Rabu, 24 Desember 2014

HARI IBU DAN PENGASUHAN ANTI KORUPSI

ibu adalah bumi, adalah matahari. Ibu melahirkan, menumbuhkan, mengasuh, mengarahkan, dan menyinari kehidupan. Ibulah yang membentuk dan mengisi kalbu anak-anak. Ibu menumbuhkembangkan sistem otak, merangsang pertumbuhan dan pembentukan jaringan syaraf dalam otak anak. Karena itu ibu adalah ragi kebudayaan.

Ibu adalah penentu perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang membentuk peradaban melalui proses pengasuhan. Pengasuhan ibu merupakan sentuhan pertama dan utama yang membentuk dan mengarahkan anak.

Karena itu kebudayaan dan peradaban seperti apa yang akan tumbuh kembang pada masa depan sangat ditentukan oleh pengasuhan ibu. Para ibulah yang sangat menentukan isi jiwa dan fikiran anak yang menjadi pendukung, pelaku dan pencipta budaya dan peradaban.

Pengasuhan tidak dimulai saat anak dilahirkan. Namun sejak anak dalam kandungan. Pada saat ini sang ibu sudah mulai bisa mempraktikkan pengasuhan anti korupsi. Ia membuat aturan, tidak akan memakan dan meminum apa pun yang merupakan hasil korupsi. Sang ibu harus menyampaikan aturan ini pada suaminya. Aturan ini penting ditegakkan dan dijaga dengan konsisten karena sangat tidak baik jika anak tumbuh kembang dari penghasilan yang haram seperti korupsi.

Dengan cara ini sang ibu telah ikut serta secara aktif membangun budaya anti korupsi. Cara ini akan efektif karena dimulai dari komitmen pribadi dan dilanjutkan pada orang-orang terdekat yang bisa dipengaruhi secara langsung, terutama suami.

Tentulah aturan ini harus dilaksanakan secara konsisten. Sang ibu harus berani bertanya pada suami jika tiba-tiba membawa uang atau apapun yang tidak biasa. Tak lain dan tak bukan untuk memastikan seluruh keluarga, terutama sang anak, benar-benar tumbuh kembang dari uang dan harta yang halal.

Sejak kecil sang anak dibiasakan dengan kebersihan badan dan lingkungan. Pada anak harus ditanamkan kebersihan sangat penting dalam hidup demi kesehatan dan keindahan. Kebersihan fisik dan lingkungan adalah jalan masuk untuk membiasakan bersih hati dan fikiran.

Anak juga dibiasakan dengan kedisiplinan. Kedisiplinan dibiasakan dengan cara mandi, makan, tidur siang dan bermain pada waktu yang telah ditentukan. Pastilah pelaksanaannya bukan dengan paksaan. Tetapi dengan kasih sayang, memperhatikan kondisi alami anak yang sedang tumbuh. Bila disiplin ditegakkan dengan paksaan, apalagi dibumbui kekerasan, hasilnya adalah Hitler-Hitler baru. Adolf Hitler dibesarkan dengan pendisiplinan yang sangat keras oleh ayahnya.

Harus disadari pembiasaan bersih dan disiplin merupakan salah satu bentuk perujudan konkret dari menjalankan ajaran agama dalam praktik hidup keseharian. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak, ia harus dibiasakan dengan kebiasaan-kebiasaan religius. Mendengarkan kitab suci dibacakan saat ia masih sangat kecil. Ikut serta beribadah bila memang sudah waktunya.

Jangan pernah membatasi kebiasaan religius hanya pada ibadah yang bersifat ritual. Menanamkan dan membiasakan kejujuran, peduli dan berbagai, ramah dan sopan adalah bagian dari kebiasaan religius.

Pengasuhan dan penanaman semua kebiasaan baik itu harus dengan keteladanan. Ibu dan ayah lebih dulu melakukannya. Jangan memerintahkan anak mandi atau beribadah, sedangkan orang tuanya belum lakukan. Anak-anak lebih banyak belajar dan dibentuk melalui apa yang dilihatnya daripada apa yang didengarnya. Apa yang dilihatnya lebih cepat, mudah diserap dan bertahan lama di dalam sistem otaknya.

Merupakan kesalahan besar menghabiskan waktu anak untuk belajar hal-hal yang bersifat kognitif intelektual. Anak harus lebih banyak merasakan, mengalami pengasuhan yang menumbuhkembangkan keterampilan hidup melalui keterampilan sosial.

Melatih anak membiasakan bangun tidur pada pagi hari, membereskan tempat tidurnya lebih utama daripada pintar berhitung. Membiasakan anak berdoa saat hendak melakukan aktivitas dan mengungkapkan rasa syukur sesudahnya, lebih bermakna dan penting daripada keterampilan membaca.

Bukan berarti keterampilan kognitif intelektual itu tidak penting. Namun ada waktunya. Itulah sebabnya di negara yang sangat maju pendidikannya seperti negara-negara Skandinavia, anak baru boleh masuk sekolah dasar bila telah berusia tujuh tahun. Dibutuhkan kematangan otaknya secara fisik untuk mengalami pengajaran keterampilan kognitif.

Sementara itu kematangan otak emosinya telah sangat berkembang dan butuh pengasahan melalui pengasuhan, bukan pengajaran. Pengasuhan yang dicoraki keteladan, empati dan kasih sayang.
Para ibu yang baik sangat memahami apa yang harus dilakukan agar anak-anak mendapatkan pengasuhan terbaik. Anak-anak mendapatkan asupan makanan bergizi, dan "menu religius" yang bermutu.

Nilai terpenting yang harus ditanamkan adalah bagaimana membuat anak mengalami dan menghayati bahwa ia tidak hidup sendirian. Ada Tuhan bersamanya, pun kala sendiri di tempat sangat gulita.

Ibu harus menanamkan keyakinan pada anak-anak bahwa Tuhan menyayangi manusia yang jujur, peduli dan berbagai, berdisiplin, suka menolong, dan menyayangi  diri sendiri dan orang lain. Ibu yang baik selalu berbagi dengan orang lain dan mengajak anaknya untuk ikut serta berbagi. Agar bisa berbagi anak harus menabung. Ia harus merasakan berbagi dengan apa yang dimiliknya. Bersamaan dengan itu  harus dibangun kesadaran dalam diri si anak bahwa mengambil milik orang lain adalah kejahatan yang sangat merugikan orang lain, dan diri sendiri.

Pengasuhan anti korupsi hakikinya adalah menanamkan kesadaran pada anak bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita, kapan dan di mana pun. Bahwa hidup sebagai orang jujur adalah keutamaan sebagai manusia. Para ibulah yang sangat menentukan, karena para ibu yang paling tahu bagaimana pengasuhan terbaik bagi anak-anak. Oleh karena itu,

PARA IBU ADALAH PENENTU MASA DEPAN NEGERI INI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd