Kamis, 17 September 2015

SIAPA YANG BERMENTAL BUDAK?

Tragis. Memalukan. Menjijikkan.

Sebelum dan selama kampanye pilpres 2014 sengaja dihembuskan opini yang menjurus ke fitnah bahwa Jokowi adalah wayang, boneka yang gampang dikendalikan. Jokowi adalah antek asing. Bahkan beredar di media sosial dan macam-macam bentuk cetakan yang menegaskan bahwa Jokowi dikendalikan oleh Jahudi.

Sangat mengerikan karena gambaran tentang Jokowi sengaja diarahkan untuk tunjuktegaskan bahwa ia bermental budak yang didorong sebagai presiden oleh berbagai kekuatan yang dengan mudah mengendalikannya. Mengapa Jokowi yang didorong untuk maju?

Karena para pendukungnya merasa bahwa kemungkinan Jokowi untuk menang lebih besar jika dibandingkan mereka sendiri yang maju. Sebab saat itu berbagai survey menunjukkan bahwa Jokowi adalah sosok yang mendapat dukungan sangat luas. Tidak demikian dengan orang-orang yang mendukungnya.

Sementara yang akan menjadi lawan Jokowi kalah populer pada semua survey yang dilakukan oleh lembaga survey yang handal dan diakui baik reputasinya. Saat itu tampaknya sulit mencari kelemahan Jokowi yang dapat digunakan untuk menghancurkan popularitasnya.

Selama menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi tidak pernah terlibat kasus korupsi, juga tidak melakukan kesalahan yang bisa digunakan untuk menyerangnya. Artinya, Jokowi tidak punya masalah dengan masa lalu. Ia tidak punya jejak abu-abu, apalagi hitam. Sangat bertentangan dengan lawannya yang terlalu ribet dan sangat bermasalah masa lalunya.

Isu yang tampaknya bisa digunakan untuk menghabisi Jokowi adalah ia berhenti di tengah jalan sebagai walikota agar bisa maju sebagai gubernur, kemudian bakal berhenti di tengah jalan sebagai gubernur bila terpilih jadi presiden. Meskipun isu ini telah dieksploitasi habis-habisan, tampaknya kurang memengaruhi pilihan publik terhadapnya. Karena itu isu Jokowi bermental budak atau wayang sengaja dibesar-besarkan.

Fadli Zon lah yang pertama sekali menyerang Jokowi. Padahal saat itu pemilu legislatif saja belum berlangsung. Serangan Fadli Zon langsung ke Jokowi. Ia mengesankan bahwa Jokowi adalah calon presiden boneka. Jika media massa yang meliput serangan Fadli Zon itu kita tampilkan dan analisis pastilah akan membangkitkan bulu kuduk dan kemarahan. Karena itu tidak perlu lagi ditampilkan di sini. Sebab peristiwanya sudah berlalu. Kita kan tidak boleh terjerat pada masa lalu.

Kini kita dihadapkan pada fakta yang dapat menimbulkan rasa jijik. Setya Novanto dan Fadli Zon serta sejumlah anggota DPR RI, bukan sebagai pribadi tetapi sebagai pimpinan DPR datang menghadap Trump, calon presiden USA.

Trump sendiri yang mengucapkannya saat memperkenalkan Novanto. Trump menyebut Novanto dalam jabatannya sebagai ketua DPR, bukan sebagai pribadi dengan embel-embel orang paling berkuasa. Trump juga yang menyebut kata menghadap padanya.

Bila Novanto, Fadli Zon dan rombongan menggunakan dana pribadi dan sebagai pribadi menghadap Trump sama sekali tidak ada salahnya dan bukan masalah. Namun, mereka menggunakan dana rakyat yang jumlahnya milyaran sebagai pejabat negara.

Apakah etis pejabat sebuah negara besar, hadir dalam konferensi pers calon presiden di negara lain dan dimanfaatkan di depan publik? Trump bahkan membuat pernyataan berbentuk pertanyaan bahwa banyak orang Indonesia yang suka padanya yang ditujukan pada Novanto yang diperkenalkan sebagai ketua DPR. Apakah ini tidak memalukan?

Mengapa sampai terjadi pejabat tinggi Indonesia yang merupakan pimpinan DPR bisa dimanfaatkan oleh seorang calon presiden dalam pertemuannya dengan jurnalis? Apakah ini berakar pada mental budak yang merasa bangga karena dapat hadir bersama orang terkenal?

Sekali lagi perlu ditegaskan, jika mereka mengatasnamakan diri sendiri dan mendanai sendiri perjalanan itu, silahkan dan boleh-boleh saja. Malah mungkin terlihat keren. Tetapi menggunakan uang rakyat dan secara tegas disebut dalam jabatan resmi sungguh memalukan dan menjijikkan. Dimana kedaulatan dan harga diri negara bangsa ini?

NEGARA BANGSA INI AKAN TERPURUK JIKA DIPIMPIN OLEH ORANG-ORANG BERMENTAL BUDAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd