Firaun penguasa yang sangat kuat dan berpengaruh, menguasai wilayah yang luas, memiliki bala tentara yang banyak dan jagoan, tetapi jatuh karena arogansi dan lupa diri. Kisah hidupnya terdapat dalam kitab suci agar menjadi pelajaran bagi kita kini dan bagi siapa pun dikemudian hari.
Aleksander Agung sangat luar biasa. Dalam usia sangat muda ia berhasil menaklukkan banyak kerajaan besar dan membangun imperium yang tiada banding. Ia sangat cerdas menerapkan strategi menghancurkan kekuatan musuh dan menaklukan hati penduduk yang dikalahkannya. Ia merupakan salah seorang penguasa dan penakluk terbesar di dunia. Namun, ia jatuh karena penyakit mirip demam. Mungkin karena terlalu letih bertempur.
Hitler berhasil membangun Jerman setelah luluhlantak hancurlebur dalam perang dunia pertama. Ia benar-benar membuat Jerman ditakuti dan disegani. Belum ada pemimpin penguasa yang mampu membangun negara yang hancur menjadi negara super kuat dalam waktu yang sangat singkat. Hitler adalah pemimpin besar. Pesona dan pengaruhnya membuat banyak orang Eropa berada dalam ketakutan yang amat sangat. Karena tak mampu mengatasi ambisi untuk menghancurkan para musuh, ia akhirnya lebur tak bersisa. Jatuh ke jurang kehancuran terdalam.
Sukarno adalah Bapak Bangsa Indonesia. Proklamator kemerdekaan Indonesia. Penyambung lidah rakyat Indonesia. Tokoh utama revolusi yang yakin bahwa revolusi belum selesai. Presiden pertama Indonesia yang berhasil membangun kekuatan baru dan mendorong negara-negara Asia-Afrika untuk merdeka. Dengan segala kehebatan yang dimilikinya, ia jatuh karena berkuasa menggunakan cara yang bertentangan dengan demokrasi. Sungguh, revolusi menguyah anaknya sendiri.
Kejatuhan bukan hanya monopoli para penguasa dalam ranah politik. Para pengusaha atau pengusaha besar yang biasa disebut konglomerat juga sering jatuh alias bangkrut. William Soeryadjaya adalah salah satu konglomerat Indonesia, pendiri Astra Internasional yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia mengalami sakitnya jatuh. Perusahaan yang dibangunnya dengan susah payah harus pindah tangan. Ia kemudian hidup dalam kesederhanaan orang kebanyakan. Tragis.
Baru-baru ini akibat krisis ekonomi global khususnya Cina, membuat Wang Jianlin yang merupakan orang terkaya di Asia mengalami kejatuhan. Ia merugi 13 miliar dolar, setara dengan 182 triliun rupiah di pasar saham. Kerugian itu terjadi dalam hitungan jam dan hari.
Siapa pun bisa jatuh. Sebabnya sangat beragam. Bisa berasal dari dalam dan luar diri. Kejatuhan lebih sering terjadi dalam keseharian dan menimpa siapa saja, orang-orang biasa seperti kita.
Kira-kira dua minggu lalu, seorang teman terjatuh di kamar mandi hotel. Keadaannya agak parah sampai harus dirawat di rumah sakit sampai hari ini. Padahal saat datang ke hotel dia sehat walafiat.
Beberapa tahun lalu seorang teman datang ke kantor dalam keadaan sehat. Di kantor, setelah mengetik surat ia berdiri, tiba-tiba jatuh. Saat di bawa ke rumah sakit ia meninggal.
Manusia, siapa pun dia, apapun jabatannya, penguasa, pengusaha atau orang biasa bisa tiba-tiba jatuh. Kejatuhan itu dapat membawa akibat yang fatal.
Aku mengalaminya kemarin. Sesaat setelah mengambil air wudhu di masjid kampus, aku terpeleset dan jatuh. Lantai tempat wudhu licin karena ada air tergenang. Beberapa mahasiswa yang menolongku bilang, belum lama juga ada mahasiswa yang jatuh di tempat yang sama. Setelah tenang dan rasa sakit mulai sangat menggigit, aku kontak ketua pengurus masjid yang merupakan seorang karib. Aku kabari ia sebagai upaya jangan sampai ada korban lagi.
Aku merasa kejadian ini lebih pantas disyukuri, meski akibatnya sungguh mengganggu. Ada pergeseran pada tempurung lutut kiri. Aku harus mengenakan dekker pelindung dengkul dan memakai tongkat untuk beberapa waktu ini.
Mengapa harus disyukuri padahal mendatangkan kesusahan dan rasa nyeri yang sangat mengganggu?
Kejadian seperti ini menjawil kesadaran dan nurani. Mengembalikan kita pada kenyataan yang paling mendasar tentang siapa kita sesungguhnya. Bahwa kita tak lebih dan tak kurang adalah manusia. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang rentan, gampang jatuh. Sebagaimana yang dialami Adam dan Hawa. Nenek moyang kita.
Acap kali karena kekuasaan, harta, kesehatan, dan kesibukan yang terlalu, kita alpa pada kenyataan mendasar ini. Kebanyakan penguasa sering lupa bahwa ia tidak selamanya berkuasa. Jika ia ingat kekuasaan itu terbatas dan waktu berkuasa itu juga ada akhirnya, rasanya ia tak akan berani berbuat zhalim. Saat sedang sehat dan sangat sibuk, kita sering tidak ingat bahwa penyakit bisa nyamper dengan cara yang tak terduga.
Kejadian kayak gini sering menghenyakkan dan memicu kita untuk bertanya dan mempertanyakan, apakah hidup yang dijalani selama ini memiliki makna? Apakah kita tidak sedang menzhalami diri sendiri? Apakah yang kita kerjakan dan kejar merupakan sesuatu yang sungguh bermakna?
Kejadian begini rasanya seperti ketemu lubang di jalan tol saat kita dalam kecepan tinggi. Membuat kita oleng, buyar dan bertanya-tanya, ada apa, apa yang salah, mengapa bisa terjadi seperti ini, bukankah ini jalan bebas hambatan?
Ya, seperti menggigit benda sangat keras ketika menikmati sedapnya rendang. Bukan saja bikin kaget. Boleh jadi menghilangkan selera makan.
Tidak mudah memang menjaga dan mempertahankan kesadaran bahwa kita adalah manusia yang rentan. Biasanya hanya pada kala seperti inilah kesadaran kita bagai dirobek oleh belati. Kita jadi mawas.
Kejadian ini sangat pantas disyukuri sebab bukan saja mendorong kita untuk lebih hati-hati. Melampaui itu, semoga mampu memicu kita untuk mengusahakan hidup yang lebih bermakna.
Jatuh, sakit, cedera, bahkan kematian bisa datang kapan saja dengan cara yang sangat tak terduga. Karena itu tetaplah bersyukur bahwa masih ada kesempatan untuk terus menyadari kerentatan kemanusiaan kita.
KEJADIAN APAPUN AKAN BERMAKNA, BILA KITA MAMPU TERUS BERSYUKUR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd