Yesus lahir di kandang domba. Padahal Tuhan bisa menentukan lain, misalnya, Yesus lahir di istana raja. Pastilah ada maksud dan tujuan dari peristiwa yang sangat unik dan istimewa ini.
Setiap manusia bisa dan boleh memberi beragam tafsir atas kejadian ini. Bila ada yang merasa kejadian ini adalah isyarat bahwa Yesus akan menjadi pengembala dari domba-domba yang tersesat, tak ada salahnya. Jika ada yang memaknai bahwa kejadian ini mengisyaratkan bahwa Yesus akan bertugas membangun kesadaran manusia akan keluhuran keberadaanya dengan cara membebaskan manusia dari kebinatanggannya, tafsir ini juga memiliki makna.
Mungkn saja ada orang lain yang berfikir bahwa kejadian ini hendak menunjukkan bahwa Yesus akan berhadapan dengan manusia berkualitas domba yaitu mahkluk yang terlalu asyik dengan dirinya, yang hanya mengejar kepentingan perut dan bawah perut.
Bukankah domba adalah makhluk yang kerjanya hanya makan. Saat mata terpejam pun, domba asyik menguyah makanan. Domba bisa jadi merupakan simbol dari manusia yang tak peduli. Dalam kerangka ini, misi utama Yesus adalah membangun kesadaran manusia bahwa ia adalah makhluk yang harus mengatasi kualitas domba.
Kandang domba adalah tempat yang kotor, karena pasti dipenuhi oleh kotoran domba. Boleh jadi kelahiran Yesus di kandang domba adalah simbol bahwa Yesus datang ke dunia yang penuh kotoran dan dosa. Yesus datang untuk membersihkannya, menjadikan dunia dan isinya terbebas dari beban kotoran dan dosa.
Ini juga mengisyaratkan filosofi yang mendalam tentang kehadiran dan keterlibatan. Yesus hadir justru di dunia yang penuh kotoran dan dosa. Yesus ingin membersihkannya bukan hanya dengan kata-kata atau sabda dari kejauhan, dengan mengambil jarak. Tetapi justru tampil, hadir dan berada dalam dunia yang penuh dosa itu dan secara intens terlibat dalam perjuangan yang penuh tantangan untuk membersihkannya. Ia terlibat kini dan di sini, bersama sesama, merasakan penderitaan yang dialami oleh para manusia.
Kata kunci utama dalam seluruh peristiwa ini adalah empati. Yesus mengalami dan menghayati sendiri onak duri dunia manusia yang kotor. Perseteruan langsung dengan orang dan penguasa jahat yang menggunakan hukum justru untuk melindungi dan melanggengkan kejahatan. Yesus hadir, telibat penuh empati dalam perjuangan untuk membebaskan manusia dari kotoran, kejahatan, dan dosa.
Bukankah hakikinya kebanyakan manusia mirip domba, hanya mengikuti dorongan instingtualnya sekadar memenuhi keinginan dan kebutuhan ragawi jangka pendek. Sekadar mengejar kenikmatan duniawi yang seringkali enak pada mulanya, dan derita pada akhirnya.
Yesus hadir untuk membangun kesadaran bahwa manusia bisa mengatasi tarikan dan dorongan kebinatangannya, melampaui semua yang material dan membumbung tinggi memenuhi hakikat sejatinya sebagai citra Tuhan. Perjuangan membangun kesadaran ini pastilah tidak mudah, karena manusia telah membangun sistem justru untuk memenuhi semua hasrat kebinatangannya memanfaatkan hukum dan kuasa.Dengan hukum dan kuasa, manusia mengkorupsi kebenaran. Memutarbalikkan kebenaran.
Sepanjang hidupnya yang singkat, Yesus berhadapan dengan penguasa zhalim yang memiliki kecanggihan melakukan korupsi kebenaran. Menggunakan kekejaman untuk menindas. Penguasa yang menegakkan hukum rimba, hukum yang berakar pada semangat kebinatangan.
Yesus lahir dikandang domba, boleh jadi merupakan isyarat kuat bahwa kebinatangan memang lekat erat dalam darah daging dan sistem otak manusia. Yesus datang untuk membersihkannya.
Dalam konteks inilah rasanya harus dimaknai mengapa Yesus memilih jalan kasih. Jalan yang dirempahi dengan semangat empati, peduli dan berbagi. Semangat kasih adalah ketulusan, memahami secara mendalam, kesabaran, dan keyakinan bahwa kebenaran akan tumbuh kembang pun di padang tandus nurani.
Dalam semangat inilah harus dipahami mengapa semua kekejaman, fitnah dan penghinaan terhadap dirinya ditanggapi dengan perkataan lembut penuh makna, maafkan mereka, karena mereka belum mengerti. Dalam paradigma inilah mestinya dimengerti mengapa Yesus tegaskan, bila ditampar pipi kirimu berikan pipi kananmu, jika ditampas bajumu, berikan jubahmu.
Saat para penguasa zhalim dan para pendukungnya mengkorupsi kebenaran, menegakkan hukum rimba yang penuh kekejaman, jalan kasih adalah pilihan terbaik. Jalan kasih hakikinya adalah menunjukkan dengan tulus makna kesabaran, semangat untuk peduli dan berbagi.
Jalan kasih sejatinya ditujukan pada nurani kemanusiaan. Dengan tindakan nyata bukan hanya dengan kata-kata bahwa kebenaran harus diperjuangkan. Bahwa perjuangan menegakkan kebenaran itu membutuhkan pengorbanan. Bahwa pengorbanan meniscayakan kesabaran. Bahwa kesabaran akan melahirkan kesadaran. Kesadaran akan kekuatan kasih yang mengarahkan manusia pada kebenaran tertinggi. Kesadaran yang membebaskan. Membebaskan manusia dari kebinatangannya. Karena itu
NATAL ADALAH SIMBOL BAHWA MANUSIA SEJATI ADALAH MEREKA YANG MAMPU MELAMPAUI KEBINATANGANNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd