(Doa bagi Kevin murid TK Anak Shaleh II Bekasi, wafat 5.1.2015)
Tak seorang pun manusia tahu dengan pasti kapan, dimana dan dengan cara apa ajal akan menjemputnya. Meski segelintir orang mungkin memiliki firasat bahwa hidupnya akan berakhir. Firasat iti bisa benar, juga bisa salah.
Kapan, dimana dan dengan cara apa ajal menjemput manusia, sepenuhnya merupakan rahasia Illahi. Bahkan malaikat pencabut nyawa pun tidak tahu sebelum Allah memerintahkan padanya siapa yang harus dicabut nyawanya.
Prinsip umumnya adalah, semua yang hidup pasti mati. Karena itu jangan takut mati, sebab mati pasti datang menyambangi. Tak usah direpotkan dan membuang waktu untuk berfikir tentang kematian. Berbuat baiklah setiap hari, sekecil apapun. Karena sebagai manusia kita pasti mati, maut akan menuntaskan keberadaan kita dan hidup kita berakhir, berbatas kematian. Namun, kebaikan kita tak bisa direnggut maut. Kebaikan yang telah kita perbuat akan hidup terus, tanpa batas.
Jika harus pergi meninggalkan rumah, bahkan naik pesawat pada saat cuaca buruk, bila itu dilakukan dengan niat berbuat baik dan untuk kebaikan, jangan ditunda. Jangan pernah menunda berbuat kebaikan, apapun halangannya. Bila maut datang, ia bisa datang kapan dan di mana pun, bahkan saat kita sedang duduk tenang di rumah.
Maut dan kematian datang kapan dan di mana pun, tanpa syarat. Mati tidak membutuhkan syarat apapun. Tidak harus sakit atau tua terlebih dahulu. Bukankah penumpang Air Asia yang akhirnya ditemukan di Selat Karimata pergi dalam keadaan sehat? Bukankah ada anak kecil yang jadi korban? Hal yang sama juga terjadi pada longsor Banjarnegara.
Sementara sejumlah orang yang sakit parah di rumah sakit dan dokter katakan sudah tidak memiliki harapan hidup, akhirnya bisa pulang dengan sehat. Ayahku tahun lalu sudah berumur 87 tahun, kena serangan jantung dua kali dan ia pun sudah sangat ingin wafat, faktanya sampai tulisan ini dibuat masih bertahan hidup, malah bisa pulang ke Medan dengan pesawat.
Tadinya dokter kurang setuju ayahku dibawa ke Medan, apalagi dengan pesawat. Karena kondisinya belum normal, jantungnya butuh waktu untuk lebih stabil agar bisa naik pesawat. Sedangkan kakak iparku yang baru berusia 60an dan sehat-sehat saja, tiba-tiba sakit dan meninggal.
Bahkan keponanakanku yang baru saja masuk SMA dan masih sangat sehat, mendahului ayahku yang telah sangat tua dan sakit parah. Kevin, murid istriku di TK Anak Sholeh pagi-pagi masih sehat. Di sekolah bercanda dengan guru dan murid. Sorenya bersama teman-teman yang lebih besar bermain sepeda menuju danau tempat pemancingan yang agak jauh dari rumah. Ramai-ramai mencari ikan. Tak disadari ia masuk ke kedalaman tujuh meter, saat ditemukan ia telah wafat dalam lumpur.
Usia berapa pun manusia bisa wafat. Sungguh maut bekerja dengan cara yang penuh rahasia dan misteri. Nalar manusia tak mampu menjelaskannya dengan tuntas dan rinci. Maut memiliki pola, mekanisme, dan cara kerja yang melampaui nalar kita.
Kadang memang terasa maut seperti mengintai kita dalam jarak yang sangat dekat, dekat sekali. Biasanya saat kita atau anggota keluarga, orang-orang yang kita cintai sedang sakit, apalagi sakit parah. Dirawat di ruang ICCU. Akan sangat terasa ingsutan detik demi detik menjadi sangat berat dan lama. Rasanya sang maut selalu ada bersama, ikut menunggu yang sakit. Seakan ia ada bersama untuk menjemput ajal pada waktu yang telah ditentukan. Sangat terasa betapa tidak bedaya kita.
Meski kita sepenuhnya sadar, bahwa tidak semua orang sakit, bahkan yang sakit parah harus wafat, dan tidak semua orang sehat bisa bebas dari kematian yang terasa tiba-tiba. Walau kita tahu, mati tidak merpersyaratkan sakit, namun saat sakit, apalagi sakit parah menghampiri, maut jadi terasa begitu dekat.
Rasanya cara fikir ini bukan saja tidak tepat. Juga harus diubah. Maut mengintai kita setiap saat. Ajal apat menjemput kita kapan pun, di mana pun, dengan cara apapun. Tak ada cara terbaik untuk menghadapinya kecuali terus berbuat baik. Sebagai manusia, setiap saat kita sangat potensial berbuat salah, sekecil apapun. Semuanya harus diimbangi dan ditutupi dengan kebaikan. Agar saat ajal nyamper, kita tetap berada dalam kebaikan, sedang berbuat baik. Hanya kebaikan kita yang dapat menolong kita, di dunia dan akhirat.
Kita pantas bersyukur karena tidak mengetahui kapan, di mana dan dengan cara apa kita akan wafat. Jika tahu, betapa sangat tidak mengenakkan dan menakutkan. Kita pasti sulit untuk fokus menjalani hidup.
Bayangkan orang yang telah menjadi terpidana hukuman mati. Mungkin saat menunggu eksekusi dia bisa tetap tenang dan menjalani hidup dengan normal. Namun kala diberitahu beberapa saat sebelum di eksekusi bahwa hukuman mati akan dilaksanakan, betapa sangat mengerikan. Saat-saat menanti kematian seperti ini pastilah sangat berbeda, karena kematian itu menjadi lebih pasti akan terjadi, dan dihadapi dengan sepenuhnya sadar. Sungguh menyakitkan dan mengerikan.
Kita tak pernah tahu, apa yang ada di benak Kusni Kasdut, Amrozi, dan Imam Samudra saat dibawa oleh petugas ke tempat hukuman mati akan dilaksanakan. Bisa saja mereka tampak tersenyum atau tertawa. Tetapi apa isi hatinya kita tak pernah tahu.
KARENA AJAL PASTI DATANG, SEGERAKAN DAN BERBUAT BAIKLAH SETIAP WAKTU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd