Rabu, 24 September 2014

PENSIUNAN NONGKRONG DI PEMBUANGAN SAMPAH


Usianya enam puluhempat tahun. Sejak pensiun, lelaki ini rajin berkebun, memelihara ayam dan bebek. Pagi atau sore ia rajin berjalan kaki berkeliling di sekitar tempat tinggalnya. Ia berusaha menempuh jalan yang berbeda agar mendapatkan pengalaman dan pemandangan baru. Inilah caranya mengisi waktu dan menjaga kesehatan setelah pensiun.

Dulu ia pejabat menengah di sebuah departemen. Ia tergolong pejabat hitam dalam soal menilep atau menyelewengkan uang negara. Saat melihat berita tentang Jero Wacik di televisi ia tertawa ngakak. Ia heran, praktik seperti dilakukan Jero ternyata masih terjadi. Ia tahu persis tetang semua yang setengah fiktif dan sepenuhnya fiktif.

Di departemennya bukan hanya rapat dan biaya perjalanan dinas yang fiktif. Bahkan pelatihan yang melibatkan manusia dalam jumlah besar biasa dibuat setengah fiktif atau sepenuhnya fiktif. Misalnya, ada pelatihan yang mengundang peserta dari seluruh Indonesia. Peserta yang sungguh-sungguh diundang 100 orang, laporannya 300 orang. Itu berarti bukan hanya kuitansi makan dan hotel saja yang dipalsukan. Juga tiket pesawat, boarding pass, dan honor para peserta. Cara kerjanya model mafia. Ada yang bertugas mengurusi tiket dan boarding pass palsu, kuitansi palsu, dan tanda tangan palsu. Ia komandan dan sangat ahli soal segala sesuatu yang palsu.

Sering juga dilakukan, pelatihan satu kali, dilaporkan pelaksanaannya tiga kali. Ia mengaku untungnya berlipat. Pertama, biaya sudah di mark up atau dibuat sangat besar. Dilaksanakan secara setengah atau sepenuhnya fiktif, dan dana penyelenggaraan ditekan serendah mungkin jika dilakukan setengah fiktif. Semua orang yang terlibat, termasuk pejabat tinggi yang membawahi program itu pastilah kebagian. Pembagian inilah yang membuat kejahatan ini sulit dibongkar. Orang jahat itu kompak dan solid menjaga kebersamaan, katanya. Kecuali ketahuan, setiap orang akan saling menjatuhkan.

Ia sangat tidak suka dengan pejabat tinggi yang suka tunjukkan seakan-akan tidak terlibat bahkan tidak tahu kejahatan yang dibuat anak buah. Pengalamannya sebagai PNS dan pejabat puluhan tahun menegaskan bahwa para pejabat bawahan harus menyetor ke atas. Mana ada jabatan yang gratis. Setiap jabatan itu ada harga dan kewajiban setoran, kata si pensiunan. Ia tidak percaya tradisi atau kebiasaan itu sudah hilang sama sekali. Ia yakin bukan hilang, tetapi modusnya berubah karena sistem pengawasan lebih ketat sekarang. Ia berani menyebut pejabat eselon satu dan menteri yang rutin terima setoran. Khusus untuk mereka memang tidak langsung, ada petugas khusus. Malah ada menteri yang setoran melalui istrinya. Ia menyebut nama menteri dan istrinya.

Ia tergolong sangat kaya. Rumahnya ada di banyak tempat di Jakarta dan Bogor. Mobilnya juga ada empat. Ia juga memiliki usaha yang beragam, toko alat tulis, kontrakan toko dan rumah, usaha air isi ulang, warnet, agen besar pulsa, bengkel mobil, dan pemeliharaan ikan di Bogor. Semua modalnya berasal dari uang kejahatan selama jadi pejabat.

Ia mengaku tetap jahat sampai pensiun. Kini ia hidup sangat hati-hati dan banyak bersedekah. Apalagi sejak kena serangan jantung. Ia pernah operasi bypass untuk menormalkan kerja jantungnya. Itulah sebabnya ia memilih tinggal di Bogor, rajin berkebun dan jalan kaki.

Suatu sore ia berjalan agak jauh dari rumahnya. Ia melewati tempat pembuangan sampah. Sampahnya menggunung dan bau busuknya merebak sampai jauh. Ia ingin muntah mencium bau busuk sampah itu. Ia terkesima melihat satu keluarga yang terdiri dari ayah-ibu dan tiga anak yang masih kecil sedang asyik makan di tempat sampah itu. Ia melihat bagaimana si ibu sibuk menyuapi dua anaknya sambil terus mengusiri lalat, lalat hijau lagi. Saking banyaknya lalat itu terlihat sebagai tumpukan berwarna hitam.

Ia memutuskan untuk nyamperin mereka. Ia berbincang dengan lelaki yang ternyata umurnya baru tiga puluhan. Ia kira sudah lima puluhan. Lelaki itu tampak sangat tua. Rupanya kemiskinan dan penderitaan telah menggerogoti tubuhnya bagai tikus menggerogoti jagung muda.

Mereka tinggal di dalam gerobak yang ada di belakang lelaki itu. Mereka memang memilih tinggal di tempat sampah ini karena bila malam banyak orang membuang sampah. Dengan tinggal di sini, mereka tidak perlu capek berkeliling.

Pensiun ini bertanya macam-macam. Ia kemudian bertanya apakah mereka tidak merasa jijik tinggal dan makan di sini. Apakah tidak merasakan bau busuk sampah ini. Lelaki itu bilang ia senang tinggal di sini dan merasa sehat-sehat saja. Waktu baru datang ke sini memang sangat bau, lama-lama baunya hilang. Si pensiunan juga merasa, setelah agak lama nongkrong di sini, bau itu tidak sekeras dan semenyegat kala ia baru saja datang tadi.

Sejak saat itu, ia rajin menyambangi keluarga si pemulung. Membawakan makanan, kue, buah dan permen bagi mereka. Ia juga berikan baju dan selimut. Akhirnya ia jadi akrab dengan keluarga manusia gerobak yang bekerja sebagai pemulung. Pernah suatu malam hujan deras, ia sengaja datang ke situ. Ternyata keluarga itu semuanya berada dalam gerobak yang ukurannya sekitar satu setengah meter kali tujuh puluh centimeter yang ditutupi dengan plastik tebal. Gerobak itu sengaja ditempatkan di dekat batang pohon. Ia ngeri melihat pohon itu terus bergerak ditiup angin. Ketiga anak si pemulung itu tidur.

Si pensiunan ini sedang mempelajari bagaimana keluarga si pemulung ini menyesuaikan diri hidup di tempat sampah tanpa terganggu sama sekali. Ia sendiri lama-lama terbiasa. Tidak lagi mencium bau busuk, hanya sebentar saat datang saja bau itu terasa. Ia sudah biasa ngeteh dan menikmati gorengan bersama keluarga pemulung itu.

Si pensiunan itu sebernarnya sedang merefleksikan hidup masa lalunya saat menjadi pejabat. Ia dulu sudah sama sekali merasa tak bersalah apalagi berdosa saat merampok uang negara. Malah ada rasa bangga karena bisa membohongi dan menaklukkan pemeriksa tentu dengan tipu-tipu dan sogokan, serta memberi setoran tinggi pada atasan, serta mendapat bagian terbesar.

Pada mulanya sebagai pegawai biasa ia kebagian seadanya. Ia kemudian belajar bagaimana mengutak-ngatik uang agar bisa mendapat lebih. Awalnya ada rasa tidak enak, semacam rasa bersalah. Namun, jika ia tidak ikutan dengan cara ini, pasti dikucilkan dan dianggap aneh serta dimusuhi. Lama-lama ia jadi terbiasa, rasa bersalah itu semakin hilang.

Kadang, saat mendapatkan uang dalam jumlah besar ada juga sedikit rasa cemas. Tidak sampai takut. Cemas bila kejahatan ini terbongkar. Pastilah sangat memalukan dan bisa masuk penjara. Rasa bersalah itu semakin tenggelam dan lenyap, karena di kantor semua orang melakukan hal yang sama. Artinya semuanya bajingan dalam derajat yang berbeda.

Kesulitan muncul saat orang-orang di sekitar rumah mulai bertanya-tanya. Apalagi kala ia baru saja jadi pejabat kemudian langsung membeli mobil baru. Ia kemudian belajar dari banyak senior. Ia beli rumah baru di tempat yang lebih mahal. Tak ada yang mempersoalkannya lagi karena semua orang setara kemewahan rumah dan tampilannya. Rumah lama tetap diurusi pembantu dan sesekali nginap di sana. Rumah lama digunakan jika ada acara pegawai kantor ngumpul-ngumpul. Ini dilakukan agar tidak menimbulkan kehebohan di antara teman.

Setelah bergaul dengan pemulung ini, si pensiunan makin menyadari bagaimana manusia dengan segala kelebihan organ tubuhnya, terutama otaknya melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap keadaan atau kondisi baru sehingga tidak terganggu sama sekali meski penuh sampah dan bau busuk. Tampaknya ada mekanisme di otak yang mengatur agar semua yang tadinya tidak menyenangkan dan mengganggu secara perlahan bisa diatasi. Pembiasan dan kebiasaan telah menciptakan jalur-jalaur baru di otak sehingga yang tadinya asing dan mengganggu jadi biasa, kebiasaan, terbiasa akhirnya menjadi wajar atau alami. Selanjutnya bila dilakukan secara terus menerus, berulang-ulang akan menimbulkan ketagihan dan ujungnya adalah ketergantungan. Pada saat ini rasa bersalah bukan saja hilang, bahkan tergantikan dengan rasa bangga yang menyenangkan.

Ia kini paham mengapa tak pernah terbetik rasa bersalah dalam dirinya meski terus menerus memanipulasi dan mencuri uang negara sampai pensiun. Pemahamannya tentang proses ini perlahan telah memunculkan rasa bersalah yang mulai mengganggunya.

Ia sadar, ia tak mungkin memutar kembali jarum waktu. Ia mulai merancang beragam kegiatan yang memungkinkannya menggunakan uang yang ada padanya kini untuk membantu orang lain. Ya ini tindakan untuk membersihkan diri dari rasa bersalah.

Ia memulai dengan membantu keluarga pemulung. Ia tawarkan sejumlah besar uang agar keluarga ini hidup normal di kampung. Ia bersyukur keluarga ini mau menerimanya. Sejak saat itu si pensiunan ini banyak membantu orang. Ia mulai memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya.

Ia sangat bersyukur karena sampai saat ini masih sehat, meski pernah kena serangan jantung dan dibypass. Sedangkan banyak temannya yang kena stroke atau menjadi bangkai kasur, bertahun-tahun sakit baru meninggal.

Ia tidak pernah menyangka bahwa kesadarannya untuk berbuat baik dan menyadari semua kesalahannya pada masa lalu muncul di tempat sampah melalui keluarga pemulung. Ia sangat bersyukur.

KEBAIKAN DAN KEBENARAN BISA MUNCUL DI MANA SAJA, BAHKAN DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH.

28 komentar:

  1. "Ada rasa bangga karena telah dapat menipu para pemeriksa" menurut saya itulah alasan mengapa jumlah para penggelap uang dinegeri ini membabi buta dan terlebih ada sebuah pengucilan jika kita tidak melakukannya. Masalah kecil seperti itulah yang seharusnya dibenahi terlebih dahulu

    BalasHapus
  2. benar-benar cerita yang membuka mata kita semua, ternyata banyak pejabat yang menjelang pensiun masih mengambil uang negara dan parahnya dilakukan menteri, untung saja bapak itu masih ada niat untuk berbuat baik dan berusaha meninggalkan kebiasaan buruknya itu -Wildan wiramoko

    BalasHapus
  3. benar-benar cerita yang membuka mata kita semua, ternyata banyak pejabat yang menjelang pensiun masih mengambil uang negara dan parahnya dilakukan menteri, untung saja bapak itu masih ada niat untuk berbuat baik dan berusaha meninggalkan kebiasaan buruknya itu -Wildan wiramoko

    BalasHapus
  4. benar-benar cerita yang membuka mata kita semua, ternyata banyak pejabat yang menjelang pensiun masih mengambil uang negara dan parahnya dilakukan menteri, untung saja bapak itu masih ada niat untuk berbuat baik dan berusaha meninggalkan kebiasaan buruknya itu -Wildan wiramoko

    BalasHapus
  5. Khilva Aini Humaedi
    P.IPS B 2014
    4915142823
    Di dalam karangan bapak ini menceritakan tentang seorang pensiunan yang sudah tua yang dulunya menjadi pejabat hitam yang maksutnya itu adalah pejabat yang tidak merasa kasihan kepada rakyat karena secara tidak langsung itu dia telah mengambil uang negara secara perlahan dalam jumlah yang tidak sedikit.Saya tidak habis fikir ternyata di negara kita ini semakin banyak orang-orang yang egois yang selalu mengutamakan kesenangan dirinya dengan cara yang tidak halal.
    Tapi untung pada akhirnya salah satu bapak yang sudah menjadi pensiunan ini bisa disadarkan oleh salah satu keluarga yang ada di tempat pembuangan sampah. Walaupun menurut saya telat untuk menyesali perbuatannya tapi setidaknya dia sudah berusaha dengan cara membantu orang-orang susah

    BalasHapus
  6. Assalamualaikum pak nusa ini setoran komentar saya yang ketiga.
    Menurut saya tulisan bapak yang 1 ini sangat bermakna bagi yang membacanya namun sedikit kritik dari saya mungkin kata 'nyameperin' bisa diganti dengan kata 'menghampiri' agar terkesan lebih baku. Terimakasih pak dan mohon maaf.
    Wandahani P.IPS B 2014

    BalasHapus
  7. Asyifa Laely
    P.ips B
    4915142821
    Kalau pun disesali, hal itu sudah terjadi.
    Apa yang dilakukan ia sangat baik, tapi semoga saja yang di berikan kepada keluarga pemulung tersebut bukan hasil dari dulu ia merampok uang negara.

    BalasHapus
  8. Nama : Firaas Azizah
    Kelas : P.Ips A
    Nomor : 4915141031


    Assalamu'alaikum Wr.Wb

    Saya ingin bertanya sama bapak, apa yang akan bapak lakukan jika bapak terpilih menjadi pejabat negara dan posisi bapak tersebut harus seperti pejabat diatas yang melakukan penggelapan uang rakyat? Apakah bapak tetap mempertahankan posisi bapak sebagai pejabat agar bapak disenangi teman" bapak atas tindakan bapak yang berhasil menggelapkan uang negara?? Atau kah bapak memilih dimusuhi kawan bapak dan bapak tetap mempertahankan posisi bapak sebagi pejabat yang baik? Atau bapak meninggalkan pekerjaan bapak sebagai pejabat padahal pada saat kampanye bapak telah mengeluarkan uang yang sangat banyak?

    Hikmah yang bisa saya ambil dari cerita diatas adalah bagaimanapun kesalahan di masa lalu kita bukan berarti kita putus asa untuk berbuat baik karena dengan berbuat baik dari situ lah awal kita untuk terus mencoba memperbaiki hidup kita agar lebih baik dari sebelumnya ...

    BalasHapus
  9. perbuatan yang dilakukan si pensiun sangat terpuji karena membantu keluarga pemulung yang tinggal di dalam gerobak dekat daerah pembuangan sampah, walaupun ia selagi bekerja didepartemen melakukan hal yang tidak baik yakni memanipulasi dana anggaran negara. dan dia sehabis pensiun melakukan hal hal positif untuk memperbaiki kesalahannya terlebih dahulu itu.

    BalasHapus
  10. Penyesalan dan kesadaran org memang selalu dtg terakhir, seperti cerita bpk. Sipejabat mulanya hanya menelusuri kehidupan pemulung lamakelamaan sipejabat jd menikmati kehidupan seperti itu

    BalasHapus
  11. Fasubkhanali
    P. IPS B 2014
    4915142808

    Sungguh, terkadang memang kebiasaan yang buruk tidak menimbulkan rasa bersalah. Terlebih apabila hal buruk itu terus menerus dilakukan. Merasa aneh bila tak berbuat jahat. Merasa kurang bila tak melakukan pencurian. Merasa tidak nyaman bila dompet tak terisi penuh. Sungguh memang sebuah ironi. Jadi memang seharusnya hal-hal positif yang baik mestinya kita jadikan kebiasaan. Kebiasaan yang lebih dari kebiasaan. Seakan-akan kebiasaan itu tak akan lekang oleh waktu. Tak akan lekang oleh harta, tahta dan wanita.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  12. Tulisan bapak menjelaskan kelicikan para pejabat-pejabat tinggi yang memanipulasi data dan mecuri uang negara agar mereka mendapat tambahan uang lebih..mereka semua terlibat,,dari anak buah sampai atasan mereka sendiri..Hanya sebagian kecil dari mereka yang menyadari kesalahan mereka dan ada juga yang mendapatkan karma dari perbuatan mereka tersebut.. Nabila Chairina P.ips A 2014

    BalasHapus
  13. Assalamualikum wr.wb
    Saya Titis Pamulasari A.P dari P.IPS A 2014

    Benar apa yang di katakan oleh bapak,lingkungan memang bisa merubah kepribadian manusia,contohnya bila kita bergaul dengan remaja masjid pasti nanti kita akan terbawa di dalam hal hal yang positif,tapi bila kita bergaul dengan anak anak yang suka dugem pasti nanti kita akan terbawa untuk ikutan dugem juga. Yang saya ingin tanyakan ke bapak bagaimana caranya supaya kita tidak terjerumus di lingkungan hal negatif?dan bila sudah terlanjur terjerumus bagaimana cara mengatasinya?

    terimakasih

    Wassalamualikum wr.wb

    BalasHapus
  14. Assalamu'alaikum wr.wb.

    Pak, setelah Saya membaca tulisan Bapak, Saya baru tahu ternyata seorang penjahat berkerah putih atau orang yang Bapak maksud disini bisa juga terketuk hatinya setelah melihat keluarga yang tinggal dekat tumpukan sampah. Ternyata kebaikan itu datang dari mana saja ya Pak. Hanya karena sampah, bau sampah yang menengat dan lalat hijau saja orang bisa berbuat baik.

    Triyani Ambar Sari. Pendidikan IPS B 2014

    BalasHapus
  15. suka sama tulisanya , ada pelajaran yang dapat kita ambil "kita harus memulai kebaikan secara pelan pelan lama kelmaan menjadi terbiasa dan tak terasa sebaliknya pun seperti itu jika kita melakukan kejahatan maka makin terbiasalah kita melakukanya tanpa ad rasa bersalah"

    BalasHapus
  16. Miftahul Falah
    P. IPS B 2014
    4915142807

    Setinggi apapun jabatan yang pernah diraih belum tentu ketenangan hidup pun didapati. Sebaliknya, walaupun seseorang memiliki status yang rendah ia tetap bisa mendapatkan ketenangan dalam hidupnya dan dapat memberi contoh kepada orang yang memiliki jabatannya tinggi.

    BalasHapus
  17. Menurut saya kisah ini bagus dan patut diteladanin ya pak, tidak ada kata terlambat buat berubah ya itulah maknanya. Namun, alangkah baiknya jika kita selalu baik kepada orang dan jujur, dimulai dari jujur kepada diri sendiri, soal kasus suap dan korupsi mungkin sudah jadi "tradisi" di lingkungan petinggi dan pejabat negara oleh karena itu dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu membawa negara ini bersih dari kejahatan kerah putih tersebut.

    BalasHapus
  18. Ghaffar radithio putra
    P.ips b 2014
    4915142801

    Menurut saya kisah ini bagus dan patut diteladanin ya pak, tidak ada kata terlambat buat berubah ya itulah maknanya. Namun, alangkah baiknya jika kita selalu baik kepada orang dan jujur, dimulai dari jujur kepada diri sendiri, soal kasus suap dan korupsi mungkin sudah jadi "tradisi" di lingkungan petinggi dan pejabat negara oleh karena itu dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu membawa negara ini bersih dari kejahatan kerah putih tersebut.

    BalasHapus
  19. Anggun Trihapsari
    P.IPS B 2014

    Tulisan di atas menunjukkan bahwa sudah amat jarang pejabat yang bersih, mulai dari yang besar, hingga yang kecil-kecilan pun ikut-ikutan korupsi juga, Mungkin pejabat di atas tidak akan berhenti melakukan kejahatannya apabila ia tidak mendapatkan serangan jantung. Miris, ia berhenti bukan karena sadar bersalah tetapi karena mendapat penyakit. Tetapi Tuhan maha penyayang, ia masih diberikan umur untuk menyadari kesalahannya, hidayah itu pun datang dari Keluarga miskin yang hidup di tempat pembuangan sampah.
    Selain itu, saya mendapatkan pelajaran bahwa penyesuaian diri bisa dilakukan dimana saja, . Dari cerita diatas bahwa Pejabat tersebut sudah 'hilang peka' terhadap bau-bau sampah di pembuangan sampah tersebut.
    Semoga kita selalu diberikan kesadaran diri oleh Allah S.W.T

    BalasHapus
  20. Banyak hikmah yg bisa diambil dari cerita ini. Miris sekali melihat para pejabat tinggi hidup mewah menggunakan uang rakyat, sedangkan masih banyak rakyat kecil yg hidup susah. Semoga bukan hanya si pensiunan yang sadar, tetapi pejabat pejabat lain juga. Lebih baik terlambat daripada tidak sadar sama sekali. Pungki Kusdwi. P. IPS A 2014

    BalasHapus
  21. Saya Eka Puji Haryani, dari P.IPS B 2014

    Suatu hal yang dilakukan pertama kali memang aneh dan tidak nyaman. Setelah terbiasa lama-lama bahkan bisa menjadi kebiasaan. Seperti dicontohkan dalam cerita Bapak diatas.
    Saya juga ingin membiasakan diri menjadi orang yang suka membaca. Awalnya kalau membaca buku rasanya ngantuk, mata perih. Tapi lama-lama saya yakin pasti terbiasa.
    Setiap orang bisa merubah dirinya menjadi lebih baik asalkan ada niat. Pejabat tersebut pasti aya Eka Puji Haryani, dari P.IPS B 2014

    Suatu hal yang dilakukan pertama kali memang aneh dan tidak nyaman. Setelah terbiasa lama-lama bahkan bisa menjadi kebiasaan. Seperti dicontohkan dalam cerita Bapak diatas.
    Saya juga ingin membiasakan diri menjadi orang yang suka membaca. Awalnya kalau membaca buku rasanya ngantuk, mata perih. Tapi lama-lama saya yakin pasti terbiasa.
    Setiap orang bisa merubah dirinya menjadi lebih baik asalkan ada niat. Pejabat tersebut pasti menyesal dan berniat merubah kehidupannya yang bisa dibilang rusak. Dia mau membiasakn diri ketempat pembuangan sampah. Dilihat dari situ bisa disimpulkan ada kemauan dalam dirinya untuk berubah. Biasanya kan pejabat jalannya diluar negri di mall, tapi pejabat itu malah sebaliknya. Dia jalan-jalan di tempat sampah memahami kehidupan keluarga yang ada disitu. Kalau bisa jangan menunggu tua untuk memperbaiki diri. Mulailah dari sekarang juga. Biasakan yang baik-baik supaya kedepannya kehidupan kita nyaman dan tenang. dan berniat merubah kehidupannya yang bisa dibilang rusak. Dia mau membiasakn diri ketempat pembuangan sampah. Dilihat dari situ bisa disimpulkan ada kemauan dalam dirinya untuk berubah. Biasanya kan pejabat jalannya diluar negri di mall, tapi pejabat itu malah sebaliknya. Dia jalan-jalan di tempat sampah memahami kehidupan keluarga yang ada disitu. Kalau bisa jangan menunggu tua untuk memperbaiki diri. Mulailah dari sekarang juga. Biasakan yang baik-baik supaya kedepannya kehidupan kita nyaman dan tenang.

    BalasHapus
  22. Caroline
    P.IPS B 2014

    Dalam cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa setiap lingkungan baru pasti ada tekanan dari atasan maupun teman, tergantung dari kita menyikapinya, bapak pensiunan diatas adalah org yang terpengaruh dan pendiriannya tidak kuat, namun saat dia pensiun pintu hatinya mulai terketuk dan kembali berbuat baik.

    BalasHapus
  23. NAMA : YULIA CITRA
    KELAS : P.IPS B 2014

    Terkadang hal kecil tanpa kita sadari dapat merubah diri kita ke arah yang lebih baik. Contohnya dalam blog bapak kali ini, dari kebiasaan melewati TPA (Tempat Pembuangan Akhir) kemudian ketidaksengajaan bertemu keluarga sederhana dengan hidup seadanya di dekat TPA, membuat orang lain menyadari kesalahannya di masa lalu dan dari sini ia banyak belajar bahwa makna hidup bukan hanya dipandang dari factor materi. Namun kebanyakan dari kita akan kembali teringat dengan kesalahan yang kita perbuat, disaat kita sedang dicoba dalam sebuah musibah atau ujian. Mengapa demikian?karena pada saat inilah kita tidak memiliki daya sehingga memori masa lalu yang buruk bagaikan hembusan angin yang terus terasa dalam diri kita.
    Teringat seorang tokoh pernah mengatakan, bahwa lebih mulia orang yang pernah berbuat buruk namun ia menyadari kesalahannya dan bertaubat dengan sungguh-sungguh, dibanding orang yang sepanjang hidupnya berbuat baik kemudian ia tergiyur untuk merasakan hal buruk, karena merasa bosan terlalu sering berbuat baik dan beranggapan amal baiknya sudah lebih dari cukup untuk menutupi hal buruk yang sengaja ia coba.
    Dari sini kita dapat menyimpulkan, hargailah dan manfaatkanlah waktu serta tubuh yang kita miliki untuk banyak berbuat kebaikan, dan jangan pernah takut untuk bertobat. Karena dirimu akan lebih mulia setelah kamu menyadari kesalahanmu dan mau untuk memperbaikinya.

    BalasHapus
  24. Assalamu'alaikum wr. wb. Saya Khairun Nikmal Baiti dari prodi P.IPS B 2014. Memang benar kebaikan dan kebenaran bisa muncul dimana saja. Bapak pensiunan itu sangatlah beruntung karena bisa mendapatkan hidayah sebelum ajal nya. Namun jika tidak mendapat hidayah terus menerus? Bapak pensiunan itu sendirilah yang harus menjemput hidayah nya sendiri. Kalau menurut saya, cerita di atas sebagai contoh agar kita selalu berbuat baik karena kita tidak tahu kapan hidayah menjemput kita atau sadar untuk menjemput hidayah kita masing-masing sebelum ajal menjemput. Sekiranya begitulah pemahaman saya tentang artikel bapak di atas. Wassalamu'alaikum wr. wb.

    BalasHapus
  25. Nama saya Windarti dari jurusan P.IPS B 2014
    Menurut pendapat saya, si pensiun tersebut korupsi karna terpengaruh oleh faktor lingkungan saat ia menjadi pejabat. Awalnya ia merasa takut,dan cemas karna yang iya lakukan itu perbuatan tercela yang melanggar hukum namun jika ia tidak melakukan korupsi ia dikucilkan dan dimusuhi. Hatinya terketuk saat ia melihat dan memahami keadaan manusia gerobak,disitulah baru menyadari, ia sangat bersalah. Untuk menebus rasa bersalahnya ia berbuat kebaikan pada orang lain sebagai tindakan untuk membersihkan diri dari rasa bersalah. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah pantas uang haram tersebut digunakan untuk membersihkan dirinya padahal uang tersebut bukan hak dan miliknya?

    BalasHapus
  26. Atika Purwandari - P.IPS B 2014
    Suatu musibah pasti akan membuahkan hidayah.Tulisan bapak menyadarkan kita bahwa diluaran sana,pejabat-pejabat tidak terlalu memikirkan nasib mereka yang membutuhkan.

    BalasHapus
  27. Shabrina Sekar Arum S
    P. IPS B 2014
    4915144093
    Otak dan pikiran kita memang mengatur semua hal yang kita lakukan. Sama halnya seperti rokok dan narkoba bukanlah rokok ataupun narkoba yang membuat mereka kecanduan namun pikiran mereka sendiri yang menganggap rokok/narkoba sebagai sesuatu yang enak dan menyenangkan sehingga seseorang terbiasa mengkonsumsinya dan menjadi kecanduan.

    BalasHapus
  28. Viddyaningsih
    PIPS A 2014

    Ass pak nusa , tulisan ini sangat meberikan sebuah makna kehidupan karena nilai nilai kehidupada ada disini , tulisan ii juga menyadarkan bahwa pada dasrnya hidup dalam kesederhanaan tapi dalam nangungan kebaikan itu lebih tentram dibandingkan hidup mewah namu dalam angungan kejahatan . banyak orang di dunia ii yang saya pikir lebih banyak melakukan sebuah tindakan tanpa memkirkan sebab dan akibat uat kedepannya dan hal inilah yang harus bisa koreksi buat kedepanya .

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd