012
    4915122553

    Dalam tulisan “Saya yang suruh” yang ditulis oleh pak nusa, yang mendeskripsikan tentang kehidupan masyarakat kelas bawah yang tentunya berekonomi rendah, begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Kehidupan masyarakat yang berekonomi rendah, oleh karena itu anak-anaklah yang menjadi korban yang mengerikan. Mereka yang seharusnya menjadi anak-anak yang masih senang bermain-main, yang masih senang mengenyam pendidikan yang layak, tetapi kenyataan yang terjadi yang dijelaskan oleh pak nusa, anak-anak dalam tulisan tersebut malah menjadi anak-anak yang dikorbankan orang tuanya untuk dipekerjakan di “tempat sampah”, yang tidak seharusnya mereka ditempat seperti itu. Dan yang lebih disayangkan lagi, orang tuanya malah dengan bangga apabila anaknya bekerja di tempat tersebut dan pulang mendapatkan uang. Orang tuanya tidak sadar akibat yang akan didapatkan oleh anaknya karena sering melihat orang dewasa melakukan hubungan.
    Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, yang seharusnya dididik dan diarahkan dengan baik dengan ilmu bermanfaat serta nilai-nilai spiritual, tetapi dalam kehidupan anak yang dilahirkan di daerah dekat rel kereta, dengan lingkungan yang penuh dengan masalah penyimpangan sosial. Anak-anak tersebut tentu saja menjadi anak yang terbentuk sesuai dengan lingkungan tempat mereka melakukan interaksi.
    Melihat kasus tersebut, kita sebagai kaum intelektual memang seharusnya peduli dengan masalah seperti itu, selayaknya kita pula mencarikan solusi yang terbaik untuk menyadarkan orang tua dari anak-anak tersebut bahwa ketika orang tua menyuruh anaknya untuk pergi “bekerja di tempat sampah” tersebut merupakan hal yang salah. Lalu selanjutnya kita juga harus melakukan pendekatan dengan anak-anak tersebut sebagai upaya untuk mengarahkan mereka untuk ke arah yang lebih baik.
    Berikut adalah pertanyaan yang saya ajukan terkait dengan tulisan diatas :
    1. Bagaimana awalnya anak-anak tersebut bisa dengan mudahnya diikhlaskan oleh orang tuanya untuk bekerja di tempat seperti itu ?
    2. Bagaimana peran pemerintah melihat setiap fenomena sosial yang banyak muncul di daerah pinggiran rel kereta api ?
    3. Adakah solusi yang diberikan pemerintah tentang kasus seperti ini yang bisa merugikan negeri kita sendiri karena generasi penerusnya hidup dan berkembang dalam kondisi lingkungan yang tidak selayaknya ?

    sekian, Terimakasih

    BalasHapus
  37. Maya Yulia Dwi Putri Maranatha
    4915122540
    PIPS A 2012

    Kemiskinan, memang sering kali membuat orang menjadi menhalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. tetapi, menurut saya pilihan orang tua yang lebih memilih agar anaknya mengambil bagian di tempat prostitusi demi mendapatkan rupiah adalah pandangan yang salah. karena bagaimanapun juga, pekerjaan yang amat beresiko yang diambil anak tersebut sudah merusak pikiran anak tersebut, contohnya saja ia tidak malu untuk menceritakan dan memperagakan apa yang ia lihat kepada kedua orang tuanya. mestinya, keadaan yang memprihatinkan ini dapat membukakan pintu pikiran kedua orang tua mereka agar tidak menyuruh anaknya mencari nafkah pada umur belia, bahkan di tempat yang baik sekalipun. karena hakikatnya, waktu yang dimiliki seumuran mereka dapat dimanfaatkan untuk belajar dan bermain, bukan bekerja dan melihat hal yang tak senonoh.

    dari tulisan diatas, maka saya akan mengajukan pertanyaan:
    1. dalam melakukan pekerjaan tersebut, apakah sang anak merasa terpaksa?
    2. apakah kedua orang tua anak tersebut tidak memiliki kekhawatiran terhadap pertumbuhan anaknya? mengapa?
    3. adakah perhatian atau tindaklanjut dari komisi perlindungan anak dalam menangani anak tersebut?

    BalasHapus
  38. Nama : Cendy Juliana Dewi
    NIM : 4915122528
    P.IPS REG 2012

    Assalamualaikum . wr.wb

    Setelah membaca tulisan bapak diatas , bisa dilihat kemiskinanlah yang menjadi pemicu masalah yang ada, disamping itu mungkin juga ditambah dengan pola pikir, pendidikan yang rendah dan prilaku orang tua yang telah lama tinggal didaerah kumuh yang tidak sehat dengan beragam hiburan malamnya. Tentu saja hal itu membuat pemikiran mereka hanya terbatas pada hal-hal itu saja dan tidak berkembang, karena tidak tahu dan tidak memiliki ketrampilan yang cukup sedangkan zaman semakin modern dan kebutuhan hidup makin meningkat untuk itulah jalan satu-satunya bagi mereka untuk bertahan hidup adalah dengan pekerjaan yang berada di tempat-tempat hiburan tersebut. Namun parahnya mereka pun menyuruh anak-anaknya untuk bekerja ditempat hiburan malam dimana anak-anak yang masih berumur belasan tahun bahkan masih 4 tahun pun telah teracuni pikirannya oleh hal-hal negative yang mereka lihat sehari-hari di tempat hiburan malam itu. Akan tetapi orang tua mereka justru membiarkan anaknya untuk tetap bekerja didaerah negative itu bahkan yang lebih miris ibunya lah yang menyuruh anak-anaknya untuk bekerja disana . sungguh hal yang memprihatinkan anak-anak yang notabennya harus belajar untuk menjadi penerus bangsa tetapi didaerah itu malah melakukan pekerjaan malam yang kurang pantas dan melihat hal-hal yang sangat tidak pantas untuk dilihat oleh mereka. sekali lagi disini kemiskinanlah yang telah membiarkan hal tersebut terjadi dizaman sekarang memang rata-rata uang lah yang berbicara untuk itulah generasi sekarang ini perlu untuk mengembangkan pikirannya dan ketrampilannya agar bisa bersaing di era globalisasi ini


    Dari tulisan bapak, ada beberapa pertanyaan yang akan saya ajukkan diantaranya:
    1. Dari masalah diatas, orang tua justru membiarkan anak-anaknya untuk bermain dan bekerja di tempat hiburan malam yang notabennya sangat tidak pantas bagi tumbuh kembang anak-anak mereka, namun ketika ditanya rata-rata para ibu menjawab “saya yang suruh” . yang ingin saya tanyakan adalah apakah pola seperti itu telah terjadi secara turun menurun didaerah tersebut ?

    2. Perlukan daerah sekitar tempat hiburan “Pela-Pela” diberikan sebuah lembaga pendidikan bagi orang tua maupun para anak-anaknya agar bisa merubah pola pikir dan prilaku mereka disamping itu untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi mereka agar kehidupannya lebih baik?

    3. Karena kemiskinan akut dampaknya anak-anak yang harus menjadi korban, Lalu bagaimana bapak melihat hal tersebut ? dan solusi seperti apa yang tepat untuk mengurangi masalah ini ?


    terima kasih.

    BalasHapus
  39. ZULIA TRISNA SARI
    4915122539
    P.IPS Reg 2012

    Kemiskinan dapat membuat orang tua buta akan perkembangan psikologis anak. Orang tua yang tidak mempunyai hati nurani adalah orang tua yang secara tidak langsung menjerumuskan anak ke dalam lingkungan prostitusi. Entah apa yang ada dipikiran orang tua seperti itu, yang rela anaknya mencari uang di tempat hiburan malam. Bahkan sampai anak mereka melihat hubungan intim orang dewasa dan diraba-raba oleh tamu yang iseng. Apakah ada rasa miris dihati orang tua itu kalau anaknya diraba-raba oleh tamu yang iseng? Apakah ada rasa prihatin orang tua yang melihat anaknya menceritakan dan memperagakan gaya orang dewasa berhubungan? Apakah orang tua mereka memikirkan nasib anaknya kedepan dan perkembangannya? Sungguh disayangkan mengapa harus anak-anak yang jadi korban. Dimanakah hari nurani orang tua yang tega membiarkan anaknya bekerja di tempat seperti itu.


    Pertanyaan :
    1. Apa yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian di tempat hiburan kelas bawah? Adakah penelitian yang meneliti tempat hiburan kalangan atas yang serupa dengan tempat hiburan kelas bawah seperti tulisan di atas (tempat hiburan yang terdapat PSK)?
    2. Apa pengaruh dari pekerjaan membawa air terhadap psikologis anak tersebut?
    3. Mengapa tempat prostitusi itu tetap ada, padahal di dalam tulisan itu sering di razia?
    4. Bagaimana peran pemerintah dalam meminimalisir tempat-tempat prostitusi?
    5. Adakah perlindungan dari komnas perlindungan anak untuk anak-anak seperti mereka? Adakah ganjaran hukuman bagi orang tua yang sengaja memperkerjakan anak dalam lingkungan prostitusi?

    Terima Kasih

    BalasHapus
  40. Nama : Silvia Radita
    Nim : 4915122560 / Pendidikan IPS A 2012

    Lagi lagi karena kemiskinan seorang ibu tega menyuruh anaknya untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak baik. kenapa pekerjaan tersebut selalu terjadi kepada masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Padahal jika warganya giat untuk mencari pekerjaan yang halal pasti akan dapat merubah pola kehidupan mereka dan tidak perlu lagi untuk melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi mengapa setiap warga yang tinggal di rumah kumuh selalu berpikiran untuk mendapatkan banyak uang ya hanya pekerjaan tersebutlah yang satu – satunya dapat mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan sehari - harinya.
    Pertanyaan :
    1. Apa alasan anda untuk meneliti fenomena atau kejadian yang seperti itu ?
    2. Mengapa para ibu tidak melihat tumbuh kembang si anak karena pekerjaannya tersebut ?
    3. Apa tidak ada hal lain yang dapat dikerjakan oleh anak – anak tersebut selain menjadi pekerja yang tidak jelas seperti itu ?
    4. Bagaimana sikap anak tersebut pada saat di sekolah ?
    5. Apa pekerjaan anak – anak tersebut mempengaruhi proses dan hasil belajarnya di sekolah ?

    BalasHapus
  41. RIZHA OCTAVIANI
    4915127070
    P.IPS B 2012

    Tulisan penelitian ini mengajari kita untuk mensyukuri kehidupan kita yang seperti sekarang ini, kita masih diberi pendidikan dan ilmu serta akhlak karena kecukupan kita dalam hal pendidikan. orang-orang yang berada pada kalangan ekonomi rendah rela melakukan apa saja untuk mendapatkan uang tak peduli seberapa buruk moral yang telah di tunjukan pada anak-anak di bawah tujuh belas tahun. Seharusnya anak-anak di bawah tujuh belas tahun belum sepantasnya untuk mengetahui hal-hal yang yang berbau seksualitas seperti tulisan "Saya yang suruh". belum cukup umur untuk mengetahui hal seperti itu, apalagi orang tuanya sendiri yang menyuruh anak-anaknya untuk selalu bekerja di area malam terbuka seperti itu demi mendapatkan upah. Apakah mereka para orang tua tidak merasa takut akan terjadi dampak buruk bagi anak-anaknya nanti? anak-anak tersebut melihat secara jelas bagaimana hubungan seks itu terjadi, mereka juga kadang menirukan gaya seks yang telah mereka pertontonkan dan menceritakan pada ibunya. sebagai orang tua yang baik, seharusnya anak-anak seperti itu dilarang untuk melihat adegan seperti itu yang berbahaya bagi otak anak di bawah tujuh belas tahun. sangat di sayangkan anak-anak tersebut yang di suruh ibunya untuk bekerja mencari upah di area malam seperti itu. mau jadi apa anak indonesia nantinya? bukankan anak-anak bangsa di tuntut untuk cerdas? demi kemajuan bangsanya. Memang ekonomi lah yang merubah segalanya, kemiskinan yang tiada henti rela membawa hal buruk terjadi demi rupiah. Semoga masalah dan kasus seperti ini dapat segera ditangani dan tak ada lagi anak-anak indonesia yang bekerja di tempat malam pinggiran rel kereta itu lagi.
    Pertanyaan:
    1. Apa dampak psikis yang terjadi nantinya pada anak-anak tersebut?
    2. Adakah upaya masyarakat sekitar untuk anak-anak pekerja di tempat malam pinggiran rel kereta agar berhenti bekerja ditempat itu?
    3. Bagaimana peran pemerintah untuk menangani anak-anak miskin yang bekerja dan kurang pendidikan?

    BalasHapus
  42. NATALIA
    4915122536
    PENDIDIKAN IPS A 2012

    Uang telah membutakan manusia. Manusia rela berperilaku melakukan apapun demi selemar/sereceh uang. Uang, Uang, dan Uang. Sampai kapan hidup akan seperti ini?? Permasalahan mengenai kejadian ini memang telah merajarela. Bukan hanya orangtua yang bekerja, tapi anak yang masih kecilpun sudah harus ikut mendapatkan uang. Sungguh menggebu hati. Untuk itu, marilah ketika kita mendapatkan berkat dari Tuhan yang mencukupkan, sisihkanlah untuk menabung membuka lapangan kerja, taman belajar, ataupun yang lainnya.

    Pertanyaan yang saya ajukan, antara lain ;
    1. Apakah latar belakang pendidikan yang dienyam oleh mereka?
    2. Kemungkinan, seberapa besar sih uang yang didapat?
    3. Adakah niat bertobat yang mendalam dalam diri orangtuanya?

    Terima Kasih

    BalasHapus
  43. Nama : Suratno Ariangga
    Nim : 4915122557
    Jurusan : Pendidikan IPS A 2012

    Kemiskinan memang selalu menimbulkan dampak sosial. Lagi-lagi masalah ekonomi ini, menghalalkan apapun pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup hingga mempekerjakan anak dibawah usia pun dihalalkan apalagi kalau bukan untuk menambah penghasilan keluarga. Sangat ironi memang diusia mereka yang seharusnya masih antusias-antusiasnya dalam mengenyang pendidikan justru sudah dihadapkan dengan dunia kerja yang sangat perpengaruh negatif terhadap perilaku dan sikap anak kedepannya. Karena mereka sehari-hari dipertontonkan dengan adegan pelacuran, yang berpengaruh negatif dalam mengimplementasikan sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari. Anehnya orang tua mereka tidak melarang anak-anaknya berhenti bekerja seperti itu, malah menjadikan aji mumpung daerah lokalisasi PSK sebagai penghasilan tambahan mereka. Sungguh ironi memang, orang tua yang seharusnya sebagai pendidik utama dalam keluarga, malah membiarkan anaknya bekerja di lokasi pelacuran yang justru akan berpengaruh negatif pada psikologis anak,

    Dari pernyataan di atas, maka saya dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
    1. Apa penyebab orang tua mempekerjakan anak dibawah umur di daerah lokalisasi pelacuran?
    2. Bagaimana perubahan psikologis anak yang bekerja di daerah lokalisasi pelacuran?
    3. Adakah upaya orang tua untuk melarang anaknya bekerja di daerah lokalisasi pelacuran?
    4. Adakah tindak lanjut pemerintah setempat dalam menangani pemekerjaan anak usia dibawah umur?

    BalasHapus
  44. Nama : Suratno Ariangga
    Nim : 4915122557
    Jurusan : Pendidikan IPS A 2012

    Kemiskinan memang selalu menimbulkan dampak sosial. Lagi-lagi masalah ekonomi ini, menghalalkan apapun pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup hingga mempekerjakan anak dibawah usia pun dihalalkan apalagi kalau bukan untuk menambah penghasilan keluarga. Sangat ironi memang diusia mereka yang seharusnya masih antusias-antusiasnya dalam mengenyang pendidikan justru sudah dihadapkan dengan dunia kerja yang sangat perpengaruh negatif terhadap perilaku dan sikap anak kedepannya. Karena mereka sehari-hari dipertontonkan dengan adegan pelacuran, yang berpengaruh negatif dalam mengimplementasikan sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari. Anehnya orang tua mereka tidak melarang anak-anaknya berhenti bekerja seperti itu, malah menjadikan aji mumpung daerah lokalisasi PSK sebagai penghasilan tambahan mereka. Sungguh ironi memang, orang tua yang seharusnya sebagai pendidik utama dalam keluarga, malah membiarkan anaknya bekerja di lokasi pelacuran yang justru akan berpengaruh negatif pada psikologis anak.

    Dari pernyataan di atas, maka saya dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
    1. Apa penyebab orang tua mempekerjakan anak dibawah umur di daerah lokalisasi pelacuran?
    2. Bagaimana perubahan psikologis anak yang bekerja di daerah lokalisasi pelacuran?
    3. Adakah upaya orang tua untuk melarang anaknya bekerja di daerah lokalisasi pelacuran?
    4. Adakah tindak lanjut pemerintah setempat dalam menangani pemekerjaan anak usia dibawah umur?

    BalasHapus
  45. Sangat miris melihat fenomena anak dengan umur masih dibawah 17 tahun yang sudah disuruh-suruh orangtuanya mencari uang dengan cara yang tidak wajar. Fenomena ini membuktikan bahwa istilah “kiamat sudah dekat” memang benar adanya, karena secara tidak langsung orangtua tersebut menjerumuskan anaknya kedalam maksiat. Seharusnya orangtua memberikan arahan hidup yang baik kepada anaknya. Bagaimana anaknya mau mendoakan orangtuanya jika orangtuanya saja tidak mengajarkan bagaimana mendekatkan diri kepada Tuhan. Jangankan untuk mengajarkan kepada anaknya, dirinya saja belum tentu mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemiskinan dapat mengubah semuanya, iman pun dapat juga tergoyahkan.

    Dari tulisan “saya yang suruh”, dapat dirumuskan permasalahnnya yaitu:
    1. Mengapa anak-anak seringkali menjadi korban “suruhan” orangtuanya?
    2. Factor apakah yang menyebabkan orangtuanya tersebut membiarkan anak mereka mendapatkan pengaruh buruk dari kegiatan yang seharusnya tidak diberikan kepada mereka?
    3. Apakah orangtua tersebut tidak memikirkan pengaruh terhadap masa depan anaknya?

    BalasHapus
  46. NAMA: SANDI ALFI FEBRIANTO
    NIM:4915122532
    KELAS:2012 REGULER

    memang cukup mencengangkan bagi kita atau masyarakat awam jika melihat fenomena ini,bukan hanya dengan gaya kehidupan mereka atau dengan kegiatan yang mereka lakukan,inilah potret masyarakat yang kurang beruntung dimana kehidupan mereka yang kurang dan seadannya bahkan keutuhan keluarga,moral keluarga,dan keharmonisan pikiran dan akal keluarga di daerah tersebut menjadi tak jelas.
    bahkan mutiara di kehidupan mereka pun menjadi kornammya dimana anak sekecil itu di jadikan objek dagangan dimana kehadiranya mungkin membantu ataupun merusak bagi lingkungannya tetapi terlepas dari hal itu harus ada yang memeperbaiki hal in tidak selamnya hal itu harus di teruskan kasihan kepada mutiara yang tidak beruntung yang berada di daerah itu mereka hanya korban keadaan

    Permasalaha:
    1.dengan cara apa untuk mengembalikan fungsi seorang anak jika kita melihat kasus seperti di atas?
    2.sejauh ini apakah ada peran pemerintah untuk menaggulangi keboborokan moral pda kasusu tersebut
    3. menurut bapak dalam hal ini siapakah yang haris di persalahkan?

    BalasHapus
  47. Nama : Nia Fitriani
    NIM : 4915122522
    Pendidikan IPS A 2012

    Seorang anak seharusnya didik dan diberikan contoh yang baik untuk masa depannya. Bukan menjadi korban dari kemiskinan orang tuanya. Dari bacaan diatas, sangat jelas bahwa orang tua didaerah tersebut tidak memikirkan perkembangan psikologis anak dan perilaku anak. Potret seperti itu sangat memprihatinkan bagi dunia anak. Hak-hak anak untuk bermain dan belajar tidak lagi dipikirkan oleh orang tuanya. Yang ada dalam pikiran orang tuanya hanyalah uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
    Pertanyaan :
    1. Apakah para orang tua tidak memiliki pekerjaan sehingga menyuruh anak-anaknya membawakan ember berisi air untuk orang-orang yang melakukan hubungan badan?
    2. Mengapa pemerintah tidak melakukan pembersihan untuk tempat-tempat pelacuran itu?
    3. Bagaimana sikap dan tindakan pemerintah untuk mengatasi tempat-tempat pelacuran itu?
    4. Mengapa tidak ada teguran dari masyarakat lingkungan sekitar tempat pelacuran itu?

    BalasHapus
  48. Sella Alferaria
    491513141
    9 / P. IPS A 2013
    Membaca tulisan Bapak yang merupakan hasil observasi membuat saya mengetahui jawaban dari permasalahan tentang pelacuran anak – anak pelajar. Pengaruh modernisasi dan globalisasi memberikan pengaruh yang bukan hanya membuat kemiskinan dari segi materi, tetapi juga kemiskinan pada jiwa. Sebelumnya saya berfikir bahwa faktor dari kemiskinan harta yang menyebabkan anak – anak pelajar menjual dirinya mungkin adalah pilihan terakhir untuk membantu perekonomian keluarganya. Mungkin pada mulanya anak tersebut merasa terpaksa melakukan pekerjaan itu. Namun, seiring waktu mereka mulai menikmati pekerjaan itu sehingga tujuannya bukan lagi membantu perekonomian keluarga, tetapi demi gaya hidup yang modern dan level kelas tinggi.
    Kemudian anak – anak yang berasal dari kalangan kelas menengah karena memiliki keinginan untuk gaya hidup mewah dan memiliki gengsi yang tinggi bisa saja jadi pemicu untuk menjadi pelacur. Keinginan gaya hidup mewah telah mengalahkan fikiran manusia untuk melakukan perbuatan terpuji, malah mendorong mereka untuk melakukan perbuatan tidak terpuji. Ini merupakan masalah yang sangat serius karena bukan hanya menghilang nilai – nilai moral serta menambah dosa saja, tetapi bisa memicu penyakit AIDS.
    Setelah saya membaca tulisan ini, saya lebih banyak mengetahui secara realita tentang pelacur anak. Tulisan dari hasil penelitian Bapak ini membuat saya sebagai generasi muda untuk lebih waspada terhadap pergaulan.

    Pertanyaan
    1. Pelacur anak semakin marak terjadi, mengapa banyak anak terjerumus sebagai pereks ?
    2. Apakah mereka ( pereks ) tidak pernah memikirkan perasaan orang tua mereka dampak dari pekerjaan itu ?
    3. Bagaimana peran orang tua dalam menyikapi masalah pereks terhadap anaknya ?

    BalasHapus
  49. Laura turena
    4915122549

    Semua orang selalu diberikan akal dan budi oleh Tuhan untuk berpikir dan berprilaku

    tapi sayangnya saat ini di bagian bawah Ibu Kota ,masyarakat kelas bawah sudah mulai menghilangkan pikiran dan akal budi dari Tuhan ,Mereka yaitu Orang tuanya sudah tidak lagi tahu mana yang salah dan benar .Mereka hanya dibayangi oleh Uang dan uang hingga mereka rela merampas masa depan anak mereka dengan konsekuensi pekerjaan yang fatal bagi psikologis anak .bisa dikatakan Orang tua sudah melakukan kejahatan psikologis terhadap anak ,dengan alasan miskin

    karena akar dari segala kejahatan ialah cinta akan uang (Al)

    Rumusan Masalah
    1.Apakah orang tua tersebut memiliki rasa cinta terhadap anaknya,disisi lain mereka melakukan kejahatan psikolgis terhadap anaknya ?
    2.Bangaimana perilaku anak tersebut setelah melihat hubungan seks secara langsung dengan interksi dengan teman sepergaulannya ?
    3.Bangaimana Upaya yang cocok untuk memberantas tempat esek di yang ilegal ?

    BalasHapus
  50. nama muhamad umar
    nim 4915120348
    Dengan adanya fenomena kebebasan orang tua mendidik anak tersebut ini adalah salah satu cara mengajarkan anak menghalalkan segala cara demi anaknya memegang uang walaupun cara mendapatkan uangnya dengan cara yang dilarang oleh agama. Orang tua tersebut tidak lagi memikirkan psikologi anaknya dengan adanya propesi lonte-lonte yang ada. Karna dengan begitu pasti anak meniru apa yang ia liat dan bisa juga melakukannya. Dengan fenomena ini juga saya menganalisis berprasangka bawasanya orang tua tersebut pendidikannya yang sangat rendah.
    1. Mengapa orang tua tersebut tidak memikirkan dampak buruk apabila anak melakukan propesi mengambilkan air dan melihat orang yang sedang berhudungan ?
    2. Apakah ada efek yang baik selain anaknya mendapatkan uang dari propesi mengambilkan air dan melihat hubungan tersebut ?
    3. Soslusi apakah yang tepat agar anak menolak ketika orang tuanya meyuruh propesi yang biasa dilakukan ?

    BalasHapus
  51. Kemiskinan memang dapat merubah segalanya, termasuk mengubah hal-hal yang dianggap sebagian besar orang sebagai hal yang tabu, menjadi hal yang wajar. Kemiskinan membuat prostitusi wajar dilakukan di tempat ini, di pinggiran rel.
    Kemiskinan membuat anak-anak terbiasa bermain dan mencari uang, bahkan membicarakan, melihat dan melakukan kegiatan prostitusi, Padahal sejatinya, anak-anak harusnya menghabiskan waktunya untuk belajar, bermain di tempat yang pantas seperti di taman. Ironisnya, orang tuanyalah yang menyuruh anak-anak tersebut untuk terlibat dalam praktik prostitusi ini.

    Dari uranian tulisan yang berjudul ‘saya yang suruh’ saya merumuskan berapa pertanyaan:
    1. Apakah sudah tidak ada kontrol sosial di tempat ini ? apakah kemiskinan adalah faktor tunggal dalam kasus ini ?
    2. Seberapa besarkah pengaruh kemiskinan terhadap pergeseran nilai?
    3. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan mencegah kegiatan prostitusi berlanjut pada kemudian hari?
    4. Apakah norma susila sudah benar-benar hilang di tempat ini?
    5. Tempat ini sudah sering di razia, lalu mengapa kegiatan prostitusi di tempat ini masih saja dilakukan? Apakah tidak ada tindak lanjut dari aparat pemerintah yang berwenang?

    KAMILIA FAIRUZ HISANA
    4915122535
    PIPS A 2012

    BalasHapus
  52. Erindya Rahmah Fauzia
    PIPS A '12

    Setiap anak adalah cerminan dari orang tuanya. Seperti inilah gambaran yang terjadi pada kisah di atas. Kemalangan "tersirat" yang saya lihat dari anak-anak tersebut ketika seorang anak menjadi korban ketidakmampuan orang tua untuk menafkahi lahir dan batin. Artikel ini membuka lebar kehidupan yang tidak setiap orang mengetahui kalau ada anak-anak menjadi korban orang tua dalam kasus-kasus mengerikan seperti ini.
    Pertanyaan
    1. Apakah ada sebab-sebab lain orang tua menyuruh anaknya untuk berbuat seperti itu?
    2. Bagaimanakah peran pemerintah dalam membantu anak-anak itu keluar dari permasalahan tersebut?
    3. Bentuk penyuluhan seperti apakah yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? siapakah yang sangat perlu diberikan penyuluhan terlebih dahulu (orang tua atau anak-anaknya)?

    BalasHapus
  53. NAMA : ARIMBI MARSELLIA
    NIM : 4915120341
    PENDIDIKAN IPS 2012 A


    miris sekali melihat fenomena yang terjadi diatas. generasi bangsa yang seharusnya dipupuk dan ditanamkan dengan hal-hal baik malah harus terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak baik. ya memang tidak bisa disalahkan jua, mungkin memang itu adalah jalan mereka mencari duit yang paling mudah dan tidak jauh dari tempat tinggal mereka. kemiskinan memang membuat orang melakukan hal apa saja selama itu hal itu dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka..

    rumusan masalah :
    1.apakah dampak psikologis yang akan terjadi pada anak-anak yang tumbuh ditempat prostitusi?
    2. apakah bisa apabila mereka ditempatkan ditempat yang baik akan terjadi perubahan sikap pada diri mereka ?
    3. apakah tidak ada tindakan atau solusi dari pemerintah atas kegiatan tersebut? terlebih lagi sering adanya razia, otomatis pemerintah sekitar pasti tau akan kegiatan tersebut

    BalasHapus
  54. Nama :subur
    NIM :4915122559
    P.IPS A 2012

    Kemiskinan memang menjadi problema yang tak pernah tertuntaskan. Seolah menjadi hantu yang siap membayang-bayangi masyarakat kalangan bawah. Sehingga keadaan tersebut pun menyudutkan mereka untuk melakukan apapun, agar terus bertahan hidup. Seperti dalam tulisan “ Saya yang Suruh”, seakan kesadaran orang tua untuk mendidik anaknya kearah positif itu sangat rendah. Demi mendapatkan uang untuk mempertahankan hidup, moralitas anak yang masih di bawah umur pun menjadi taruhan. Bisa di bilang, yang pantas di biarkan pantas, dan yang tidak pantas di jadikan pantas begitulah didikan mereka terhadap anaknya. Seolah di situasi itu umum dan bebas, tak ada batasan itu orang dewas atau anak-anak, semua itu berlabelkan SU (semua Umur). Padahal, anak- anak sekecil itu lebih butuh pembimbingan yang lebih intensif dari orang tua, bukan malah disuruh yang tidak-tidak seperti itu. Fenomena itu menjadi lumrah, dan menjadikan rutinitas bagi masyarakat yang ada di tempat itu. Lalu, dari tulisan itu saya pun ingin merumuskan masalah sebagai berikut :
    - Apa yang menjadi faktor utama dari rendahnya kesadaran orang tua dalam mendidik anaknya ke dalam hal yang lebih positif?
    - Mengapa para orang tua membiarkan anak-anak nya untuk melakukan pekerjaan itu?
    - Bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam mendidik anaknya?

    BalasHapus
  55. KArtika Sari Berlian
    4915122550
    P.IPS Reg 2012

    1.) samai kapankah fenomena seperti ini terus berlangsung ? tidak adakah mereka merasakan jenuh dengan pekerjaan tersebut ?
    2.) Mengapa anak-anak selalu menjadi korban dalam kemiskinan ? dan mengapa seakan-akan tidak bertanggungjawab ?
    3.) mengapa orang tua nya tidak mengajarkan anaknya untuk menjadi anak yang lebih baik dengan tidak melakukan pekerjaan tersebut ?
    4.) mengapa pihak pemerintah tidak turut andil dalam menyelamatkan psikologi anak-anak yang tumbuh di tempat prostitusi ?

    BalasHapus
  56. Jihan Safira
    4915122529

    "Uang bukan segalanya" begitulah kata-kata bijak yang dikatakan kebanyakan orang. Tetapi kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan di dunia ini membutuhkan uang. Sedangkan bagi kalangan masyarakat yang pendidikannya rendah serta tinggal di lingkungan yang tidak layak sangat sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya, karena tidak ada contoh baik yang dapat di tiru. Seperti dalam sepenggal tulisan di atas, dapat kita bayangkan betapa tragisnya ketika anak-anak di bawah umur sudah menjadi rutinitasnya menyaksikan pasangan yang sedang melakukan hubungan seksual. Lebih tragisnya lagi, itulah pekerjaannya. Dan tidak menutup kemungkinan apabila ketika ia menginjak remaja ia akan mulai melakukan hubungan seksual tersebut demi mencari sesuap nasi. Bahkan orangtua mereka pun tidak keberatan dengan pekerjaan anakny, justru malah menganjurkannya. Bisa dibayangkan bagaimana masa depan mereka beserta anak cucunya. Akankah tetap seperti itu
    Rumusan Masalah:
    1. Apakah yang terlintas di pikiran orangtua anak-anak tersebut ketika menyuruh anaknya berprofesi seperti itu?
    2. Mengapa orangtua tidak melarang anaknya melakukan pekerjaan tersebut walaupun ia tahu bahwa itu perbuatan yang salah?
    3. Apakah pernah terlintas dipikiran orangtua untuk merubah nasibnya anak-anaknya?

    BalasHapus
  57. Nama : Nururrizqi Yasyaaillah
    Nim : 4915120344
    Jurusan : P.IPS Reguler 2012

    Seperti itulah cara mereka bertahan hidup. Kehidupan yang miskin membuat mereka nekat untuk melakukan pekerjaan yang menurut mereka biasa dan bagaimana agar mereka dapat bertahan dan makan untuk sehari-hari. Antara kemiskinan dan seks bebas sudah merajalela, apalagi anak-anak mereka yang sudah terkontaminasi oleh fenomena seks di lingkungan mereka,bahkan dari keluarga pun justru tidak mempermasalahkan anak nya untuk melihat dan mempraktekan kebiasaan ini. Sungguh ironis sekali.
    Pertanyaan :

    1. Mengapa orangtua membebaskan anaknya untuk melakukan pekerjaan tersebut?
    2. Apakah tempat prostitusi ini tidak bisa dihentikan dan diberantas secara menyeluruh?
    3. Apakah tindakan razia yang dilakukan belum efektif untuk memberantas lokalisasi tersebut ?
    4. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam mengatasi masalah ini?
    5. Adakah solusi yang tepat guna membenahi perilaku menyimpang mereka khususnya bagi masa depan anak-anak?

    BalasHapus
  58. Nama : Nurlaela mahardika
    NIM : 4915122526
    Dari tulisan di ata, saya dapa merumuskan masalah sebagai berikut :

    Apa yang menyebabkan orang tua di permukiman itu membiarkan anak-anaknya melihat hal seperti itu?
    Apa yang menyebabkan anak-anak tersebut mau untuk melakukan pekerjaan seperti itu?
    Mengapa permukiman kumuh itu menjadi masalah yang tidak pernah terselesaikan?
    Bagaimana pemerintah menanggapi hal ini?
    Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegah hal ini?
    Bagaimana nasib generasi penerus bangsa dengan moral anak-anak yang seperti itu?

    BalasHapus
  59. leni nurul hikmah (4915127053) P.IPS
    Kemiskinan bisa membuat hal yang mustahil akan menjadi hal yang bia bahkan menjadi hal yang lumrah,ketika anak 2 harus menjadi korban kekejaman hidup, anak yang seharusnya mendapatkan pengawasan dr orang tuanya,malah menjadi pekerja bagi ayah ibunya,miris memang,menyedihkan dan menghawatirkan,ketika para anak menjadi kacung dannpara pemerintah menjadi raja yang menutup mata,hati dan telinganya atas fenomena yNg mencengNgkan ini.
    Dan permasalahannya adalah
    1.bagaimana psikologis,biologis,dan kehidupan anak2 tersebut ketika setiap hari harus menyaksikan hal2 yang semestinya tidak pantas untuk mereka ketahui di umur yang masih sangat muda?
    2. Apakah ada teguran,tindakan,dari pemerintah atas kejadian tersebut?
    3. Apakah tidak ada tindakan positif dari para orang tua?

    BalasHapus
  60. sungguh ironi ketika melihat perkembangan zaman mengarah pada kemunduran zaman itu sendiri ketika kemiskinan menjadi teman setia dalam kehidupan yang membuat akl dan pola fikir manusia menjadi buta akan harta, buta untuk mendapatkan sesuatu yang ada sekalipun dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama dan Tuhan, praktek prostitusi menjadikan jalan tembus bagi adanya kemiskinan yang menga=gandrungi sebagian masyarakat dalam tulisan tersebut. praktek prostitusi yang merupakan jenis praktek negatif telah menodai pertumbuhan dan perkembangan anak, anak yang seharusnya mendapatkan pengasuhan, pengajaran, pendidikan dan pola aktif untuk menumbuhkembangkan bakatnya seakan terbatasi dengan kebinasaan harta dalam dunia. harta menjadi batas pola gerak anak untuk menumbuhkan daya kratifitasnya dalam kehidupan, kemiskinan menjadi landasan utama dalam mencari penyebab dari kebinasaan harta dalam kehidupan.
    permasalah :

    1. apa yang menjadi penyebab utama anak menjadikan prostitusi sebagai lahan profesinya ?
    2. bagaimana peranan utama orang tua sebagai pengasuh dan pendidik anak di masa keemasannya ?
    3. bagaimana bentuk pola pengajaran untuk mengajarkan anak terhadap hal-hal positif guna menumbuhkankembangkan daya kreativitasnya dalam kehidupan ?

    BalasHapus
  61. Azizah Maharani
    4915122561
    P. IPS Reg 2012

    Anak adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada para orang tua dan harus di jaga . Namun, cerita di atas menunjukkan bahwa anak menjadi korban orang tua untuk kebahagiaan orang tua itu sendiri yang menganggap bahwa hal yang mereka lakukan telah benar, padahal di dalam masyarakat hal tersebut tidak dibenarkan. Salah satu penyebab kejadian diatas adalah karena faktor kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia khususnya di ibukota mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pola kehidupan masyarakat. Sehingga tak ayal kemiskinan membuat perilaku seseorang menjadi lebih 'berani' daripada seharusnya.
    Didalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian secara mendalam, sampai dapat mengetahui alasan orang tua mengizinkan anaknya bekerja seperti demikian.

    Rumusan Masalah:

    1. Apakah dalam penelitian diatas anak menjadi salah satu orang yang merasa dirugikan oleh orang tua?
    2. Bagaimana cara mengubah pola pikir orang tua kepada anaknya agar sang anak menjadi orang yang berperilaku baik?
    3. Siapakah yang harus disalahkan jika pola perilaku anak menjadi buruk? Apakah orang tua yang tugasnya mendidik anak, ataukah pemerintah yang lalai dalam menangani kemiskinan?

    BalasHapus
  62. Dalam tulisan “saya yang suruh” ini, bagaimana seorang peneliti mampu berbaur dengan objek yang ditelitinya, sehingga peneliti bisa diterima dalam lingkungan yang ditelitinya. Berangkat dari pengamatan yang umum, untuk mendeskripsikan bagaimana objek masalah yang ditelitinya, kemudian memperkuat keabsahan data melalui wawancara mendalam
    Dari pembacaan diatas, saya dapat merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti..
    1. Bagaimana kehidupan sehari-sehari masyarakat miskin di pela-pela.?
    2. Adakah peran pihak berwajib dalam menangani kasus ini.?
    3. Apakah hanya karena faktor kemiskinan yang membuat masyarakat disini memperbolehkan dan bekerja seperti in.?

    BalasHapus
  63. Fani Nurdianti / 4915122538
    PIPS 2012 A

    Kemiskinan memang fenomena sosial yang paling meresahkan. Bagaimana tidak. Berbagai fenomena sosial lain muncul dan berawal dari kemiskinan. Kemiskinan memang membutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah. Bayangkan jika ¼ masyarakat Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan, dan dari ¼ masyarakat itu melahirkan generasi bangsa yang seharusnya mendapat jaminan hidup dari Negara tapi malah sebaliknya. Mereka bahkan hidup dalam lingkungan yang sangat membahayakan tumbuh kembang mereka dan orangtua mereka pun dengan santai membiarkan anak-anak mereka mencari uang di lingkungan yang seharusnya mereka tidak berada disana. Dan lagi lagi, alasan mereka pun sama, semua demi uang. Demi kelangsungan hidup mereka, mereka rela mengorbankan anak-anak mereka. Mengorbankan masadepan anak-anak mereka. Anak-anak memang merupakan korban kemiskinan yang paling utama.
    Berikut beberapa pertanyaan yang saya ajukan
    1. Bagaimana pemerintah dapat mengatasi fenomena kemiskinan ini, agar anak tidak lagi menjadi korban kemiskinan?
    2. Apakah pendidikan dapat merubah pola perilaku menyimpang anak-anak di lingkungan ini?
    3. Dapatkah kegiatan pemberdayaan masyarakat mengubah pola pikir masyarakat terutama orang tua dari anak-anak yang bekerja di lingkungan prostitusi tersebut?

    BalasHapus
  64. M Rio Malaha S 4915120342 P.IPS A

    Memang penyebab utamanya memang kemiskinan, tetapi sudut pandang saya melihat ada penebab kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua, orang tua mereka hanya mementingkan kesenangan semata tanpa memikirkan dampak yang terjadi terhadapa masa depan anak apabila melakukan kegiatan ini terus menerus. orang tua mereka hanya memikirkan uang untuk bertahan hidup mereka hanya terpuruk pada kemiskinan tetapi tidak berusaha untuk mendidik anak anak mereka. ini akibat kemiskinan dan kurangnya pendidikan yang ada di indonesia.

    rumusan masalah
    1. bagaimana prilaku anak tersebut karena sering melakukan pekerjaan itu ?
    2. apakah orang tua mereka memikirkan pendidikan anak anak mereka ?
    3. baimana pemerintah dalam daerh lokalisasi seperti ini ?
    4. apakah dampak mental terhadap anak dapat melekat hingga mereka besar naanti ?

    BalasHapus
  65. NAMA : Ulfa Suciyanti
    NIM : 4915127079
    Jurusan Pendidikan IPS 2012

    Komentar :
    Begitu miris saya membaca tulisan bapak nusa diatas. Betapa rusaknya moral bangsa ini dikarenakan kemiskinan. Anak anak yang seharusnya menjadi penerus generasi bangsa ini, harus terperangkap didalam kemiskinan dan hidup didunia yang bukan seharusnya. Para orang tua juga tidak seharusnya mengizinkan anaknya yang masih kecil untuk bekerja ditempat seperti itu. seharusnya anak anak diumur tersebut belum pantas untuk menyaksikan hubungan orang dewasa karena tidak baik untuk perkembangan psikologis anak. Memang kemiskinan itu dekat dengan kekufuran. Oleh karena itu ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan :

    1. Adakah peran pemerintah dalam menyelesaikan kasus anak anak yang hidup ditempat seperti itu? Apakah pemerintah hanya menutup mata dan acuh tak acuh mengenai kasus diatas? Kemana pemerintah ?
    2. apasaja dampak yang dirasakan oleh anak anak yang tinggal didaerah seperti itu?
    3. Apa yang dapat dilakukan untuk membantu anak anak tersebut terbebas dari belenggu dunia pelacuran sehingga anak anak dapat bersekolah dan mendapatkan hak yang sesungguhnya ?
    4. Bagaimanakah cara memperbaiki perekonomian didaerah tersebut sehingga para orang tua tidak lagi menyuruh anaknya untuk bekerja ditempat seperti itu ?

    Sekian terimakasih, wassalamualaikum wrwb

    BalasHapus
  66. Shafira Muthia
    4915122525
    P.IPS A 2012
    Kejamnya kemiskinan sering menjadikan anak-anak sebagai tumbal kehidupan. Anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak malah dibentuk menjadi anak yang liar oleh keluarga dan lingkungannya sediri. Tidak seperti anak-anak kebanyakan yang hidup didalam keluarga yang berkecukupan. Padahal anak-anak itu natinya juga akan menjadi penerus bangsa yang akan mengubah bangsa ini menjadi lebih baik dan maju. Hal ini sungguh miris, apalagi orang tua yang seharusnya berkewajiban mendidik malah menjerumuskan anaknya sehingga tercipta perilaku yang kurang baik dari si anak. Fokus utama orang tua dari kegiatan anaknya tersebut hanyalah uang. Mereka menjadikan uang seolah-olah sebagai Tuhan didalam kehidupan ini.
    Berdasarkan wacana diatas saya mengajukan beberapa rumusan masalah, yakni:
    1. Apakah bermain dan mencari uang ditempat hiburan mempengaruhi tumbuh kembang anak?
    2. Bagaimana upaya pemerintah memperbaiki pola perilaku anak yang biasa bermain dan mencari uang ditempat hiburan rakyat kelas bawah?
    3. Bagaimanakah gambaran kehidupan spiritual anak-anak yang biasa mencari uang ditempat hiburan rakyat kelas bawah?

    BalasHapus
  67. Nama : Aminah Pertiwi
    NIM : 4915127038
    Pendidikan IPS 2012 Non Reguler

    Menurut saya tulisan Bapak diatas yang berasal dari kasus nyata yang terjadi di negeri ini sangatlah menarik dan mengagumkan. Karena, ternyata masih ada orang-orang yang peduli terhadap nasib para anak-anak dari WTS yang ada di lokalisasi. Yang mengorbakan waktu, tenaga dan bahkan biayanya untuk berusaha memindahkan para anak-anak dari WTS itu untuk tidak tinggal di tempat itu lagi. Dan yang menarik, ternyata para ibu mereka pun setuju dengan rencana pemindahan anak-anak tersebut dan mendapatkan pendidikan yang layak. Ini menarik karena,sebagian dari kita mungkin banyak yang berfikir, para WTS tersebut akan mengajak anaknya seperti mereka. Tetapi ternyata para WTS itu pun masih memiliki naluri asli keibuan yang menginginkan anaknya jadi orang baik.

    Dari tulisan diatas, ada beberapa pertanyaan, yaitu :

    1.Adakah peran pemerintah yang juga berusaha untuk memindahkan, anak-anak para WTS dari lokasi tersebut?
    2. Apa hambatan terbesar yang dialami peneliti, selama proses pemindahan anak-anak para WTS ke tempat yang lebih baik?
    3. Bagaimana perasaan anak-anak para WTS yang sudah dipindahkan dari tempat lokalisasi tersebut? Karena mereka berarti tidak dapat bertemu dengan ibunya setiap hari lagi.

    BalasHapus
  68. Nama : Sartika Oktaviani
    Nim : 4915127073
    P.IPS 2012' B

    Kemiskinan merupakan fenomena yang menakutkan terutama pada generasi muda, seperti halnya yang telah dijelaskan pada tulisan "saya yang suruh" sungguh memilukan jika hal ini akan terus berlanjut kepada generasi selanjutnya.

    Dari tulisan " saya yang suruh " saya ingin mengajukan 3 pertanyaan :
    1. Bagaimanakah kondisi psikis anak-anak yang bekerja di daerah pela-pela tersebut?
    2. Bagaimana cara bapak melakukan pengamatan dan pendekatan dalam permasalahan yang diangkat pada tulisan "saya yang suruh"
    3. Adakah kesulitan dalam melakukan pengamatan dan pendekatan dalam mencari data?

    BalasHapus
  69. Nama : Annahal Eleista
    NIM : 4915120350
    Kelas : P.IPS A 2012
    Nama Dosen : Bapak Nusa Putra
    Mata Kuliah : metodologi penelitian

    PENDAHULUAN
    Setelah membaca tulisan yang berjudul “Saya yang Suruh” karya Bapak Nusa Putra, ternyata hampir mirip makna inti atau inti permasalahan yang ada di tulisan ini dengan tulisan yang berjudul “Saya Ndak Tahu Siapa Bapaknya”. Inti permasalahan yang sama diantara kedua tulisan tersebut adalah sama-sama mengangkat permasalahan tentang kemiskinan. Dimana yang sama-sama kita ketahui bahwa kemiskinan merupakan salah satu inti permasalahan yang akan memunculkan permasalahan-permasalahan lainnya yang ada di kehidupan ini. Begitu pula dengan tulisan ini yang mengangkan inti permasalahannya yaitu kemiskinan yang dapat menyebabkan masalah lainnya muncul. Di dalam tulisan ini, masalah lain yang disebabkan karena adanya permasalahan kemiskinan di dalam kehidupan beberapa masyarakat Indonesia adalah lebih mengacu kepada kemunculan masalah tentang moral dan perilaku.
    Moral dan perilaku pada anak-anak yang dijadikan obyek penelitian pada tulisan ini sangatlah rendah dan ancur atau bubruk moralnya. Padahal yang sama-sama kita ketahui bahwa anak-anak seharusnya diajarkan moral-moral yang baik oleh kedua orang tuanya. Moral-moral tersebut dapat diajarkan kepada anak baik itu secara lisan, tulisan, dan perilaku dari orang tuanya. Moral yang diberikan secara lisan dapat berupa sesuatu nilai dan norma yang berisikan ajaran moral dan perilaku kepada anak yang disampaikan oleh kedua orang tuanya melalui perkataan sehari-hari di kehidupannya.

    RUMUSAN MASALAH
    Di dalam karya tulis ciptaan Drs. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd yang berjudul tentang “Saya yang Suruh” dapat menghasilkan beberapa rumusan masalah. Ada beberapa rangkaian rumusan masalah yang terdapat di dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :
    1. Pekerjaan apa saja yang digeluti dan disandang oleh masyarakat di wilayah tersebut?
    2. Seperti apakah moral yang tertanam pada diri masing-masing individu yang bertempat tinggal di wilayah tersebut?
    3. Seperti apakah pengajaran moral kepada anak-anak yang bertempat tinggal atau bernaung di wilayah itu?
    4. Seperti apa perilaku dan moral yang terbentuk di dalam diri masing-masing anak yang bertempat tinggal di permukiman itu?
    5. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap masalah tentang moral rendah yang dimiliki oleh anak-anak mereka?
    6. Dampak apa saja yang akan dimunculkan dari permasalahan seperti ini?
    7. Bagaimana solusi atau pemecahan masalah terhadap contoh kasus yang telah terpaparkan pada tulisan ini?
    8. Menurut cara pandang orang psikologi, apa saja solusi yang baik untuk memecahkan masalah atau kasus yang seperti ini?
    9. bagaimana tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak pemerintahan terhadap kasus-kasus imoral yang telah terjadi di kehidupan masyarakatnya?

    Terima Kasih

    BalasHapus
  70. Nama : Aminah Pertiwi
    NIM : 4915127038
    Pendidikan IPS 2012 Non Reguler


    Tulisan bapak diatas, membuka mata saya. Banyak realitas-realitas memilukan yang terjadi di negeri ini. Sulit dipercaya, ternyata hal seperti ini masih terjadi di negeri kita tercinta ini yang (katanya) suda merdeka. Anak-anak yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa ini, ternyata lingkungan anak tersebut tinggal sangatlah memprihatinkan. Yang seharusnya mereka mendapatkan pendidikan serta kehidupan yang lebih layak ternyata harus melewati hal seperti itu. Anak-anak yang masih berusia dibawah umur, setiap hari disuguhkan tontonan (gratis) yang tidak baik, dan yang lebih memprihatinkan orangtua mereka sendiri malah tidak khawatir. Memang benar seperti kata bapak diatas, anak-anak lah yang jadi korban paling mengerikan dalam kemiskinan yang akut.

    Dari tulisan diatas, ada beberapa pertanyaan :

    1. Bagaimana nasib pendidikan anak-anak di tempat itu? Apakah ada anak yang sekolah?
    2. Adakah keterlibatan aparat dari berdirinya tempat tersebut? Karena dari tulisan diatas disebutkan tempat ini sering di razia, tapi mengapa bisa berdiri lagi?
    3. Apa mayoritas pekerjaan orangtua anak-anak di lingkungan tersebut?

    BalasHapus
  71. Nama : Aminah Pertiwi
    NIM : 4915127038
    Pendidikan IPS 2012 Non Reguler

    Tulisan bapak diatas, membuka mata saya. Banyak realitas-realitas memilukan yang terjadi di negeri ini. Sulit dipercaya, ternyata hal seperti ini masih terjadi di negeri kita tercinta ini yang (katanya) suda merdeka. Anak-anak yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa ini. Ternyata lingkungan anak tersebut tinggal sangatlah memprihatinkan. Yang seharusnya mereka mendapatkan pendidikan serta kehidupan yang lebih layak ternyata harus melewati hal seperti itu. Anak-anak yang masih berusia dibawah umur, setiap hari disuguhkan tontonan (gratis) yang tidak baik, dan yang lebih memprihatinkan orangtua mereka sendiri malah tidak khawatir. Memang benar seperti kata bapak diatas, anak-anak lah yang jadi korban paling mengerikan dalam kemiskinan yang akut.
    Dari tulisan diatas, ada bebrapa pertanyaan :

    1. Bagaimana nasib pendidikan anak-anak di tempat itu? Apakah ada anak yang sekolah?
    2. Adakah keterlibatan aparat dari berdirinya tempat tersebut? Karena dari tulisan diatas disebutkan tempat ini sering di razia, tapi mengapa bisa berdiri lagi?
    3. Apa mayoritas pekerjaan orangtua anak-anak di lingkungan tersebut?

    BalasHapus
  72. Nama : Dimas Bagus Wicaksono
    No : 4915122524
    Kelas : PIPS 2012 A

    ANAK KITA BUKANLAH HASIL COPY PASTE DARI DIRI KITA SENDIRI, MEREKALAH HASIL COPY PASTE KEHIDUPAN YANG MEREKA HIRUP.

    Apakah salah jika kita hidup dalam kepekatan dosa? Jika salah, bisa jadi kesalahan itu akan berlipat ganda apabila kita melibatkan orang lain dalam kepekatan tersebut, terutama melibatkan darah daging kita, buah cinta dan cucuran kasih kita sendiri. Anak-anak.

    Anak-anak kitaadalah layang-layang yang bebas terbang kemana angin berhembus. Mereka berdiri diatas tonggak pendirian mereka sendiri. Kita bukanlah Tuhan bagi mereka yang mengatasnamakan status kita sebagai orang tua dengan mengatur kehidupan mereka dalam mengorbankan masa depan anak-anak kita kedalam lembah kehancuran.

    Lepaskanlah angan dan cita mereka kearah matahari yang menguning untuk menggenggam masa depan yang lebih baik. Tidakkah mereka yang membiarkan anak-anaknya untuk mencari uang yang belum seberapa disbanding dampak negatif dari psikologis anak-anak tersebut terhadap apa yang mereka lihat, kehidupan yang mereka hirup.

    1. BAGAIMANA KONDISI PSIKOLOGIS ANAK-ANAK TERSEBUT?
    2. APA YANG MELANDASI ANAK-ANAK TERSEBUT UNTUK MENCARI UANG DENGAN CARA SEPERTI ITU SELAIN SURUHAN ORANG TUA MEREKA?
    3. BAGAIMANA PERAN DAN UPAYA KPAI DALAM MENANGGULANGI HAL INI?

    BalasHapus
  73. Nama: Sarah Hanifah
    NIM: 4915127072 PIPS B 2012

    setelah saya membaca tulisan ini timbullah perasaan miris terhadap perilaku anak anak yang dicemari karena orang tuanya, bukan hanya lingkungan yang bisa menjadi penyebab adanya penyimpangan sosial, ternyata ada juga orangtua yang rela menyuruh anaknya berbuat hal sedemikian kotornya.

    ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan:
    1. bagaimana cara mengatasi penyimpangan sosial yang diakibatkan oleh masalah ekonomi?
    2. apakah anak anak tersebut tidak disekolahkan?
    3. apakah tidak ada dampak positif yang menyerangang psikis anak tersebut?

    BalasHapus
  74. PIPS Reg 2012
    4915122520

    Kemiskinan menghilangkan moralitas manusia. Hal yang haram dan tidak layak untuk dilakukan, namun karena kebutuhan jasmaniah menjadi halal dan dianggap sesuatu yang wajar dalam masyarakat. Orang tua yang seharusnya menjadi pembimbing dan pemberi arah untuk anak-anaknya malah memberikan contoh yang tidak baik serta menjadikan anak sebagai alat pencari uang tanpa peduli bagaimana mereka memperolehnya. Dalam tulisan ini, digambarkan anak-anak yang berasal dari kalangan bawah telah terbiasa melihat hubungan seks secara langsung karena mereka mencari uang di tempat prostitusi. Hal seperti ini tentu membawa dampak yang buruk bagi mereka. Tontonan yang belum layak mereka lihat pada usia perkembangan anak akan merusak masa depannya. Kita pernah mendengar bukan bahwa dalam sebuah penelitian pornoaksi serta pornografi dapat mengurangi IQ seseorang. Tindak kejahatan seksual juga sering terjadi yang berawal dari menonton/melihat adegan seks. Jika anak-anak ini tidak mendapatkan bimbingan yang benar, maka masa depannya tentu tidak akan jauh dengan kehidupan orang tuanya. Dibutuhkan penanganan dalam kasus ini sehingga mereka tidak lagi terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kemaksiatan.
    Rumusan masalah :
    1. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah agar anak-anak ini mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak kembali bekerja di tempat prostitusi?
    2. Apakah kurangnya pemberian nilai-nilai spiritual untuk anak-anak dari kaum marjinal membuat mereka melakukan pekerjaan di lokalisasi?
    3. Apakah kemiskinan merupakan alasan satu-satunya masyarakat kaum kelas bawah untuk mendirikan tempat prostitusi sebagai sumber penghasilan mereka?

    BalasHapus
  75. Dalam tulisan "Saya Yang Suruh" tergambar jelas bagaimana kehidupan sebuah kelompok masyarakat yang jauh dari kesan aman dan nyaman. lingkungan yang realitannya sangat memberikan dampak buruk bagi segala aspek kehidupannya, akan tetapi di lingkungan yang buruk itulah tempat bergantungnnya hidup dan nasib anak-anak mereka. tempat yang tak layak dihuni manusia, kehidupan yang keji tergambar di dalamnnya. ketika para penerus generasi seharusnnya belajar mereka justru melakukan hal yang sangat tidak logis dan berjuang untuk mendapatkan beberapa lembar uang yang tak sebanding dengan pengalaman yang dialaminnya untuk kerusakan masa kecilnnya, masa kecil yang tak berharap akan cerahnnya masa depan. Tak banyak yang dapat dilakukan, mereka tak bisa menyalahkan Tuhan dan keadaan yang dialaminnya, orang tuanya lah yang bersalah karena tak memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk berjuang lebih di dalam kehidupan yang kejam, sehingga harus mengorbankan kepolosan anak mereka untuk melakukan hal yang tak seharusnnya dilakukan.
    Rumusan masalah :
    1. apakah pemukiman tersebut terpencil dan jauh dari penglihatan pemerintah sehingga terkesan tidak ada perhatian dari pemerintah setempat untuk melakukan pembenahan ?
    2. darimana kah awal mula pemukiman ini berakar hingga menjadi tempat tinggal tak layak bagi warga dan anak-anaknnya?
    3. bagaimana dampak psikologis terhadap anak yang tinggal dilingkungan tersebut, apakah ketika mereka keluar dari lingkungan tersebut mereka dapat berbaur dengan dunia luar?

    BalasHapus
  76. NAMA : Luthfia Nurrahmawati
    NIM : 4915127055/P.IPS REG B 2012
    Tidak ada satupun manusia yang terlahir dengan keadaan miskin, tetapi inilah hidup, nasib sudah digariskan oleh tuhan ketika kita terlahir di dunia, tinggal bagaimana cara kita mensyukurinya dan menjadikan semuanya adalah nikmat dari Tuhan. Kemiskinan mengantarkan mereka pada menghalalkan yang haram. Sungguh ironis, pelacuran telah terjadi dimana-dimana, dan lagi-lagi anak yang menjadi korban, kali ini memang bukan mereka yang melakukan hubungan seks, tetapi mereka termasuk kedalam bagian seks tersebut, mereka membantu kelancaran kegiatan seks yang ada dilokasi tersebut, dengan menjajakan air, yang digunakan untuk mencuci kemaluan orang-orang yang telah selesai melakukan hubungan. Sesekali ketika mereka bosan, mereka melihat apa yang sedang dilakukan orang-orang yang lebih dewasa dari mereka. Inilah bukti nyata betapa hancurnya Negara ini, anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak, hidup dilingkungan yang baik untuk tumbuh kembangnya, bermain sesame teman sebayanya, tetapi tidak mereka dapatkan lagi. inilah tugas kita sebagai masyarakat dan pemerintah sudah saatnya peduli dengan permasalahan yang semakin lama jika didiamkan bisa berakibat fatal bagi Negara ini, sebab generasi mudanya yang telah hancur dari masa kanak-kanak.
    Rumusan masalah :
    1. Hal apa yang harus dilakukan agar anak-anak tersebut keluar dari zona yang tidak baik untuk tumbuh kembangnya, seperti cerita di atas ?
    2. Adakah peran pemerintah dalam mengatasi masalah semacam ini ? jika ada jelaskan !
    3. Pendekatan seperti apa yang dilakukan peneliti hingga akhirnya bisa diterima di lingkungan tersebut tanpa dicurigai ?

    BalasHapus
  77. NAMA : Luthfia Nurrahmawati
    NIM : 4915127055/P.IPS REG B 2012
    Tidak ada satupun manusia yang terlahir dengan keadaan miskin, tetapi inilah hidup, nasib sudah digariskan oleh tuhan ketika kita terlahir di dunia, tinggal bagaimana cara kita mensyukurinya dan menjadikan semuanya adalah nikmat dari Tuhan. Kemiskinan mengantarkan mereka pada menghalalkan yang haram. Sungguh ironis, pelacuran telah terjadi dimana-dimana, dan lagi-lagi anak yang menjadi korban, kali ini memang bukan mereka yang melakukan hubungan seks, tetapi mereka termasuk kedalam bagian seks tersebut, mereka membantu kelancaran kegiatan seks yang ada dilokasi tersebut, dengan menjajakan air, yang digunakan untuk mencuci kemaluan orang-orang yang telah selesai melakukan hubungan. Sesekali ketika mereka bosan, mereka melihat apa yang sedang dilakukan orang-orang yang lebih dewasa dari mereka. Inilah bukti nyata betapa hancurnya Negara ini, anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak, hidup dilingkungan yang baik untuk tumbuh kembangnya, bermain sesame teman sebayanya, tetapi tidak mereka dapatkan lagi. inilah tugas kita sebagai masyarakat dan pemerintah sudah saatnya peduli dengan permasalahan yang semakin lama jika didiamkan bisa berakibat fatal bagi Negara ini, sebab generasi mudanya yang telah hancur dari masa kanak-kanak.
    Rumusan masalah :
    1. Hal apa yang harus dilakukan agar anak-anak tersebut keluar dari zona yang tidak baik untuk tumbuh kembangnya, seperti cerita di atas ?
    2. Adakah peran pemerintah dalam mengatasi masalah semacam ini ? jika ada jelaskan !
    3. Pendekatan seperti apa yang dilakukan peneliti hingga akhirnya bisa diterima di lingkungan tersebut tanpa dicurigai ?

    BalasHapus
  78. Nama: Tri Satria Pradana
    NIM: 4915122548
    P.IPS A' 2012

    komentar saya atas tulisan ini, sudah miris akan cerita-cerita seperti ini sering didengar oleh kita. Kemiskinan berbalut sebuah kebiadaban akal manusia memaknai kemiskinan. Cerita kemiskinan acap kali sering menghilangkan akal dan pikiran sehat kita, hingga seringkali kita lihat orang yang paling dekat dengan kita, orangtua ibarat dua buah mata pisau yang tega memperjualbelikan anaknya dengan alasan ini merupakan bentuk kasih sayang mereka. Nauzubillah..

    Berikut ini Saya ajukan pertanyaan terkait tentang wacana di atas, yaitu:
    1. Bagaimana proses pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terkait fenomena sosial masyarakat tersebut?
    2. Bagaimana peneliti menempatkan diri ketika berada dalam wilayah penelitian yang demikian?
    3. Bagaimana wujud tanggung jawab pemerintah setempat terhadap upaya untuk melindungi anak-anak pemukiman kumuh tersebut?

    Terima kasih.

    BalasHapus
  79. setelah membaca dan memperhatikan maksud dari tiap paragraf dari tulisan di atas, alangkah terlihat mirisnya kehidupan mereka yang berada dibawah garis kemiskinan. segala daya dan upaya mereka kerahkan untuk mendapatkan sesuap nasi. namun hal tersebut mereka lakukan malahan dengan cara "murah asal bisa makan". sungguh tragis apabila kita perhatikan tulisan yang menjelaskan bahwa para orangtua disana membiarkan anaknya yang masih sangat dibawah umur bekerja sebagai "servant" sembari menonton adegan "hot" yang dilakukan pelanggan berhidung belang dan perempuan-perempuan PSK tersebut. hal ini sangat menggambarkan bahwa bukan hanya finansial mereka saja yang dibawah garis standar, namun juga moral mereka. sangat disayangkan apabila aparat pemerintah hanya melkukan tindakan berupa penggusuran saja tanpa ada penanggulangan yang berarti bagi warga disana terutama anak-anak kecil disana.

    pertanyaan sesuai tulisan di atas :
    1. bagaimana si peneliti melakukan observasi demi mendapat data dari permukiman tersebut?
    2. adakah kesulitan peneliti dalam melakukan pengumpulan data?
    3. apakah pemerintah secara tegas memperhatikan masalah sosial di permukiman tersebut?
    4. bagaimana upaya nyata pemerintah dalam membenahi kehidupan sosial di permukiman tersebut?
    5. bagaimana LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dapat turut membantu membenahi kebobrokan masalah sosial di permukiman tersebut, khususnya terhadap "mindset" para orangtua disana?

    BalasHapus
  80. Nama : Asriani Faraditha Ritonga
    NIM : 4915122542
    Kelas : Pd. IPS A 2012

    setelah membaca dan memperhatikan maksud dari tiap paragraf dari tulisan di atas, alangkah terlihat mirisnya kehidupan mereka yang berada dibawah garis kemiskinan. segala daya dan upaya mereka kerahkan untuk mendapatkan sesuap nasi. namun hal tersebut mereka lakukan malahan dengan cara "murah asal bisa makan". sungguh tragis apabila kita perhatikan tulisan yang menjelaskan bahwa para orangtua disana membiarkan anaknya yang masih sangat dibawah umur bekerja sebagai "servant" sembari menonton adegan "hot" yang dilakukan pelanggan berhidung belang dan perempuan-perempuan PSK tersebut. hal ini sangat menggambarkan bahwa bukan hanya finansial mereka saja yang dibawah garis standar, namun juga moral mereka. sangat disayangkan apabila aparat pemerintah hanya melkukan tindakan berupa penggusuran saja tanpa ada penanggulangan yang berarti bagi warga disana terutama anak-anak kecil disana.

    pertanyaan sesuai tulisan di atas :
    1. bagaimana si peneliti melakukan observasi demi mendapat data dari permukiman tersebut?
    2. adakah kesulitan peneliti dalam melakukan pengumpulan data?
    3. apakah pemerintah secara tegas memperhatikan masalah sosial di permukiman tersebut?
    4. bagaimana upaya nyata pemerintah dalam membenahi kehidupan sosial di permukiman tersebut?
    5. bagaimana LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dapat turut membantu membenahi kebobrokan masalah sosial di permukiman tersebut, khususnya terhadap "mindset" para orangtua disana?

    BalasHapus
  81. dian kartika
    4915120349

    Pada artikel berjudul Saya yang Suruh, penulis memandang persoalan dalam suatu penelitian berdasarkan fakta sosial. Di dalam pokok bahasan sosiologi, teori fakta sosial yang dianut oleh ahli sosiologi yakni Emile Durkheim berpandangan bahwa ada kekuatan dari luar yang memaksa dan mengendalikan objek. Cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang bersumber pada suatu kekuatan di luar individu, bersifat memaksa dan mengendalikan individu. Artinya, teori fakta sosial menjelaskan tentang bagaimana lingkungan sekitar membentuk diri seseorang. Ini jelas terlihat dalam cerita di dalam artikel tentang bagaimana anak-anak dibentuk dalam sebuah lingkungan pemukiman kumuh yang didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan mulai dari pusat hiburan dangdut gerobak, perjudian, dan bahkan pelacuran. Anak-anak di lingkungan tersebut dibentuk oleh suatu pola secara kontinuitas dalam kehidupan dimana mereka dipekerjakan dalam konteks negatif oleh orang tuanya sendiri yang seharusnya membentuk kepribadian mereka dengan sosialisasi primer yang positif tetapi malah menjadikan kebiasaan dalam sosialisasi primer yang bersifat destruktif.
    Contoh nyata terlihat pada saat anak-anak tersebut disuruh membelikan rokok, memanggilkan pelacur bahkan melihat bagaimana proses berhubungan intim yang dilakukan pelacur dengan tamu itu berlangsung dan mempraktekannya dalam bentuk candaan kepada orang lain. Hal seperti ini lalu disebut wajar oleh orang tua mereka sendiri. Bahkan orang tua dari anak-anak yang tinggal di sekitar pemukiman kumuh itulah yang dengan sengaja menyuruh anak-anak mereka bekerja di sekitar kegiatan tersebut untuk memperoleh uang. Dalam fakta sosial jelas disebutkan bahwa seorang anak yang tidak menaati cara yang diajarkan padanya maka akan mengalami sanksi dari suatu kekuatan luar, karena fakta sosial memberikan sebuah kesimpulan teori dimana sikap dan kepribadian anak-anak dibentuk melalui lingkungan.
    Dari artikel tersebut, saya memiliki beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut :
    1. Ditinjau melalui penelitian kualitatif dapatkah penelitian dalam artikel ini dilakukan melalui dua teknik dalam penelitian atau lebih ?
    2. Peran sosialisasi primer seperti apakah yang sebaiknya tepat dilakukan kepada anak-anak tersebut ?
    3. Adakah keterkaitan antara stratifikasi sosial dengan sosialisasi primer yang tidak sempurna pada anak-anak dalam artikel tersebut ?

    BalasHapus
  82. Agung. Nugroho
    4915120349

    Dalam tulisanya kali ini yang berjudul saya yang suruh pak nusa memberikan sebuah gambaran mengenai anak-anak diperumahan kumuh yang keseharianya berprofesi sebagai penyedia fasilitas bagi pelacur dan lelaki hidung belang Kemiskinanlah yang menjadi salah satu alasan mengapa orang tua membiarkan anak tersebut untuk berprofesi seperti yang digambarkan pada tulisan initanpa memikirkan bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir anak.penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti dan memperkuat hasil pengamatanya dengan mewawancari informan yakni orang tua dari anak tersebut.
    Pertanyaan
    1.Bagaimana cara peneliti mendapatkan data mengenai hal tersebut ?
    2.Adakah kendala atau hambatan peneliti ketika terjun kelapangan untuk melakukan observasi dan wawancara?
    3.Apakah terdapat cara-cara khusus untuk dapat masuk dan mendapatkan data dalam penelitian ini ?

    BalasHapus
  83. Nama: Muhamad Dinar
    Nim : 4915122552
    PIPS A 2012
    Tempat tinggal adalah lingkup pertama di mana anak-anak mendapatkan nilai dan norma pendidikan, pengajaran, dan pengalaman hidup. Tidak bisa disangkal lagi bahwa tempat di mana mereka tinggal menjadi basic pembentukan kepribadian anak sebelum mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan luar untuk menyerap dan mengolah nilai-nilai hidup yang mereka temui. Bila pengalaman buruk yang mereka lihat atau rasakan dikeseharian nya maka, pertumbuhan perkembangan mental anak akan tergangu. Orang tua harus bisa mengajarkan anak tentang hal baik dan hal buruk sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
    Permasalahan yang terjadi di tulisan ini adalah:
    1. Adakah ke kawatiran orang tua terhadap perkembangan psikis anak?
    2. Apa anak yang hidup di lingkungan tersebut mendapatkan perhatian dari pemerintah?
    3. Dampak apa yang akan timbul bila anak melihat perilaku yang tidak pantas mereka lihat diusianya?
    Nama

    BalasHapus
  84. Assalamualaikum wr. wb.
    Nama : Fiky Purnamasari
    NIM : 4915127047
    Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS B 2012
    Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang terjadi akibat adanya masalah ekonomi. Sering kali dalam keadaan miskin membuat manusia menghalalkan segala cara dan tidak peduli pada ajaran agama maupun peraturan yang ada untuk membuat mereka tetap bertahan hidup dan mencari nafkah. Pada cerita tersebut anak-anak dijadikan sebagai korban dari kemiskinan yang dialami orang tua mereka. Orang tua mereka yang lebih spesifik ibu mereka menyuruh mereka mencari uang dengan cara yang tidak wajar seperti menjadi pesuruh, meminta-minta dan menjadi penyedia jasa air untuk orang yang sedang berhubungan seksual didepan mereka. Hal tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak terjadi pada anak seusia mereka karena dapat merusak moral mereka. Kejadian ini sungguh memprihatinkan, anak seusia mereka yang seharusnya tidak melihat hal seperti itu dapat melihat hal itu bahkan dapat menirukannya dan memperagakan secara rinci lalu menceritakan kepada orang tua mereka dan orang tua mereka tertawa bukan marah ataupun menasehati. Seharusnya orang tua berperan besar dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya bukan malah seperti itu karena hal itu dapat merusak mental, dan moral anak-anak mereka calon generasi penerus bangsa. Peran pemerintah juga sangat penting dalam hal ini karena generasi muda penerus bangsa seperti mereka harus diselamatkan dan didik secara benar.
    Pertanyaan yang saya ajukan adalah :
    1. Apa dampak psikologis yang mereka alami dalam jangka pendek dan jangka panjang?
    2. Bagaimana cara mengubah pola pikir dan kebiasaan yang dilakukan orang tua mereka?
    3. Bagaimana peran pemerintah sehingga orang tua mereka terbebas dari kemiskinan dan tidak menyuruh anak-anak mereka bekerja seperti itu?
    4. Bagaimana peran komnas HAM terkait masalah tersebut?
    5. Bagaimana cara menyelamatkan anak-anak tersebut sehingga tidak bekerja seperti itu dan menjalani hak serta kewajibannya sesuai dengan anak seusia mereka?
    6. Bagaimana proses awal hingga akhir yang dilakukan oleh peneliti sehingga dapat membuat cerita seperti itu?

    BalasHapus
  85. Assalamualaikum wr. wb.
    Nama : Fiky Purnamasari
    NIM : 4915127047
    Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS B 2012
    Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang terjadi akibat adanya masalah ekonomi. Sering kali dalam keadaan miskin membuat manusia menghalalkan segala cara dan tidak peduli pada ajaran agama maupun peraturan yang ada untuk membuat mereka tetap bertahan hidup dan mencari nafkah. Pada cerita tersebut anak-anak dijadikan sebagai korban dari kemiskinan yang dialami orang tua mereka. Orang tua mereka yang lebih spesifik ibu mereka menyuruh mereka mencari uang dengan cara yang tidak wajar seperti menjadi pesuruh, meminta-minta dan menjadi penyedia jasa air untuk orang yang sedang berhubungan seksual didepan mereka. Hal tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak terjadi pada anak seusia mereka karena dapat merusak moral mereka. Kejadian ini sungguh memprihatinkan, anak seusia mereka yang seharusnya tidak melihat hal seperti itu dapat melihat hal itu bahkan dapat menirukannya dan memperagakan secara rinci lalu menceritakan kepada orang tua mereka dan orang tua mereka tertawa bukan marah ataupun menasehati. Seharusnya orang tua berperan besar dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya bukan malah seperti itu karena hal itu dapat merusak mental, dan moral anak-anak mereka calon generasi penerus bangsa. Peran pemerintah juga sangat penting dalam hal ini karena generasi muda penerus bangsa seperti mereka harus diselamatkan dan didik secara benar.
    Pertanyaan yang saya ajukan adalah :
    1. Apa dampak psikologis yang mereka alami dalam jangka pendek dan jangka panjang?
    2. Bagaimana cara mengubah pola pikir dan kebiasaan yang dilakukan orang tua mereka?
    3. Bagaimana peran pemerintah sehingga orang tua mereka terbebas dari kemiskinan dan tidak menyuruh anak-anak mereka bekerja seperti itu?
    4. Bagaimana peran komnas HAM terkait masalah tersebut?
    5. Bagaimana cara menyelamatkan anak-anak tersebut sehingga tidak bekerja seperti itu dan menjalani hak serta kewajibannya sesuai dengan anak seusia mereka?
    6. Bagaimana proses awal hingga akhir yang dilakukan oleh peneliti sehingga dapat membuat cerita seperti itu?

    BalasHapus
  86. Lagi-lagi potret kemiskinan yang membuat kita miris dan merinding. Fenomena ini tidak menjadi barang yang tabu lagi, tetapi sudah menjadi lumrah di zaman ini. Jelas, anak-anak disini adalah korban yang sebenarnya tak tahu apa-apa. Namun, yang ditakutkan adalah bagaiman perkembangan anak-anak kedepannya jika berada di lingkungan tersebut. Coba kita bayangkan, bagaimana rasanya hidup diantara orang-orang yang secara bebas bergaul dengan siapa saja tanpa ada batasan yang didalamnya terlibat anak-anak? mungkin kita akan geleng-geleng kepala.

    1. Apakah perkembangan psikologis anak-anak disana terganggu?
    2. Apakah ada upaya penyelamatan sebelumnya terhadap anak-anak disana?
    3. Bagaimana peran lingkungan terhadap adanya tempat prostitusi tersebut?
    4. Adakah cara untuk menyelamatkan anak-anak tersebut jika terdapat contoh tempat yang sejenis?

    BalasHapus
  87. Nama: Gayus Hebron
    NIM : 4915127048
    P.IPS 2012 B

    Pertanyaan yang saya ajukan berdasarkan wacana diatas:
    1. Mengapa orang tua dari anak-anak di pemukiman kumuh tersebut melakukan hal tersebut?
    2. Apa dampak negatif terhadap psikologis dan karakter anak-anak di pemukiman kumuh tersebut?
    3. Bagaimana tindakan pemerintah setempat dalam memberantas praktek prostitusi di pemukiman kumuh tersebut?

    Terima Kasih

    BalasHapus
  88. Nisrina Haniah
    Pend IPS NR 2012
    4915127060

    Sungguh hal yang tidak terduga, masih banyak tempat-tempat seperti itu di Indonesia. Factor ekonomi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya pelacuran diberbagai tempat. Mereka terdesak oleh keadaan ekonomi yang buruk dan kemajuan zaman yang semakin berkembang. Maka dari itu mereka menghalakan segala cara untuk mendapatkan uang. Namun, haruskah dengan hal demikian?

    Bangsa Indonesia lama kelamaan akan hancur jika setiap orang memiliki pola pikir yang sama dengan orang-orang tersebut. Mungkin pemerintah sudah bersusah payah untuk membangun kesejahteraan masyarakatnya. Tetapi kurangnya perhatian dari masyarakat akan program pemerintah mengakibatkan program tersebut tidak berjalan mulus.

    Rumusan masalah:
    1. Mengapa seorang ibu malah membiarkan anaknya untuk bekerja sambil melihat orang melakukan hubungan? Padahal tindakan tersebut tentu saja akan berpengaruh buruk pada anak.

    2. Mengapa anak-anak selalu menjadi korban atas kemiskinan?

    3. apakah hanya factor ekonomi yang sangat perpengaruh dalam kehidupan masayarakat miskin?

    BalasHapus
  89. ABDUL KHODIR GOSA
    4915122551
    dalam tulisan ini sudah jelas bahwa yang menjadi topik ataupun akar permasalahan ini adalah faktor ekonomi dari para penduduk di daerah terseut. mereka melakukan kegiatan tersebut atas dasar kebutuhan dan desakan finansial mereka sendiri.
    rumusan masalah:
    1. seberapa jauh kah keterlibatan orang tua para anak tersebut terhadap prilaku yang di lakukan anak-anaknya?
    2. adakah pekerjaan lain yang sudah mereka lakukan selain pekerjaan seperti yang ada di tulisan di tersebut?
    3. bagaimana sikap pemerintah setempat terhadap fenomena warganya tersebut?

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd