Biadab. Barabarian. Tak berperikemanusiaan. Tak berhati nurani. Menjijikkan. Inilah kata-kata yang tepat untuk menilai TVOne, televisi milik Aburizal Bakrie. Sampai-sampai media asing yang didasarkan pada prinsip liberalisme saja ikut mengecamnya. Secara agak panjang inilah kutipan beritanya.
Detik news 30.12.2014 menulis,
Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengirimkan pernyataan terkait insiden TV yang menayangkan jenazah korban penumpang AirAsia. KPI menilai tayangan itu atas nama apapun apalagi sekedar ekslusifitas melanggar prinsip jurnalistik.
"Terdapat televisi yang melakukan pengambilan gambar evakuasi korban jenazah AirAsia secara close up tanpa diblur. Ini jelas jelas melanggar prinsip jurnalistik, norma kesopanan dan kaidah-kaidah yang berlaku di negara ini," jelas Komisioner KPI Pusat Bidang Pengawasan Isi Siaran Agatha Lily dalam siaran pers, Selasa (30/12/2014).
"Praktik jurnalistik macam ini sangat tidak beretika dan tidak berperikemanusiaan," tambah Liy.
Sementara itu Republika menguraikan,
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Salah satu stasiun televisi nasional menayangkan sosok temuan mayat korban Air Asia QZ8501 secara live. Tindakan ini menuai banyak kecaman dan melukai perasaan dari para keluarga korban.
"Tetapi konfirmasi tersebut datang melalui sebuah cara yang sangat brutal: televisi secara live menunjukkan sosok mayat setengah telanjang yang telah mengembung dan mengambang di laut," tulis The Guardian di situs resminya.
Media Internasional berbasis di Inggris ini menyebut tindakan stasiun televisi TVOne sebagai cara yang brutal untuk mengonfirmasi kematian penumpang Air Asia QZ8501 pada keluarganya. Sayangnya setelah tayangan itu, banyak keluarga korban AirAsia QZ8501 yang menangis histeris dan bahkan pingsan. Beberapa keluarga korban yang pingsan segera dibawa ke luar ruangan.
Salah seorang keluarga, Munif yang saat itu sedang menunggu kabar tentang adiknya menyatakan bahwa keluarganya sudah sempat tenang sebelumnya. Akan tetapi keluarganya menjadi histeris setelah penayangan tersebut. Ia menyatakan atmosfer seketika berubah setelah penayangan sosok mayat tersebut.
Dwijanto, 60 tahun, yang saat itu sedang menunggu kabar anaknya menyatakan bahwa ia merasa hancur setelah melihat tayangan tersebut. The Guardian juga menyatakan Walikota Surabaya Tri Risma Harini melakukan sejumlah upaya untuk menenangkan keluarga korban.
Di saat yang sama, seorang wanita yang mengenakan seragam Air Asia meluapkan kemarahannya atas penayangan tersebut. Ia berteriak agar tayangan tersebut dihentikan. (31.12.2014)
Ini bukan yang pertama kali dilakukan TVOne. Pada masa lalu TVOne pernah menyiarkan secara langsung pengepungan terduga teroris oleh Densus 88. TVOne menayangkan secara langsung kebrutalan serangan tembakan terhadap terduga teroris.
Apakah atas nama kebebasan pers, eksklusifitas, dan kejelasan informasi TVOne boleh melakukan apa saja tanpa memperhitungkan akibatnya pada para penonton, terutama keluarga korban dan anak-anak generasi penerus bangsa ini. Apakah tidak ada orang di TVOne yang tahu dan sadar akibat dari melihat kekerasan dan tayangan tak berperikemanusiaan seperti menampilkan korban Air Asia apa adanya terutama terhadap keluarga korban dan anak-anak? Inilah contoh kebebasan yang sangat merusak.
Tragisnya mereka hanya meminta maaf dan mengulangi lagi kebrutalan yang sama. Lebih tragis lagi mereka cuma dihukum dengan peringatan. Sungguh kebrutalan dan anarki yang sangat keterlaluan.
Rasanya ini bukan kebebasan. Tetapi kebablasan yang sangat akut. Apakah kita akan terus membiarkannya?
Dulu pada zaman orde baru ada pengekangan pers dengan prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. Atas nama tanggung jawab, pemerintahan otoriter Suharto bisa berbuat sekehendak hatinya memberangus kebebasan pers menyampaikan pemberitaan. Kita tentu tak ingin kebebasan model orde baru kembali menjadi prinsip dan praktik pada masa ini.
Tetapi pertanyaannya adalah, apakah kita akan membiarkan kebrutalan pemberitaan ini terus terjadi? Berulang-ulang terjadi?
Coba bayangkan hancurnya perasaan keluarga korban yang sudah sangat sabar menunggu, tiba-tiba disajikan gambar yang mengerikan itu? Bayangkan jika kita dalam posisi itu? Apakah kita harus menunggu mengalami hal yang sama dulu baru melakukan protes? Apa yang dilakukan TVOne bukan sekadar pelanggaran jurnalistik. Tetapi penghancuran nurani dan penghinaan terhadap kemanusiaan.
Sebaiknya masyarakat juga menentukan sikap terhadap TVOne yang telah melakukan kebrutalan yang sama berkali-kali. Terserah sikap apa yang akan diambil. Intinya kita harus tunjukkan bahwa negara bangsa ini dijiwai Pancasila yang sangat menjunjung tinggi kemanusiaan. Kita harus menolak dengan keras penghinaan terhadap kemanusiaan, apalagi dilakukan dengan cara brutal seperti yang dipertontonkan TVOne.
PENGHINAAN TERHADAP KEMANUSIAAN ADALAH PENGHUJATAN TERHADAP PANCASILA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd