PBB menyerukan agar dunia secara bersama-sama memerangi ISIS. Selain Amerika Serikat dan Eropa, Australia juga sudah menyatakan akan ikut aktif memerangi ISIS. Liga Arab pun tak mau ketinggalan, menyatakan perang melawan ISIS.
Ada yang sangat menarik dan mengherankan. Sekarang ISIS. Juga Boko Haram. Dulu ada Taliban dan Alqaeda. Di Indonesia juga sama. Sejak dulu selalu mucul kelompok radikal, militan dan ekstrim atas nama Islam, melakukan teror dan secara membabi buta membunuh orang. Mereka menggunakan kata kunci yang sama yaitu jihad.
Pertanyaan pentingnya adalah: mengapa kelompok ini muncul? Mengapa mereka menggunakan strategi yang sangat mirip? Mengapa sulit diberantas dan sering tiba-tiba muncul pada saat yang tepat, yakni ketika ada masalah besar yang mengemuka? Benarkah kemunculan mereka murni sebagai gerakan perlawanan atau sebenarnya digerakkan oleh kekuatan tertentu?
Suharto pernah ditanya tentang berbagai tindakan dan keputusannya yang dianggap tidak sesuai dengan tatacara negara demokrasi. Ia menjawab bahwa hal itu terpaksa dilakukan karena di Indonesia masih terdapat kelompok orang yang hendak mengganti Pancasila dan UUD 45. Ia membuat sejumlah aturan yang terkesan memberinya kekuasaan yang sangat luas untuk menjamin bahwa hal itu tidak akan terjadi. Tidak lama setelah jawaban Suharto itu, munculah peristiwa pembajakan pesawat Garuda di Thailand yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Woyla pada 1981. Pelakunya adalah kelompok Imron yang ingin mendirikan negara Islam. Siapa sesungguhnya Imron yang berasal dari aMedan itu tak pernah jelas. Emakku berani memastikan bahwa si Imron itu bandar ganja, karena kami bertetangga di Medan.
Peristiwa pembajakan pesawat itu seperti hendak membuktikan apa yang diakatakan Suharto. Kita tak pernah tahu, ada apa sebenarnya di balik peristiwa itu. Apalagi cerita tentang kelompok Imron itu akhirnya menguap begitu saja.
Setelah serangan September, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan perang terbuka terhadap teroris. Mereka menyerang Irak, akhirnya Lybia juga dihabisi. Ujung-ujungnya adalah pembagian jatah keuntungan penjualan minyak mentah dari kilang-kilang minyak di dua negara itu. Kini ISIS muncul dari Irak. Kita tidak tahu apa ada hubungannya atau tidak.
Osama bin Laden adalah sekutu Amerika Serikat saat melawan intervensi Uni Sovyet ke Afgahnistan. Keluarga presiden Bush memiliki hubungan dengan keluarga bin Laden dalam banyak bisnis.
Osama akhirnya menjadi musuh nomor satu Amerika Serikat karena mendirikan dan menggerakkan Al Qaeda untuk menyerang berbagai kepentingan Amerika Serikat di seluruh dunia. Kita tak pernah tahu ada apa di balik semua itu. Apalagi setelah kematian Osama, dunia tak pernah diberi tahu secara terbuka apakah Osama benar-benar tewas. Bisa saja kan sekarang Osama ternyata ada di Amerika Serikat melanjutkan hubungan baiknya dengan keluarga Bush. Karena pemberitaan tentang kematiannya sangat tertutup. Bukankah cerita pembunuhan Osama telah membuat popularitas Obama meningkat? Bila kita bandingkan dengan film Mission Imposible buatan Amerika Serikat, agaknya semua kemungkinan bisa terjadi.
Lihatlah kelompok teroris di Indonesia. Begitu berita ISIS menyebar, polisi bisa segera membuktikan jaringannya sudah sampai di Indonesia. Lengkap dengan segala bukti yang menunjukkan kaitan itu.Kita tidak tahu apakah semua ini ada kaitannya dengan perlengkapan Densus 88 yang menggunakan merek Oakley buatan Amerika Serikat atau tidak. Jangan lupa Amerika Serikatlah yang pertama sekali menyebarkan berita tentang kebiadaban ISIS dengan gambar yang lengkap, dan sekaligus menyatakan perang terbuka terhadap ISIS.
Kita bertanya, jika Densus 88 yang selalu ditunjukkan dalam siaran langsung televisi saat menggerebek teroris sebagai pasukan yang handal, mengapa jaringan teroris yang mereka buru tak juga tuntas. Ada apa ini? Apa sebaiknya mulai dipikirkan membentuk Densus 99 yang lebih handal? Atau jaringan teroris itu memang belum saatnya dihabisi sampai tuntas? Mungkin menunggu saat yang tepat, dan kita tidak tahu kapan.
Satu hal sangat jelas sebagai akibat munculnya kelompok radikal, ekstrim, dan militan itu pada tingkat dunia dan Indonesia. Karena mereka secara resmi menggunakan nama Islam, memanfaatkan ayat-ayat suci Al Quran yang ditafsirkan secara anarkis, kesannya adalah Islam itu teroris dan kejam, pelanggar HAM, dan pantas diperangi sampai habis. Cilakanya, kesan yang dibangun bukan secara spesifik ditujukan kepada kelompok radikal itu, tetapi kepada Islam. Entah sengaja atau kebetulan cara berfikir seperti ini banyak kesesuaiannya dengan teori benturan peradaban dari Samuel Huntington yang pernah menjadi penasihat presiden Amerika Serikat Lyndon B. Johnson.
Boleh jadi apa yang kita saksikan pada tingkat Indonesia dan dunia itu memiliki pola yang sama. Mayoritas anggota kelompok teroris itu seperti Imam Samudra dan Santoso berasal dari kelas menengah ke bawah dengan pendidikan rendah dan menengah. Kebanyakan mereka berasal dari daerah yang termasuk dalam kategori kantong-kantong kemiskinan. Kemudian mereka belajar agama pada ustad-ustad yang biasanya juga tidak begitu jelas riwayat hidupnya. Kebanyakan ustad itu kurang atau tidak dikenal di luar komunitasnya. Sejak mula mereka merupakan kelompok yang ekslusif, tertutup terhadap orang lain. Dari sejumlah barang bukti yang dikumpulkan Densus 88 setiap kali penggerebekan ditemukan buku-buku yang tidak populer di kalangan publik yang luas. Buku-buku yang dapat dikategorikan lebih bersifat indroktinasi daripada argumentasi. Begitupun video yang mereka tonton. Maknanya orang-orang ini ada di bawah kendali para tokoh yang telah membentuk ideologi perlawanan yang didasarkan pada tafsir anarkis terhadap Al Quran dan Sunnah Rasul. Keterbatasan pendidikan mereka tampaknya merupakan salah satu akar dari sikap radikal, militan dan ekstrimnya. Keterbatasan itu pula yang membuat mereka patuh tanpa syarat kepada para ustad atau kiyainya. Persoalannya adalah apakah mereka sungguh tahu jaringan sang ustad? Apakah ustad-ustad itu adalah pejuang sejati seperti yang mereka percayai, atau para ustad itu adalah para agen dari kekuatan yang mengatur mereka untuk berbagai kepentingan lain?
Menjadi semakin menarik bila menelaah sumber-sumber pendanaannya. Darimana ISIS yang mendadak muncul itu mendapatkan dana untuk membeli peralatan perang yang tergolong sangat mahal? Dari mana mereka mendapatkan dana operasi yang juga tidak sedikit? Dari mana Imam Samudra belajar merakit bom yang sangat dahsyat daya ledaknya? Dari mana dananya? Apakah bom itu sungguh dibuat oleh Imam Samudra dan kelompoknya?
Jika menyaksikan gambar yang disajikan oleh berbagai televisi bagaimana kelompok teroris merampok bank di Medan, keheranan akan semakin meningkat. Mengapa?
Terdapat sejumlah fakta yang menyembulkan keheranan. Pertama, gambar itu diambil dari luar gedung. Dengan begitu berapa orang perampok yang berjaga di luar tampak jelas. Gambarnya bisa berpindah--pindah, dari satu perampok ke perampok lain. Ini berarti kamera yang digunakan bukan cctv. Kualitas gambarnya sangat bagus.
Kedua, meski sekilas ada gambar apa yang terjadi di dalam gedung. Juga gambar yang bergerak, bukan gambar dengan sudut pengambilan statis cctv.
Pertanyaan yang kemudian mengemuka adalah siapa yang mengambil gambar itu? Mengapa bisa mengambil gambar dengan kualitas sebagus itu dan dengan tenang memindahkan fokus dari satu pelaku ke pelaku lain, bahkan bisa mengambil gambar sangat cermat khusus difokuskan ke senjata api yang dibawa perampok? Mengapa si pengambil gambar bisa berada di tempat perampokan?
Fakta-fakta ini sungguh mencengankan karena agak sulit diterima akal sehat bahwa pengambilan gambar itu kebetulan atau tak sengaja. Jika memang disengaja mengapa bisa? Untuk kepentingan apa?
Atas berbagai pertanyaan yang mencuat dari beragam fakta di atas, rasanya kita harus sangat hati-hati menyikapinya. Kita pastilah harus memerangi terorisme, apalagi jika membawa dan mencari pembenaran dari agama yang sejatinya membawa kedamaian. Namun, kita juga harus sangat kritis mempertanyakan mengapa yang menjadi teroris seperti ini selalu dikaitkan dengan Islam. Ada apa di balik semua ini?
SIKAP KRITIS MENJADI MUTLAK MENGHADAPI KEJAHATAN YANG TERPOLA.
saya setuju dengan apa yang bapak tulis , sepertinya ada bnyak kepentingan tertentu dibalik para teroris dan sepertinya ada semacam adu omba di antar negara dan sepertinya mereka ingin mencorengkan nama islam.
BalasHapusMenurut saya soal isi maupun al qaeda menurut hal hal lainnya yang bersangkutan terorisme adalah konspirasi dari negara amerika, kalau ditelaah dengan akal sehat apakah mungkin negara adikuasa seperti amerika bisa dibobol dengan mudah seperti itu dengan teroris? Apalagi tragedi world trade center, bandingkan dengan negara adikuasa lainnya rusia, mereka tenang dan aman di dalam negaranya sendiri selain itu kabar terorisme pun selalu berhembus dari amerika dan menyebar kemana mana ini menjadi pertanyaan besar apakah benar terorisme itu ada? Apakah hanya buatan amerika untuk memecah belah umat dunia, kembali ke intinya jadi kita semua memang harus mempunyai sikap kritis apalagi sebagai generasi muda yang msh mencari jadi diri jangan sampai kita terpengaruh dengan iming iming jihad, merekalah orang orang yang salah menafsirkan ayat al qur an
BalasHapusGhaffar radithio putra
BalasHapusP.ips b 2014
4915142801
Menurut saya soal isi maupun al qaeda menurut hal hal lainnya yang bersangkutan terorisme adalah konspirasi dari negara amerika, kalau ditelaah dengan akal sehat apakah mungkin negara adikuasa seperti amerika bisa dibobol dengan mudah seperti itu dengan teroris? Apalagi tragedi world trade center, bandingkan dengan negara adikuasa lainnya rusia, mereka tenang dan aman di dalam negaranya sendiri selain itu kabar terorisme pun selalu berhembus dari amerika dan menyebar kemana mana ini menjadi pertanyaan besar apakah benar terorisme itu ada? Apakah hanya buatan amerika untuk memecah belah umat dunia, kembali ke intinya jadi kita semua memang harus mempunyai sikap kritis apalagi sebagai generasi muda yang msh mencari jadi diri jangan sampai kita terpengaruh dengan iming iming jihad, merekalah orang orang yang salah menafsirkan ayat al qur an