Selasa, 07 Oktober 2014

DI PERSIMPANGAN JALAN REFORMASI


Reformasi sungguh telah membawa perubahan yang luar biasa pada sistem politik dan ketatanegaraan di tanah air tercinta ini. Perubahan yang paling spektakuler adalah kedaulatan berada di tangan rakyat yang diujudkan dengan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden serta para pemimpin di tingkat daerah. Dengan pemilihan langsung, rakyat diberi hak dan kekuasaan penuh untuk memilih dan menentukan. Konsekuensinya para pemimpin yang dipilih harus sungguh-sungguh memperhatikan aspirasi rakyat yang telah memilihnya.

Mekanisme pemilihan langsung ini telah berjalan dengan baik. Lihat saja apa yang dialami Partai Demokrat. Dulu mereka didukung rakyat, tetapi ketika mereka mengingkari janjinya, rakyat ramai-ramai meninggalkannya. Inilah keunggulan mekanisme demokratis yang secara langsung melibatkan rakyat. Rakyat bisa secara langsung menghukum dengan mekanisme yang tidak menimbulkan gejolak politik.

Sementara itu di tingkat daerah, pemimpin atau kepala daerah yang berhasil memenuhi aspirasi rakyat bisa terpilih kembali. Sedangkan yang dirasa tidak amanah bisa diberhentikan di tengah masa jabatannya atau tidak dipilih lagi.

Perubahan lain yang juga membawa harapan baru adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi. Pada era orde baru, Suharto sebagai penguasa yang otoriter seenaknya menafsirkan konstitusi. Siapa pun yang mengkritik kebijakannya seperti Petisi 50 dituduh anti Pancasila. Ketika terjadi berbagai kecurangan dalam pemilu yang menguntungkan Golkar, tak ada tempat untuk menyelesaikan sengketa pemilu.

Kehadiran Mahkamah Konstitusi telah memberi kesempatan pada rakyat untuk mengajukan sengketa terkait konstitusi dan pemilu. Akibatnya sejumlah undang-undang yang dibuat demi kepentingan penguasa dan partai politik dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi setelah rakyat menggugatnya.

Reformasi memberi ruang, kesempatan dan peluang bagi rakyat untuk ikut serta secara aktif menentukan arah dan kebijakan negara melalui berbagai mekanisme legal yang tersedia. Kesempatan dan peluang itu makin luas karena ada kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.

Bukan hanya itu. Reformasi telah mengembalikan tentara pada fungsi fundementalnya sebagai alat negara yang bertugas sebagai kekuatan yang menjaga keberadaan dan keutuhan Negara Kesatuan  Republik Indonesia dari ancaman negara lain. Selama orde baru, tentara telah menjadi alat pemerintah, bahkan alat penguasa untuk melindungi kepentingannya. Selalu atas nama Pancasila. Rasanya banyak di antara kita yang belum lupa kasus Talangsari di Lampung. Saat jemaah pengajian Warsidi yang dianggap melawan Pancasila dihabisi oleh tentara di bawah komando Kolonel Hendropriyono. Rakyat yang dituduh bersalah, tanpa proses pengadilan dihabisi dengan peluru tajam. Ratusan yang tewas. Kekejaman yang sama terjadi di Tanjung Priok saat Jenderla Tri Sutrisno menjadi Pangdam V Jaya dan Jenderal Benny Moerdani menjadi Panglima ABRI.

Pada zaman reformasi, rakyat yang dianggap menimbulkan masalah berhadapan dengan polisi. Kecuali yang memang melakukan perlawanan, semuanya dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Artinya supremasi sipil berusaha ditegakkan.

KPK dan penegak hukum lain yaitu POLRI dan Kejaksaan bisa mengadili pejabat yang masih aktif, termasuk menteri. Sesuatu yang sangat langka dalam era orde baru yang otoriter. Tidak berlebihan bila ada yang berani menyatakan bahwa orde baru adalah syurga bagi pejabat bejat. Lihat saja sekarang, jumlah terbesar kepala daerah yang terlibat korupsi berasal dari Partai Golkar, pendukung orde baru yang utama. Tiga Gubernur Riau yang terlibat korupsi adalah kader Golkar. Siapa yang berani menjamin kader Golakar yang kini memimpin DPR, Setya Novanto tidak terlibat kasus yang membuat Gubernur Riau Rusli Zainal masuk penjara karena korupsi? Kita tunggu apa yang akan dilakukan KPK.

Reformasi memang telah merubah Indonesia menjadi negara demokratis dan mendapat acungan jempol dari dunia internasional. Indonesia disebut sebagai contoh negara demokratis yang stabil. Pemilu presiden yang sudah dilakukan berulang kali, berlangsung demokratis, lancar dan aman.

Kita semua menyadari reformasi memang belum memenuhi semua harapan. Pemerintah SBY-Boediono telah membuat kesenjangan makin parah. Rakyat merasa kehidupan tidak semakin mudah, meski pemerintah terus saja mengiklankan keberhasilan.

Mestinya, semua kekuatan yang ada dalam masyarakat, termasuk partai politik harus mengusahakan agar reformasi dilanjutkan dengan berbagai kebijakan yang mendukung dan memperkuat apa yang telah berjalan baik. Terutama dan khususnya terkait dengan kedaulatan rakyat yang selama ini telah ikut mempengaruhi perkembangan negara ini ke arah yang semakin baik.

Namun, kita kini sedang berada dimpersimpangan jalan reformasi. Akibat ulah segelintir orang yang kalah dalam pemilihan presiden. Tampaknya mereka tidak legowo, tidak bisa bersikap ikhlas menerima kekalahan. Dengan segala alasan yang dicari-cari, dibuat-buat dan mengada-ngada, mereka yang sebagian besar adalah pendukung orde baru telah merampas kedaulatan rakyat dengan mengembalikan pemilihan langsung oleh rakyat menjadi pemilihan oleh segelintir elit. Kita tahu segelintir elit itu tak pernah bisa menggantikan rakyat,meskipun mereka telah dipilih rakyat. Apalagi saat dulu rakyat memilih mereka, rakyat tidak pernah berfikir akan dikhianati seperti ini.

Hari ini, saat paripurna MPR tetus menerus ditunda, kekuatan yang telah mengkhianati amanah rakyat itu, semakin berulah. Mereka ngotot hendak menguasai MPR. Kita menjadi semakin mempertanyakan apa motif di balik kengotottan mereka itu?

Kita rasanya bukan sedang menghadapi bahaya laten orde baru, tetapi bahaya nyata orde baru yang memang dikomandoi oleh para tokoh yang dulu adalah pendukung dan pembela orde baru, dan sejumlah orang yang sebenarnya merupakan bagian dari reformasi yang telah dibutakan mata hatinya karena kekuasaan.

Reformasi berada di persimpangan jalan menuju jurang curam, 


SAATNYA RAKYAT BERSIAP-SIAP MELAWAN BANGKITNYA ORDE BARU.

22 komentar:

  1. Assalamu'alaikum wr. wb.

    Nama: Khairun Nikmal Baiti
    Nim: 4915144082
    Prodi: P.IPS B 2014

    Menurut saya memang kubu merah putih seperti tidak bisa menerima kekalahan. Berbagai macam cara pun ditempuh agar mereka bisa berkuasa. Inilah yang seharusnya disadari oleh para pencintanya. Tidak ingat kah masa kelam orba? Memaafkan memang bisa tetapi melupakan dan membiarkan peristiwa itu terjadi lagi? tidak akan pernah bisa. Semoga rakyat sadar dan bersatu untuk terus mendukung reformasi demokrasi ini dan menjadikannya lebih baik. Amin.

    Wassalamu'alaikum wr. wb.

    BalasHapus
  2. Nama : Firaas Azizah
    Kelas : P.Ips A
    Kode : 4915141031

    Assalamu’alaikum Wr.Wb
    Saya memang lahir di masa orde baru tapi pada saat itu saya belum mengenal orde baru. Banyak pihak yang mengemukakan bahwa ia kagum dengan masa pemerintahan Orde Baru yang di pimpin oleh Presiden Soeharto tetapi menurut saya, masa Orde Baru adalah masa yang dimana rakyat Indonesia hancur akibat pemerintahan yang otoriter karena banyak sekali konflik yang terjadi di Indonesia termasuk di depan Gedung DPR dan MPR yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa melakukan unjuk rasa akibat krisis-krisis yang terjadi di Indonesia termasuk krisis moneter. Jika Indonesia kembali ke masa Orde Baru saya tidak setuju, karena maju nya Indonesia ada di tangan rakyat dan rakyat berhak memilih pemimpin yang sesuai dengan keinginan dirinya. Pemilihan secara demokratis aja yang langsung melalui rakyat masih ada yang mau di sogok padahal enggak seberapa uangnya apalagi pemilihan secara tidak langsung, yang ada pejabat banyak yang berlomba-lomba melakukan sogok-menyogok kepada pihak tertentu agar bisa naik jabatan. Sekian komentar dari saya.
    Wassalamualaikum Wr.Wb

    BalasHapus
  3. Selamat untuk pak Setya Novanto dan Zulkifli Hasan beserta keluarga besar KMP. Lega rasanya melihat wajah puas nan jumawa mereka yang sukses menguasai kursi parlemen. Saya tak habis pikir, opsi yang dipilih mayoritas anggota dewan memilih paket yang disediakan oleh KMP, mungkin ada wacana “bagi-bagi” sesuatu. Entah apa itu. Selamat.
    Indonesia sebentar lagi hancur, rencana hitam dibalik paripurna-paripurna tempo hari lah awal mulanya. Semakin kelihatan jelas, mana yang “ngotot” kuasai parlemen. Mana yang “ngotot” menghapus hak rakyatnya. Kalah ya kalah, tidak mengurangi derajat kekalahan ketika bisa menyalahkan pihak tertentu. Akui lawan mestinya bisa lebih menguasai permainan. Tapi KMP tidak. Mereka gegabah, monoton, dan terkesan “rakus” kekuasaan. Dan itu sudah sangat jelas telihat.
    Lewat DPR mereka bisa mengubah perundang-undangan ini itu menjadi tidak ideal lagi, tidak berpihak pada rakyat, dan semau-mau mereka. Lewat MPR lebih parah lagi, mungkin ada maksud tersembunyi KMP untuk mengubah sistem pemilihan Presiden menjadi kembali dipilih oleh dewan perwakilan. Sebuah kemunduran demokrasi yang hina sekali.
    Saya teringat puisi seorang aktivis sejati, Widji Tukul:
    Jika rakyat pergi ketika penguasa pidato
    Kita harus hati-hati, barangkali mereka putus asa.
    Kalau rakyat bersembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri,
    Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.
    Bila rakyat berani mengeluh, itu artinya sudah gawat.
    Dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah,
    Kebenaran pasti terancam.
    Apabila usul ditolak tanpa ditimbang,
    Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan,
    Dituduh subversif dan mengganggu keamanan,
    Maka hanya ada satu kata: LAWAN!
    Saat seperti ini rasa-rasanya people power-lah jawabannya, biar rakyat yang menilai hiburan agung zaman ini. Biar rakyat yang mengutuk mereka semua yang semena-mena merampas hak dan kedaulatan rakyatnya sendiri.
    TITA NURMALA – P.IPS B 2014

    BalasHapus
  4. Melihat 10 tahun kepemimpinan Pak SBY-Boediono seperti perlahan tapi bingung. Kebijakan yang dibuat beliau dalam 5 tahun terakhir terkesan lamban khususnya dalam kebijakan penuntasan korupsi,korupsi kini mulai memasuki sektor-sektor 'kritis' di pemerintahan. Industri,energi,olahraga dll sudah menjadi korban dari para perilaku pembantu beliau. Kini saatnya kita dukung bersama kepemimpinan baru yang di komandoi Pak Jokowi-JK tentang revolusi mental. Harapan tidak akan mati selama orang tersebut mau melakukan,dan keyakinan adalah kunci dari menyukseskan harapan tersebut

    BalasHapus
  5. Ahmad zakaria p.ips b 2014
    Bagi saya orde baru saat ini sudah tidak terkendali oleh hawa nafsu pemimpin yang ingin memperkaya dirinya. Padahal uang yang di korupsi adalah uang rakyat-rakyat yang mempersanggupkan bayar pajak. Maka dari itu janganlah korupsi penjara sudah menunggu dan akan di cemoho di lingkungan masyarakat. Meskipun sudah di publikasikan partai yang telah menelan uang bukan miliknya tetap saja sebagian masayarakat memilihnya dengan janji-janji yang manis.
    asalkan jangan terjadi pada zaman 98, dimana pemimpin berkuasa sekali dengan jabatannya dan para mahasiswa di tindak lanjuti untuk tidak terjadi protes yang demikian luas ke negara lain.

    BalasHapus
  6. Adetya Lestari
    P.IPS A 2014

    Reformasi mungkin secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa dengan adanya persimpangan jalan reformasi yang tak tentu arah dan semakin melangkah jauh dari cita-cita awalnya seharusnya pemerintah bisa mengendalikan bagaimana kita dapat menggapai sebuah tujuan jangan mementingkan dirinya sendiri sebagai warga indonesia kita harus bersatu, dan adil tak perlu memandang sebelah mata kita diciptakan oleh Allah itu sama. Meskipun kekayaan telah membutakan orang dan orang yang kelas bawah tak dianggap oleh mereka. Mari kita bersama- sama melawan bangkitnya orde baru buanglah sifat keegoisan kita dan kegengsian kita.

    BalasHapus
  7. Fasubkhanali
    P. IPS B 2014
    4915142808

    Saya setuju dengan tulisan diatas. Reformasi telah membuat hal-hal dan kebijakan yang akan dilakukan pemerintah dapat diterima atau digugat oleh masyarakat. Saat orde baru berjaya, tindakan itu jelas dilarang. Bagi siapapun yang melanggar akan berurusan dengan timah panas. Semoga apa yang sedang terjadi di Senayan itu tidak mengesampingkan kepentingan rakyat umum. Semoga para pejabat itu tetap mengutamakan rakyat daripada partai atau koalisinya. Saran dan kritiknya mungkin lebih diperhatikan tulisannya karena masih ada kata yang salah penulisannya.

    Terima Kasih.

    BalasHapus
  8. zharotul zanah
    p.ips B 2014
    4915142804

    saya juga beranggapan seperti bapa, saya memang tidak setuju dengan calon yang dimaksud melanggengkan ORBA,karna menurut saya buah jatuh tidak jauh dari pohon. mereka semua ingin agar kelak presidennya adalah calon yang mereka kehendaki. mungkin mereka akan mengamandemen UUD 45' sebagai landasan hukum untuk memberikan keamanan dengan tujuan mereka. setelah itu mereka akan melakukan niat mereka, mungkin yang pertama kali diamandemen adalah pasal pasal 1 ayat dua tentang kedaulatan rakyat. setelaj itu pasal pasal 6A ayat 1 tentang pemilihan presiden, seluruh pasal 22E tentang pemilu dll. lalu pasal yang akan melanggeng kekuasaan presiden sudah jelas akan di unah seperti pasal 7 yang berbunyi presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. pasal ini akan diubah seperti bentuk semula yang intinya presiden dapat dipilih terus menerus.sehingga demokrasi hanya sebuah nama. mereka akan menutup telinga dan mata mereka terhadap rakyat yang tidak puas dengan kepemimpinan mereka dan jika ada gejolak yang ingin mengoreksi maka mereka akan melakukan pembunuhan dan penculikan, tanpa berpikir bagai mana sedihnya keluarga yang di culik atau dibunuh. dan ini sungguh diluar prikemanusiaan.

    menurut saya demikian pa, makasih :)

    BalasHapus
  9. Noviana Winarsih P.IPS B 2014
    Setelah membaca artikel diatas, saya menjadi tahu akan keberhasilan zaman reformasi meskipun belum sepenuhnya reformasi berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan khalayak ramai. Namun zaman reformasi memang dirasa lebih "baik" bila dibandingkan dengan masa orde baru yang bersifat otoriter dan tidak memberikan kebebasan berekspresi bagi masyarakat. Namun sebuah sumber yang saya baca menyebutkan bahwa "Orde Baru dibenci, Orde Baru dirindukan". Orde baru dirindukan pada soal pendekatan keamanan yang pernah dipraktekkan rezim Orde Baru yang dianggap sebagai resep mujarab untuk mengatasi persoalan keamanan saat ini. Namun usulan ini dianggap mustahil ketika Indonesia memasuki proses demokratisasi.

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum wr. wb


    Inilah indonesia, jaman reformasi indonesia terkenal dengan demokrasi. Tetapi waktu berjalan, demokrasi itu tidak berjalan dengan lancar. Kenapa tidak berjalan dengan lancar? Karena suara rakyat indonesia sudah tidak di percaya lagi. Padahal suara rakyat adalah suara tuhan!
    Mereka yang tidak tahu diri sedang memperebutkan jabatan, mereka yang sedang kesusahan sedang duduk menyendiri dipojokkan jembatan yang menunggu belas kasih orang yang diatas dia...
    Kesimpulan komentar saya, isi cerita nya bagus sehingga masyarakat tahu dengan apa yang sedang terjadi dengan indonesia sekarang.
    Kurang lebihnya saya mohon maaf.
    Terimakasih.

    Wassalamualaikum wr. wb

    BalasHapus
  11. Menurut saya, pilkada tidak langsung tidak semuanya salah. Dari masing-masing pelaksanaan pemilihan pasti ada kelebihan dan kelemahannya. Jika pilkada langsung, tidak semua rakyat menikmati haknya untuk memilih secara langsung di pilkada, tapi banyak dari mereka yang haknya "dibayar" oleh orang-orang yang ingin memenangkan pilkada tersebut dengan mempengaruhi hak rakyat. Selain itu, pilkada langsung akan selalu memakan anggaran yang besar, terlebih lagi tahun ini ada 2 kegiatan pemerintah yang memakan anggaran yang tidak sedikit, yaitu pelaksanaan Ujian Nasional dan Pemilu. Lihatlah berapa yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, hanya memakan anggaran yang banyak dan pemilu itu sendiri tidak sedikit yang melakukan kecurangan. Orang-orang yang mendukung pilkada langsung semuanya bukan karna tidak ikhlas, ikhlas tidaknya seseorang tidak bisa kita nilai sendiri, bahkan seperti surat al-ikhlas yang tida ada ucapan "ikhlas" sendiri. Menurut saya, pilkada langsung sudah sesuai dengan pancasila yang terdapat pada sila ke empat.
    Wafa Nurul Annisaa-Pendidikan IPS B 2014

    BalasHapus
  12. penetapan pemilihan wakil rakyat secara langsung sangat tidak kompeten. Dimana yang katanya "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat"? Apakah hanya tinggal khayalan? Dimana demokrasinyaa?

    Arif Akbar
    4915144102
    PIPS B 2014

    BalasHapus
  13. Ghaffar Radithio Putra
    P.ips b 2014
    4915142801

    Rasanya bangsa ini sudah merdeka setelah tahun 45. Tapi apakah rakyat indonesia sudah benar benar merdeka? Tidak! Rakyat hanya tau apa yang mereka lihat di depannya tapi tidak yang dibelakangnya, artinya setiap pemimpin bahkan politisi yang mengucapkan janji janji mereka untuk rakyat adalah nol besar. Mereka orang yang berkuasa hanya mementingkan uang dan diri sendiri. Perilaku tersebut sudah menyimpang jauh dari pancasila dan UUD 45 bahkan mereka secara sengaja merubah sistem secara perlahan setelah masa reformasi.

    BalasHapus
  14. Hanifan Pratama Sonata
    4915144112
    P.IPS B 2014

    Bukan untuk bermaksud sombong, tetapi, saya sudah memperkirakan hal ini akan terjadi tidak lama lagi. menurut saya, banyaknya partai tetapi ada partai yang mendominasi sangat amat tidak efektif. begitu banyaknya jumlah partai membuat persaingan makin tidak sehat. sekarang saja sudah tidak sehat apalagi setelah nanti pelantikan yang baru. wakil rakyat yang sekarang berubah menjadi wakil uang. mereka tidak akan peduli dengan rakyat. kesadaran berbangsa dan bertanah air satu semakin jauh dari kehidupan kita. Hal itulah yang harus dibangun untuk memulihkan negeri kita tercinta.

    BalasHapus
  15. Memang telah terbukti bahwa reformasi khususnya dalam bidang politik telah melahirkan sistem pemerintahan Indonesia yang demokratis, stabil dan didukung penuh oleh rakyat. Adanya pemilihan langsung, baik pilpres maupun pilkada telah teruji untuk mencetak pemimpin berkarakter kerakyatan, berjiwa inovatif, dan bersih dari KKN. Tetapi sayangnya, sekarang ini kita seolah berada dalam masa kelam demokrasi yang diakibatkan oleh ulah para elite politik yang bermental tempe..!!
    Seharusnya rakyat harus mulai bergerak jangan hanya terdiam untuk berusaha mengembalikan esensi reformasi politik Indonesia yang sesungguhnya.

    Tri Arung Wirayudha
    4915141048
    P.IPS A 2014

    BalasHapus
  16. edward kurnadi
    p ips a
    4915145637
    memang reformasi telah merubah indonesia menjadi demokrasi tapi saat ini indonesia sedang kondisi genting,seharusnya tidak cuma dari pemerintah saja kita bisa salah kan rakyat harus turut serta dalam pengawasan dan tindakan agar pemerintah bisa bekerja sesuai dengan jalurnya agar pemerintah bisa membuat rakyat jadi makmur dan berdaulat di negaranya sendiri dan tidak diinjak injak apalagi dengan negara lain

    BalasHapus
  17. Tulisan bapak menceritakan masalah yang sedang di alami oleh bangsa Indonesia saat ini,,memang era reformasi memberikan pencerahan bagi bangsa indonesia untuk lebih demokratis dan memberikan ruang kepada rakyat indonesia untuk bebas berpendapat .Rakyat juga di beri hak untuk memilih secara langsung para pemimpin tanpa ada paksaan dari siapapun.Tetapi masalah di indonesia saat ini adalah pemberlakuan UU MD3 yang masih di perdebatkan oleh kalangan elit politik.Masing-masing parpol pun ada yang Pro dengan kebijakan tersebut dan ada juga yang Kontra dengan kebijakan tersebut.Pemberlakuan UU PILKADA sudah di sahkan dan kebijakan tersebut bukan termasuk sistem reformasi.Mungkin benar kata bapak bahwa bangsa indonesia harus siap melawan sistem orde baru.karena kebijakan-kebijakan tersebut sudah di berlakukan. :) Nabila Chairina Pendidikan IPS A 2014

    BalasHapus
  18. Nama ade nur hasanah
    Jurusan p.ips b
    No reg 4915142814

    Menurut saya , politik indonesia itu sudah tidak bisa di banggakan lagi. Semua sudah hancur akibat egoisme terhadap kepentingan pribadi. Semua berjuang memasukan banyak uang untuk kelangsungan hidup anak cucu nya. Tidak mempedulikan kehidupan rakyat sedikit pun. Rakyat hanya di jadikan alasan mereka untuk memperkaya diri. Saya cuma berharap dia kan pernah ngaji ya. Semoga beliau beliau sudah mengerti apa balasan akibat perilaku beliau beliau. Itu saja. Satu kata untuk pejabat pejabat " kecewa".
    Terimakasih.

    BalasHapus
  19. Caroline Siagian
    P.IPS B 2014
    4915142803

    Saya memang terlahir di masa orde baru namun saya tidak banyak mengalami peristiwa-peristiwa pada era tersebut. Berdasarkan cerita dari orangtua dan buku-buku sejarah yang saya baca, orde baru memang terlihat begitu otoriter dan terkesan sadis. Tapi saya cukup salut dengan pak Soeharto, pada masa kepemimpinannya beliau bisa menertibkan masyarakat Indonesia, dan pembangunan juga berjalan dengan baik. Di masa ini masyarakat indonesia sedang "ditimang-timang" padahal dibalik itu semua mereka sedang "mengeruk" uang rakyat. Di masa orde baru ini korupsi memang merajalela tetapi tidak se'frontal' di era reformasi. Di era ini banyak pejabat yang tidak malu-malu untuk meminta uang dari rakyat, banyak juga yang tidak canggung merebut hak rakyat miskin. Akibatnya banyaj juga rakyat yg kecewa atas perilaku pemerintahan saat ini.
    Terimakasih

    BalasHapus
  20. Nama saya Fardani Ghina H
    Jurusan P.IPS B 2014

    Menurut saya pemerintahan orde baru adalah pemerintah yang sangat otoriter, tidak memikirkan rakyat, dan hanya memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Kita bisa lihat Bangku DPR dan MPR sekarang diduduki oleh koalisi merah putih dibawah ke pemimpinan prabowo. Koalisi merah putih tidak bisa menerima kekalahan atas terpilihnya jokowi sebagai presiden. Segala cara dia halalkan agar bisa menang dan menguasai parlemen.
    Betapa liciknya mereka! sekarang perlahan mereka akan mengembalikan kita ke masa orde baru dan merampas kedaulatan rakyat. Serta hak-hak rakyat kita. Pertahankan demokrasi dan satu kan indonesia agar bisa mengusir para penghianat bangsa.
    Terimakasih.

    BalasHapus
  21. Hesty Mardiana
    P.ips A 2014
    Saya setuju bahwa era reformasi telah memberikan perubahan yg cukup besar bagi bangsa indonesia untuk menjadi negara yg demokrasi. Trbukti dr rakyat yg diberi kebebasan memilih pemimpinbya tanpa paksaan. Reformasi jg menberikan esempatan dan peluang utk ikut serta secara aktif menentukan arah dan kebijakan negaramelalui berbagai mekanisme legal. memang reformasi telah merubah indobesia menjadi negara demokratis dan mendapt acungan jempol dr negara luar.lihat saja skrng negara indonesia saat dlm keadasn genting akibat ulabh org2 kalah dln pilpres mereka bersikap tdk ikhlas meberima kekalahannya

    BalasHapus
  22. Menurut saya pada era reformasi telah memberikan perubahan yang cukup besar bagi indonesia untuk menjadi negara yang demokrasi. Terbukti dari rakyat yang di beri kebebasan dan memilih pemimpin tanpa paksaan. Reformasi juga memberikan kesempatan dan peluang bagi rakyat untuk ikut serta secara aktif menentukan arah dan kebijakan melalui berbagai mekanisme legal. Memang reformasi telah merubah indonesia menjadi negara demokrasi dan mendapat acungan jempol dari dunia internasional. Namun, kita semua menyadari reformasi belum sepenuhnya memahami harapan. Lihat saja, sekarang negara indonesia berada pada kondisi genting akibat ulah orang-orang yang kalah dalam pemilihan presiden mereka bersikap tidak ikhlas menerima kekalahannya. Mereka pun merampas kedaulatan rakyat dengan menggembalikkan pemilihan langsung oleh rakyat menjadi pemilihan oleh segelincir yang elit. Seharusnya, rakyat tidak diam saja dengan kondisi ini mereka harus bersatu dan bersiap-siap melawan bangkitnya orde baru dan menggembalikan reformasi politik indonesia yang sesungguhnya.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd