Minggu, 27 April 2014

JALAN PAGI MALIOBORO

Matahari masih bersembunyi, entah di mana. Pagi masih remang. Malioboro sepi. Banyak tukang becak yang masih pulas di atas becaknya, menikmati indahnya pulas di alam terbuka. Di sejumlah teras pertokoan banyak orang tertidur sangat pulas. Beberapa di antara mereka menggunakan baju dan kaos hitam, tampaknya rombongan anak punk. Sebagian tidur di lantai, hanya dua orang yang berlapiskan kertas koran.

Di teras mal Malioboro ada lima gerobak yang menjual sarapan pagi. Banyak orang lesehan sarapan pagi di dekat gerobak. Dari gaya dan cara bicaranya, tampaknya mereka adalah turis lokal. Sarapan bersama di pinggiran jalan di Malioboro pastilah kejadian yang istimewa. Suasana santai yang menyenangkan sangat terasa.

Di sepanjang jalan Malioboro, beberapa orang berjalan santai. Ada pula rombongan anak muda mengendarai sepeda onthel. Beberapa tukang becak membersihkan becaknya. Inilah pemandangan Malioboro di pagi hari. Sepi, kegiatan ekonomi masih terbatas, hanya sedikit orang lalulalang. Pusat kegiatan adalah lesehan sarapan pagi.

Malioboro memang ruang publik yang sangat terbuka dan kaya dengan beragam pilihan kegiatan. Meski pagi ini tidak terlalu ramai, namun masih saja ada kegiatan ekonomi yang melibatkan rakyat kecil. Inilah keaslian Malioboro. Pusat kegiatan ekonomi yang melibatkan banyak orang, terutama orang-orang kecil dan menengah yang hendak menikmati liburan yang menyenangkan dan murah.

Malioboro itu seperti cermin demokrasi ekonomi yang sederhana. Banyak pedagang kecil, pengasong, mbok jamu dan penjual barang-barang menggunakan gerobak kecil menggelar dagangannya di teras pertokoan besar. Semuanya menikmati suasana jubel padet meredet tanpa ada keributan. Pagi ini semuanya masih tutup, sangat jelas terlihat bagaimana gerobak-gerobak yang pada umumnya ditutupi  terpal plastik biru memenuhi teras pertokoan. Bila siang akan sangat berbeda karena penuh warna. Pagi ini kesannya agak kumuh.

Bagian Pasar Beringharjo yang menjual pakaian masih tutup, sepi. Di bagian belakang yang menjual sayuran dipenuhsesaki para pembeli. Suasananya seperti kebanyakan pasar tradisional, padat, tidak terlalu bersih, dan kurang teratur. Namun, dibanding banyak padar tradisional lain, pasar ini terbilang lebih teratur dan bersih.

Di sekitar pasar ini ada sejumlah penjual kembang. Bukan kembang untuk hiasan. Tetapi kembang yang biasa dibawa ke kuburan. Tumpukan bunga, dan bunga yang ditaruh dalam keranjang sangat banyak. Ada beberapa penjual kembang. Ada juga yang menjual peralatan rumah tangga seperti sapu ijuk, sapu lidi, dan tempat sampah. Juga beragam peralatan untuk keperluan menanam ari-ari.

Hari ini Jumat, akan banyak orang yang membeli kembang. Karena itu persediaan kembang sangat banyak. Kemarin juga banyak untuk keperluan malam Jumat. Apalagi bila Jumat Kliwon. Jadi, kembang yang dijual di sini kebanyakan bukan untuk ziarah kubur. Tetapi digunakan untuk berbagai upacara. Beragam upacara dilakukan oleh sejumlah orang Jogja. Terutama pada malam dan hari Jumat. Ini sisi lain Jogja.

Di Malioboro ada WC umum yang bisa digunakan untuk mandi. Pagi ini sejumlah orang sedang ngantri untuk mandi. Mereka rombongan dari Lampung, tidak menginap di hotel, bermalam di bus. Kini mereka mendatangi WC umum yang terdapat di sepanjang jalan Malioboro. Inilah kehebatan lain Malioboro. Semua fasilitas untuk mereka yang datang ke Jogja dengan biaya secukupnya disediakan di Malioboro. Jogja memang untuk semua orang.

Malioboro pagi ini memang menunjukkan banyak hal yang kurang terlihat bila siang dan pengunjung sangat padat. Tempat-tempat parkir motor dan mobil pribadi masih kosong. Ada mbok-mbok jamu berjejer, dan penjual susu kedelai, kopi, dan makanan ringan pagi hari. Orang-orang duduk santai menikmati suasana pagi dengan makanan dan minuman ringan.

Matahari mulai meninggi. Para penjual barang-barang khas Jogja mulai membuka penutup gerobak, menata dagangannya. Belum ada toko yang buka. Para turis lokal mulai terlihat dalam rombongan kecil menuju tempat para pedagang yang sedang sibuk. Malioboro segera akan memasuki rutinitas hariannya. Tukang becak tampak sudah pada bangun. Beberapa kereta kuda sudah mengantri berjajar. Jalanan bertambah ramai. Malioboro kembali pada jati dirinya, kawasan wisata yang ramai, meriah dan sangat populis. Beragam barang ditawarkan dengan harga terjangkau.

Di ujung jalan yang dekat dengan stasiun kereta api, mulai banyak yang berfoto di bawah nama Jalan Malioboro. Foto di tempat ini adalah bukti paling nyata bahwa orang sudah sampai di Malioboro.

MALIOBORO ADALAH CERMIN YOGYAKARTA YANG MEMANG ISTIMEWA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd