Selasa, 07 Oktober 2014

KURIKULUM DAN TRANSFORMASI PENDIDIKAN



Pendidikan Indonesia sangat dicoraki oleh pergantian kurikulum sebagai upaya untuk melakukan transformasi. Meskipun pergantian tersebut seringkali menimbulkan kontroversi atau pertentangan seperti yang kini terjadi dengan Kurikulum 2013.

Sumber kontroversi itu sangat beragam. Pada 2004 diperkenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Baru dua tahun berjalan, diperkenalkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dinyatakan sebagai upaya untuk menajamkan KBK. Kemudian diluncurkan Kurikulum 2013 yang dianggap sangat mendadak kemunculannya karena belum didahului dengan penilaian komprehensif terhadap kurikulum sebelumnya. Itulah sebabnya DPR belum menyetujui anggaran yang mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013. DPR membuat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menyetujui pelaksanaan Kurikulum 2013.

Akibatnya Kurikukum 2013 sangat berbeda implementasinya dengan kurikulum sebelumnya. Karena diimplementasikan tidak secara serentak di seluruh Indonesia. Tetapi secara bertahap dengan jumlah sekolah yang terbatas. Sampai kini pun masih terdapat sejumlah masalah yang masih menghadang pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu rendahnya pemahaman guru dan belum tersedianya buku penunjang.

Bila dicermati lebih teliti ternyata perubahan kurikulum memang telah terjadi berkali-kali, kadang dalam waktu yang sangat pendek. Setelah proklamasi kemerdekaan hingga kini, Indonesia telah melakukan perubahan kurikulum sebanyak  dua belas kali. Perubahan dimaksud terdiri dari:

1). Rencana Pelajaran 1947
2). Rencana Pendidikan 1950
3). Rencana Pendidikan 1958
4). Rencana Pendidikan 1964
5). Kurikulum 1968
6). Kurikulum 1974
7). Kurikulum 1978
8). Kurikulum 1984
9). Kurikulum 1994 dengan suplemen Kurikulum 1999
10). Kurikulum 2004
11). Kurikulum 2006
12. Kurikulum 2013.

Seringnya pergantian itulah yang menimbulkan kesan bahwa ganti menteri, ganti kurikulum. Apalagi seringkali pergantian dari satu kurikulum ke kurikulum berikutnya rentang waktunya sangat pendek.

Sebab lain yang menjadi pemicu kontroversi adalah cara bagaimana kurikulum itu diubah. Khusus untuk Kurikulum 2013 ini sangat dirasakan bahwa pemangku kepentingan agak terlambat dilibatkan. Ada kesan kuat bahwa segelintir elit yang mengerjakannya dan kurangnya data lapangan yang menjadi dasar perubahan.

Sebenarnya pergantian kurikulum adalah kebijakan yang tidak luar biasa jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa terjadi banyak perubahan dalam perjalanan waktu yang mengharuskan kurikulum berubah untuk meresponnya. Sejumlah penyebab yang mengharuskan kurikulum diubah adalah:

1). Meningkatnya tuntutan masyarakat yang paling tampak dari semakin tingginya persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan

2). Meningkatnya persaingan global yang paling nyata dalam bentuk semakin terbukanya negara bagi persaingan untuk memperoleh kesempatan kerja seperti akan berjalannya masyarakat ekonomi ASEAN dalam waktu dekat ini

3). Perubahan-perubahan yang dipicu oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang menyebabkan perubahan dalam segala bidang kehidupan

4). Tersingkirnya banyak teori lama oleh teori-teori baru khususnya dalam bidang pendidikan yang mengubah secara fundamental praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran.

Maknanya kurikulum memang harus diubah agar tetap bisa bersifat responsif mengantisipasi beragam perubahan yang sangat drastis dan cepat dalam masyarakat lokal, regional dan global. Namun dalam melaksanakan perubahan itu tidak boleh instan dan sembarangan, prinsip kehatia-hatian haruslah diterapkan dengan konsisten.

Sahlberg dalam Finnish Lessons: Mengajar Lebih Sedikit, Belajar Lebih Banyak ala Finlandia, menggambarkan perubahan pendidikan di Finlandia dengan ilustrasi sebagai berikut (2014:93)

Ada gambar

Dari ilustrasi di atas terlihat bahwa perubahan kurikulum merupakan keniscayaan yang harus dilakukan pertama kali. Namun perubahan kurikulum saja tidaklah cukup. Keberhasilan pendidikan Finlandia menjadi yang terbaik di dunia sekarang ini merupakan proses panjang yang berkelanjutan. Didalamnya terjadi perubahan yang terencana, sistematis, terstrukrur dan terukur menyangkut sejumlah komponen lain yang menempatkan kurikulum hanya sebagai salah satu komponen.

Sangatlah salah bila perubahan pendidikan hanya bertumpu pada perubahan kurikulum. Sebab pada hakikatnya kurikulum hanyalah salah satu, bukan satu-satunya komponen dalam pendidikan. Mengubah kurikulum sebenarnya adalah pemicu awal. Perubahan kurikulum harus dikaitkan dan diikuti oleh sejumlah perubahan lain, terutama menyangkut peningkatan kualitas guru.


Sahlberg (2014:94-95) menjelaskan,

Dari perspektif internasional, fase pertama perubahan pendidikan Finlandia ini luar biasa. Ketika guru-guru Finlandia mengeksplorasi landasan teoritis tentang pengetahuan dan belajar, serta merancang ulang kurikulum sekolah mereka agar sejalan dengan landasan itu, pada saat yang sama sejawat-sejawat mereka di Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat bergulat dengan peningkatan pengawasan sekolah, standar-standar belajar kontroversial yang dipaksakan dari luar, serta kompetisi yang bagi sebagian guru demikian mengganggunya sehingga mereka memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka.

Penjelasan di atas menegaskan bahwa merancang ulang kurikulum sebagai upaya untuk melakukan perubahan merupakan titik anjak yang memang harus dilakukan sebagai upaya untuk mengimplementasikan berbagai pendekatan mutakhir dalam pembelajaran. Tampaknya memperbaiki dan meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran melalui rancang ulang kurikulum bisa membawa hasil yang diharapkan.

Tentu saja rancang ulang kurikulum bukan merupakan tindakan satu-satunya untuk perubahan. Rancang ulang kurikulum harus diikuti oleh serangkaian tindakan lain sebagai pendukung bagi perubahan menyeluruh sebagai upaya melakukan transformasi pendidikan.

Pada tindakan rangkaian perubahan inilah sebenarnya terdapat kondisi yang kritikal dan krusial. Artinya apakah perubahan kurikulum itu diikuti oleh tindakan dan program pendukung yang tepat dan efektif untuk menjamin bahwa kurikulum baru itu bisa diimplementasikan dengan benar dan bermakna. Justru di sinilah tantangan terbesar itu sungguh terjadi. Artinya perubahan kurikulum harus segera diikuti oleh serangkaian tindakan yang tidak terbatas pada sosialisasi bagi para guru yang akan melaksanakannya, juga pada penciptaan kondisi dan tradisi baru yang memungkinkan kurikulum itu dilaksanakan.

Sebagai suatu contoh, kekurang berhasilan perubagahn kurikulum di Indonesia biasanya bukan karena kurikulumnya tidak dirancang dengan bagus. Tetapi lebih disebabkan sulitnya mengubah tradisi mengajar yang dilaksanakan para guru yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru enggan melepas otoritasnya sebagai pusat dalam proses pemebelajaran. Sudah pasti ini bukan masalah yang bersifat teknis administrasi, tetapi lebih merupakan masalah "mindset" atau cara fikir dan penghayatan guru terhadap proses pembelajaran.

Oleh karena itu transformasi pendididikan tidak memadai bila hanya mengandalkan pada perubahan kurikulum. Ada serangkaian tindakan dan program pendukung yang mutlak harus dilakukan untuk memastikan bahwa kurikulum batu itu bisa membawa perubahan pada tataran praktis di dalam kelas.

Dalam bagian lain buku Sahlberg (2014:23) ditampilkan pendapat dari pakar pendidikan. Sepenuhnya dikutipkan berikut ini.

Profesor Yong Zhao, pakar Amerika terkemuka dalam soal reformasi pendidikan di Cina dan Asia Tenggara, menunjukkan bahwa Cina, pesaing ekonomi utama Amerika Serikat, sesungguhnya melakukan desentralisasi kurikulum, meragamkan asesmen, dan mendorong otonomi dan inovasi lokal. Ketika Cina melakukan desentralisasi dan Singapura mempromosikan lingkungan kreatif melalui prinsip "Mengajar Sedikit, Belajar Banyak", simpul Zhao, pendidikan Amerika Serikat dengan Bandel "bergerak ke arah otoriterisme, membiarkan pemerintah menetapkan apa dan bagaimana siswa harus belajar dan apa yang harus sekolah ajarkan".

Uraian panjang di atas paling kurang menunjukkan sejumlah hal terkait dengan transformasi pendidikan dan kaitannya dengan kurikulum sebagai berikut ini,

1). Transformasi pendidikan bukan sekadar merubah isi kurikulum, juga terkait dengan bagaimana kebijakan dan strategi terkait pelaksanaan kurikulum, apakah akan dilaksanakan secara terpusat atau memberikan peluang bagi wilayah, daerah, satuan pendidikan dan sekolah kebebasan yang lebih besar untuk secara otonom mengimplementasikan kurikulum. Dulu Amerika Serikat sangat konsisnten dengan desentralisasi dan otonomi untuk pengembangan kurikulum bahkan sampai tingkat sekolah. Kini Cina yang melakukannya. Kemampuan Cina untuk mematahkan dominasi Amerika dalam bidang ekonomi boleh jadi berakar dari kebijakan ini. Sementara Cina memberi otonomi dan penekanan pada desentralisasi, sedangkan Amerika Serikat bersikap sebaliknya

2). Perubahan kurikulum hanyalah salah satu tindakan atau program dalam transformasi pendidikan. Keberhasilannya harus diiringi oleh program-program pendukung yang mendukung implementai kurikulum tersebut

3). Perlu merumuskan kebijakan terkait dengan pembaharuan pembelajaran memanfaatkan teori dan penelitian mutakhir serta penciptaan kondisi yang mendukung pembaruan kurikulum dengan menciptakan sejumlah prinsip pembelajaran dan penyediaan lingkungan yang menunjang dan menantang bagi munculnya kreativitas guru dan murid.

Perubahan kurikulum memang dapat dijadikan titik anjak, pemicu dan pemacu transformasi pendidikan. Namun, tentulah sangat tidak memadai bila tidak diikuti oleh sejumlah kebijakan, program dan tindakan yang sistematis, terstruktur dan terukur untuk mendukung implementasi kutikulum baru tersebut dalam praktik pembelajaran yang nyata.

Ollington ed. Dalam Teachers and Teaching: Strategies, Innovation and Problem Solving (2008: ix, 2, 24, 29) menguraikan bahwa keberhasilan pembaruan kurikulum sebagai upaya untuk melakukan transformasi pendidikan ditentukan oleh sejumlah variabel. Variabel tersebut adalah dukungan penelitian tentang kondisi pendidikan saat ini, potensi yang dapat dimanfaatkan dan digerakkan untuk menopang kemajuan, penggunaan teori-teori mutakhir tentang belajar dan pembelajaran, pengembangan model-model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat belajar, merumuskan rancangan bangun pembelajaran yang melibatkan secara aktif para siswa untuk mengidentifikasi, mencaritemukan masalah, dan mengalami sendiri proses-proses penemuan. Intinya harus ada perubahan nyata dalam proses pembelajaran.

Dalam tautan inilah menjadi sangat penting mempersiapkan guru yang memiliki kualitas tinggi yang ditandai oleh dikuasainya sejumlah kompetensi yang niscaya bagi guru sebagai pekerja profesional. Pembaharuan kurikulum sebagai usaha untuk melakukan transformasi pendidikan pasti gagal jika tidak didukung oleh penyiapan guru yang bermutu.

Dalam konteks inilah terjadi kontroversi antara pendukung mazhab kurikulum dan mazhab guru. Pendukung mazhab kurikulum percaya bahwa transformasi pendidikan harus dimulai dan hanya bisa dilakukan dengan mengubah kurikulum, merumuskan kurikulum unggulan. Karena diyakini seluruh proses pendidikan tidak lain tidak bukan adalah bagaimana menjalankan isi kurikulum. Kurikulum unggulan harus dirumuskan terlebih dahulu sebagai pedoman bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Penyiapan guru bisa menyusul setelah kurikulum unggulan dirumuskan. Kurikulum harus dirumuskan dengan lengkap berikut petunjuk pelaksaannya. Guru hanya tinggal melaksanakan karena semua yang dibutuhkan termasuk petunjuk teknis telah disediakan.

Bersebalikan dengan mazhab kurikulum adalah mazhab guru. Mazhab guru berkeyakinan gurulah yang menentukan keberhasilan pendidikan, bukan kurikulum. Sebaik apapun kurikulum dirumuskan, tetapi bila guru tidak memiliki kompetensi atau tidak bermutu apakah akan ada gunanya? Bukankah para guru yang melaksanakan kurikulum? Apa jadinya bila kurikulum sangat bermutu tetapi gurunya tidak kompeten? Kurikulum boleh berubah dan berganti, bahkan bila mungkin setiap hari. Namun tidak akan berguna bila gurunya tidak bermutu atau enggan melaksanakannya. Karena itu mazhab guru berkutat bahwa penyiapan dan peningkatan kompetensi guru adalah yang utama. Kurikulum menyusul setelahnya.

Telah lama dua mazhab ini berseteru. Masing-masing pihak menonjolkan kelebihan masing-masimg dan menyerang kelemahan lawannya. Namun, dalam pendidikan moderen kontroversi itu coba dicarikan solusinya dengan merumuskan sebuah model yang memggabungkan keunggulan kedua mazhab tersebut. Karena itulah beragam pendapat yang telah diuraikan sebelumnya selalu menekankan bahwa pembaruan kurikulum harus diikuti oleh serangkaian kebijakan, program dan tindakan yang sangat memperhatikan keberadaan dan kualitas guru.

Dalam Disrupting Class: How Disruptive Innovation Will Change the Way the World Learns, Christensen (2008:4,12,35,38, 64-65,73) menguraikan bahwa buruknya kinerja guru dapat menjadi penyebab ganguan atau kekacauan yang menimbulkan anomali dalam pendidikan karena itu sangat penting untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru melalui pelatihan dan program sertifikasi agar dapat dilakukan transformasi pendidikan yang berkelanjutan.

Christensen tampaknya termasuk yang meyakini bahwa perubahan kurikulum bukan tidak penting. Namun kepentingannya harus dikaitkan secara langsung dengan peningkatan kompetensi dan kinerja guru untuk melaksanakan kurikulum itu dalam proses pembelajaran yang nyata di dalam dan luar kelas.

Christensen juga mengingatkan bahwa inovasi atau transformasi pendidikan pada masa kini harus memperhitungkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi terutama teknologi yang berbasis komputer dan internet. Teknologi bisa dimanfaatkan secara positif, juga akan menjadi pengacau atau pengganggu jika tidak dirancang dengan baik.

Semakin jelas terurai bahwa transformasi pendidikan tidak akan berhasil dilakukan hanya dengan mengubah kurikulum. Karena hakikinya kurikulum hanyalah salah satu komponen dalam pendidikan dan proses pembelajaran. Meskipun kurikulum memiliki kedudukan dan fungsi yang penting.

Chen, Moran dan Gardner ed. menguraikan dalam Multiple Intelligences Around The World (2009:48-50,126-127,150-151) bahwa transformasi pendidikan melalui perubahan kurikulum harus memperhitungkan konteks kultural, tradisi pendidikan dan pembelajaran yang telah berjalan dan dilaksanakan, serta keterlibatan masyarakat terutama orang tua para siswa. Keterlibatan masyarakat dapat menjadi faktor yang mendorong keberhasilan bila dirancang dan dimanfaatkan dengan benar. Juga sangat penting untuk diperhitungkan motivasi dan kesediaan para guru untuk berubah.

Seringkali kegagalan transformasi pendidikan melalui perubahan kurikulum gagal dilaksanakan karena kuatnya penolakan para guru dan masyarakat. Oleh karena itu sangat penting untuk mrancang sejak awal kebijakan dan program untuk secara positif melibatkan dan mencari dukungan dari para guru dan masyarakat. Ini bermakna pemerintah tidak dapat menggunakan otoritas dan kewenangannya dengan cara-cara yang tidak demokratis. Semakin tidak demokratis cara yang ditempuh, maka kemungkinan kegagalan menjadi lebih besar.

















23 komentar:

  1. Iya perubahan kurikulum itu seharusnya bisa lebih di teliti kembali, apakah sudah sesuai dengan keadaan. Misalnya saja K13 saat ini masih banyak kenadala tentang persebaraN buku paket yang di gunakan, masih banyak sekolah yang belum mendapatkan


    Ambari Enggar S S
    4915141021
    P.IPS A 2014

    BalasHapus
  2. Nama : Eka Puji Haryani
    P. IPS B 2014

    Sebenarnya kita memang perlu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya dengan memperbaiki kurikulum. Tetapi disini berbeda, sebaiknya kurikulum biarkan berjalan dulu sampai benerapa tahun supaya kita bisa melihat, jangan baru dua tahun diganti itu sebenarnya kurang efektif. Apalagi kurikulum sekarang 2013, tanpa ada sosialisasi dan pelatihan khusus kepada pengajar. Banyak guru-guru yang bingung dengan kurikulum 2013.
    Bisa dilihat sendiri jika pengajarnya bingung apalagi yang diajar.
    Sebaiknya pemerintah lebih mempersiapkan dan mempertimbangkan dulu jika ingin mengganti kirikulum, kedepannya bagaimana bagi pengajar dan siswa. Saya sendiri melihat buku SD dengan kurikulum 2013 agak bingung, soalnya hanya ada sedikit materi lalu langsung latihan soal. Guru harus diberi pelatihan khusus untuk bekal mengajar dengan kurikulum baru supaya tidak bingung saat mengajar.

    BalasHapus
  3. Annisaa Intan S
    P.ips A 4915141041
    Saya trmasuk org yg tidak setuju adanya perubahan kurikulum baru karena, semakin baru dan semakin ter-uptodatenya kurikulum masyarakat semakin tertekan dgn aturan main kurikulum itu sendiri. Selain itu memerlukan dana yg besar, dgn pembaharuan kurikulum jg blm tentu mencerdaskan generasi bangsa.

    BalasHapus
  4. Annisaa Intan S
    P.ips A 2014
    4915141041
    Saya termasuk org yg tidak setuju dengan adanya perubahan kurikulum, karena membutuhkan biaya yg sangat besar sementara itu dgn berubahnya kurikulum blm tentu mengubah kepribadian bangsa indonesia

    BalasHapus
  5. Menurut penelitian, sistem pendidikan di Indonesia yang termasuk sangat sulit. Menurut saya perubahan atau pergantian Kurikulum 2013 belum bisa dirasakan semua pihak. Karena pelaksanaannya belum serentak dilakukan. Dan didalam kurikulum 2013 pelajar dituntut lebih aktif dari pengajar. Dan menurut saya setiap pergantian Menteri Pendidikan pasti selalu berganti Kurikulum. Karena ‘katanya’ bila Menteri Pendidikan tidak mengganti atau melakukan suatu perubahan ‘dianggap’ tidak bekerja dan tidak memiliki progress. Sebenarnya maksud Pemerintah menganti Kurikulum agar Pelajar di Indonesia baik dari tingkat Sekolah Dasar – Mahasiswa memiliki bekal di masa depan yakni akan diberlakukannya Pasar Bebas dan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih sulit karena kita akan bersaing dengan siapa aja baik yang tinggal di Indonesia maupun dari luar Indonesia. Jadi Kurikulum 2013 harus didukung dari semua aspek agar terlaksana dengan apa yang diinginkan.

    Yetty Imayanti
    PIPS A
    4915141036

    BalasHapus
  6. Nama : Taufik hidayatulloh
    Kelas : P.IPS
    NIM : 4915145638

    Indonesia adalah Negara yang mempunyai pendidikan yang cukup rendah,bahkan di NKRI jam pelajaran disekolah memiliki peringkat nomor satu dibanding negara-negara lain.dengan datangnya kurikulim baru dari setiap pergantian para menteri akan lebih mempersulit pemahaman materi bagi siswa maupun bagi para pengajar,Apalagi dengan adanya kurikulum 2013 yang kurangnya sosialisasi untuk para pengajar akan lebih mempersulit untuk dicerna para guru.kalau pengajar pun tidak tahu apa yang di terapkan kurikulum 2013 apalagi para siswa?
    Andai saja di indonesia jika setiap pergantian menteri tidak mengganti kurikulum mungkin kualitas pendidikan dinegara ini akan jauh lebih baik dari sebelumnya.Namun bagi menteri-menteri jika tidak merubah atau merefisi kurikulum dari menteri sebelumnya itu tidaklah keren,karena hanya akan di pandang sebelah mata dan hanya diremehkan oleh masyarakat dan para menteri terdahulu

    BalasHapus
  7. Ricky kurnia. IPS B 2k14
    Mau bagaimanapun kurikulumnya gak ngaruh....
    Yang ngaruh banget itu KUALITAS GURU... kalo gurunya sendiri gak begitu paham materi yang diajarin, dan gak tau cara mendidik yang bener ya sama aja boong, Sebenernya alasannya adalah orang-orang "berkualitas" jarang ada yang mau jadi guru. Maunya jadi dokter, insinyur, pengacara, peneliti, pengusaha, dll, tapi cuma sedikit yang bener-bener pengen jadi guru. emang ada sih guru yang bener-bener bagus, tapi jarang... Akhirnya cuma sebagian kecil guru yang emang dari kecilnya bercita-cita jadi guru, sisanya cuma orang yang gak sanggup dapet profesi yang dia inginkan, jadnya apa boleh buat jadi guru ajalah... hehe. ini semua tergantung kualitas pengajarnya kok. mau kek gimana pun bentuk kurikulumnya kalo ga pandai gurunya yaa bermasalah. simpel.

    BalasHapus
  8. maksud pemerintah untuk mengubah kurikulum yg pasti ingin mengetahui kurikulum mana yang paling berjalan baik dan sesuai dengan global, tetapi pemerintah kurang mensosialisasikan kurikulum baru jadi masih banyak guru yang bingung dengan kurikulum baru. semoga pemerintah menjadi lebih selektif dalam mengambil keputusan dan mensosialisasikan dengan tepat.

    rayiasyhada
    p.ips b

    BalasHapus
  9. Caroline
    Pendidika IPS B 2014
    4915142803

    Kurikulum 2013 masih banyak menuai pro dan kontra di Indonesia.
    Memang benar banyak guru-guru yang belum paham betul tentang pola ajar K13 ini, menurut saya, sebagai calon pengajar kita juga harus belajar lebih dini untuj menghadapi K13 ini. Saya setuju dengan diadakannya K2013 karena dalam kurikulum ini kita dituntut untuk menjadi Leader di dunia kerja. Seperti yg kita ketahui, pada tahun 2015 mendatang akan diadakan perdagangan global, kalau kita tidak dipersiapkan dari sekarang kita akan 'kembali' menjadi budak di negeri sendiri. Kekurangan dari kurikulum 2013 adalah kurangnya persiapan dan sosialisasi pada pengajar dan peserta didik sehingga perubahan kurikulum ini terkesan mendadak. Terimakasih

    BalasHapus
  10. Nama saya Fardani Ghina
    Kelas P.IPS B 2014

    Menurut saya kurikulum 2013 hanya bisa menambah beban peserta didik saja.
    Memang bahwa mata pelajaran memang berkurang, tetapi durasi belajarnya bertambah. Hal ini merupakan dampak dari ilmu pengetahuan yang hanya dijelaskan sebagian sehingga membutuhkan penjelasan detail yang memakan durasi belajar lebih lama.
    Jika guru tidak menyiapkan dengan baik apa materi yang akan di ajarkan gurunya juga akan bingung apa yang akan disampaikan dan tidak semua guru mahir mengajar yg bis memotivasi serta merangsang siswa  untuk kreatif. Turunnya kualitas pendidikan di Indonesia ini karena guru tak pernah dilatih dengan baik.

    BalasHapus
  11. Menurut saya menteri pendidikan membuat kurikulum 2013 ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas inovasi anak untuk lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Tetapi kurikulum 2013 ini belum diterapkan didaerah-daerah terpencil di Indonesia,anggaran kurikulum 2013 ini memang cukup banyak menelan biaya. Alhasil persiapan dan penerapannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Memang dikurikulum 2013 ini banyak pelajaran-pelajaran baru yang membuat guru bingung dan tidak mengerti cara mengajar dengan memakai kurikulum 2013. Menurut saya Pemerintah harus mensosialisasi para guru diseluruh penjuru Indonesia agar tujuan pemerintah tercapai dan anak bangsa dapat kreatif,aktif dan inovatif dalam belajar. Pemerintah juga harus tetap mengawasi dang mengontrol jalannya kurikulum 2013 akan tercapailah kualitas pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. Terimakasih (Mega Sukmawati P.IPS A 2014)

    BalasHapus
  12. Menurut saya menteri pendidikan membuat kurikulum 2013 ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas inovasi anak untuk lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Tetapi kurikulum 2013 ini belum diterapkan didaerah-daerah terpencil di Indonesia,anggaran kurikulum 2013 ini memang cukup banyak menelan biaya. Alhasil persiapan dan penerapannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Memang dikurikulum 2013 ini banyak pelajaran-pelajaran baru yang membuat guru bingung dan tidak mengerti cara mengajar dengan memakai kurikulum 2013. Menurut saya Pemerintah harus mensosialisasi para guru diseluruh penjuru Indonesia agar tujuan pemerintah tercapai dan anak bangsa dapat kreatif,aktif dan inovatif dalam belajar. Pemerintah juga harus tetap mengawasi dang mengontrol jalannya kurikulum 2013 akan tercapailah kualitas pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. Terimakasih (Mega Sukmawati P.IPS A 2014)

    BalasHapus
  13. Saya setuju pergantian kurikulum dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. namun pergatian kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 bisa di bilang sangat mendadak selain itu masih banyak kendala dalam pelaksanaanya misalnya masih rendahnya pemahaman guru dan belum tersedianya buku penunjang. maknanya kurikulum 2013 memang harus di ubah untuk mengantisipasi perubahan yang drastis dan cepat. namun pelaksanaanya tidak boleh instan dan cepat harus dengan hati-hati dan mempertimbangkan akibat-akibat atau kendala dari perubahan kurikulum tersebut. ( Hesty Mardiana P.IPS A 2014 )

    BalasHapus
  14. Rovida Amalia Mazid
    P.IPS.A.2014
    4915141032
    sebenarnya memang perlu adanya perubahan kurikulum untuk menyesuaikan perubahan global yang sangat besar, mau tidak mau kita harus siap menghadapi persaikan global dunia, memang sangat tertinggal sekali sistem pendidikan yang ada diindonesia dibandingkan dengan luar negi (negara-negara maju) tetapi kembali lagi, apakah pelajar indonesia mampu melawan arus perkembangan yang begitu pesat, nyatanya pelajar indonesia mayoritas mengeluh dengan kebijakan kurikulum 2013 , seperti yang saya lihat atau saya baca langsung dari prlajar indonesia yang tidak tahan ataupun mengeluh dengan kebijakan kurikulum 2013 ini banyak sekali seperti di broadcase atau di sosial media lainnya, mereka mengajukan keluhannya untuk ditujukan kepada pemerintah tentang hal ini.

    BalasHapus
  15. Nama : Yulia Citra
    Kelas : P.IPS B 2014


    Saya menghargai keinginan pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia melalui perubahan kurikulum. Disisi lain, bukankah untuk menyukseskan suatu hal itu butuh proses? Nah, pada proses inilah saya merasa pemerintah gagal memajukan pendidikan Indonesia, karena keputusan perubahan sistem pendidikan dari KTSP menjadi kurikulum 2013 terkesan sangat terburu-buru bahkan mendadak. Walaupun saya tidak merasakan langsung bagaimana proses kbm menggunakan kurikulum 2013, namun saya seringkali mendengar keluhan beberapa siswa bahkan beberapa guru yang belum paham betul dengan kehadiran kurikulum ini. Yang membedakan keluhan siswa dan guru yaitu siswa mengeluh dengan proses belajar sedangkan guru mengeluh karena bingung dengan proses menilai siswa yang tadinya berupa angka diubah menggunakan abjad.
    Maksud dari keluhan pada proses belajar, terletak pada siswa yang dituntut mempelajari semua pelajaran, bukan mempelajari pelajaran yang mereka minati dan menjadi passion mereka. Sehingga yang terjadi, mereka harus bekerja keras memahami semua materi. Selain itu, perlu diketahui jumlah mata pelajaran pada sistem pendidikan Indonesia adalah yang terbanyak di dunia, yaitu sekitar 12 hingga 26 mata pelajaran yang bahkan tidak semuanya penting. Banyaknya mata pelajaran yang ada di sekolah justru tidak meningkatkan kualitas anak didik melainkan membebani mereka. Bahkan kita sering melihat tas bawaan mereka saat pergi sekolah kelihatan seperti mau pindah rumah atau mau mendaki gunung dengan barang bawaan yang beratnya semena-mena, ini bukan hanya membebani untuk mereka pelajari namun juga hal ini mengahambat pertumbuhan tinggi badan anak didik di Indonesia.
    Oleh karena itu, kualitas generasi bukan ditentukan oleh banyak nya materi dan cabang ilmu yang dipelajari di sekolah, melainkan seberapa luas akses yang diberikan kepada mereka untuk menikmati kualitas pendidikan yang layak dan kesempatan mereka mengeksplorasi bidang yang menjadi bakat mereka.

    BalasHapus
  16. Nama : Dwi Putri Yulianti
    Kelas : P.IPS B 2014

    Saya setuju dengan tulisan bapak diatas bahwa perubahan kurikulum saja tidaklah cukup tetapi harus diikut sertakan dengan perubahan lain seperti peningkatan kualitas guru. Menurut saya perubahan kurikulum 2013 ini terlalu cepat dan minimnya persiapan. Perubahan kurikulum baru ini tidak henti-hentinya bermasalah. Banyak yang mengeluhkan penerapan baru ini. Mulai dari para guru serta murid. Selain itu juga sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti pendistribusian buku yang terlambat. Di kurikulum baru ini para guru dituntut untuk lebih aktif dalam belajar dan murid juga harus lebih aktif dan kreatif. Kebanyakan murid mempermasalahkan perubahan jam belajar dan tugas yang menumpuk. Menurut saya perubahan jam belajar ini dapat membuat murid menjadi cepat bosan dan jenuh dan mengakibatkan murid tidak bisa menangkap pelajaran. Maka dari itu, pemerintah harus lebih tegas lagi terhadap pendidikan-pendidikan di Indonesia agar tertata rapi dan tidak menuai banyak permasalahan.

    BalasHapus
  17. Assalamu’alaikum wr.wb

    Nama : Yuni Shofarani
    Kelas : Pendidikan IPS B
    Nomor Registrasi : 4915142798
    Perubahan-perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia terjadi dengan waktu yang singkat. Perubahan yang terjadi membuat para pengajar dan peserta didik mengalami kesulitan.
    Tujuan pemerintah memang bagus, untuk memajukan lebih baik lagi pendidikan di Indonesia, tetapi hendaknya pemerintah memberi pertimbangan dan kesepakatan yang kuat bersama para pengajar serta peserta didik, agar para pengajar dan peserta didik mudah menjalankan kurikulum tersebut. Antara pengajar dan peserta didik tidak merasa kebingungan dalam menjalankan kurikulum yang ada.
    Hendaknya pemerintah tidak hanya memikirkan kurikulum baru. Buat apa kurikulum diperbaiki, tetapi masih banyak anak Indonesia yang belum merasakan bangku sekolah? Pemerintah hendaknya mengontrol anak Indonesia untuk mengenyam bangku sekolah, dan program wajib wajib belajar 12 tahun harus benar-benar berjalan dengan baik. Jika hal itu sudah berjalan dengan baik, baru pemerintah memikirkan matang-matang sistem pembelajaran di Indonesia.

    Wassalamu’alaikum wr.wb

    BalasHapus
  18. Shabrina Sekar Arum S. P. IPS B 2014. 4915144093
    Penggantian kurikulum sebagai revisi dari kurikulum sebelumnya memang bertujuan baik yaitu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia agar siap menghadapi globalisasi. Namun pelaksanaannya yg tidak berjalan dengan baik sehingga para guru maupun siswa kurang mengerti dan tidak siap dengan kurikulum 2013 ini.

    BalasHapus
  19. Jujur saja saya sebagai mahasiswa pendidikan yang berarti akan menjadi seorang pendidik pun masih belum paham dengan kurikulum 2013. Saya pun baru tahu besarnya dampak apabila kurikulum diubah.
    Seperti tulisan spanduk besar yang ada persis didepan gerbang kemendikbud "implementasi kurikulum 2013 ditahun 2014, mempersiapkan generasi emas 2045" berarti kalau ditotal kurang lebih 30tahun lagi dampak baiknya akan terasa, jika kita tetap memakai kurikulum ktsp 2006 berarti generasi emas indonesia akan bangkit ditahun 2036. Dan anggarannya bisa digunakan untuk memabangun lagi sekolah negeri didaerah pedalaman/perbatasan, melengkapi fasilitas sarana&prasarana disekolah yang sudah ada, menambah subsidi bagi siswa kurang mampu, dan lainnya.
    Wandahani p.ips b 2014

    BalasHapus
  20. Waktu kelas 3 SMA, saya sudah merasakan kurikulum 2013 namun belum begitu maksimal penerapannya. Walau belum begitu maksimal, saya merasa agak tertekan, karena jam sekolah terlalu lama dari masuk jam 6.45 harus pulang jam 03.00 sore belum lagi bimbingan belajar di sekolah untuk UN dua jam yang mengaharuskan pulang jam 05.00 sore. Ditambah banyaknya tugas dari sekolah dan dari bimbel UN dengan waktu istirahat di rumah yang menurut saya sangat minim sekali. Jujur saja, itu membuat saya agak frustasi.

    Sekarang sudah banyak sekolah yang memang diwajibkan untuk menerapkan kurikulum 2013. Penerapan itu menurut saya terlalu terburu-buru jadi guru dan siswa mungkin agak kaget karena perubahan kurikulum tersebut. Seharusnya jika ingin diganti kurikulumnya harus ada uji coba terlebih dahulu jika cocok dipakai, jika tidak cocok seharusnya diganti atau dirubah.

    Triyani Ambar Sari P.IPS B 2014

    BalasHapus
  21. Tidak seharusnya jika ganti menteri ganti kurikulum. Yang harus dijadikan patokan dalam merubah kurikulum adalah apabila suatu kurikulum pendidikan tidak lagi cukup dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dijaman yang semakin maju.

    Arif Akbar
    4915144102
    PIPS B 2014

    BalasHapus
  22. Sebenarnya bila menteri pendidikan terus berganti diupayakan kebijakan kurikulum janganlah turut berganti, karena hal tersebut justru mengacaukan sistem yang sudah ada dan berjalan sedemikian rupa. Seharusnya pemerintah lebih mempertimbangkan kembali tindakan untuk mengganti kurikulum baru dan membenahi kekurangan-kekurangan yang ada pada kurikulum yang sedang berjalan, karena bila ada pergantian kurikulum baru berarti para guru dan peserta didik harus beradaptasi dengan sistem yang baru pula dan hal itu tentu membutuhkan waktu.

    Tri Arung Wirayudha
    4915141048
    P..IPS A 2014

    BalasHapus
  23. Titis Pamulasari Anggi Pradita
    P.IPS A 2014
    4915141035

    Indonesia memang butuh perubahan di bidang kurikulum maupun metode pembelajaran.Tapi,ketika pemerintah ingin mengubah kurikulum pembelajaran seharusnya di sosialisasikan dulu untuk mendapat pesetujuan dari semua pihak.
    Nah,bila semua pihak setujuh pemerintah tinggal menjalankan program secara bertahap bukan program yang sekali banyak dan langsung diterapkan tanpa sosialisasi dahulu.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd