Jumat, 11 Desember 2015

MELAMPAUI MICHAEL JACKSON

Michael Jackson adalah penyanyi spektakuler, legendaris, raja musik pop, pemenang semua prestasi tertinggi musik tingkat dunia. Banyak capaiannya yang tidak mudah dilampaui. Sampai kini lagu-lagu ciptaannya masih digemari banyak generasi. Kekayaannya luar biasa dan ketenarannya tiada banding.

Alhamdullillah, aku bisa melampaui Michael Jackson. Tentu saja bukan dalam hal ketenaran, kehebatan dan kekayaan. Tetapi dalam hal umur. Ia wafat pada usia lima puluh tahun, dan aku kini sudah melampaui lima puluh satu. Pastilah ini bukan prestasi atau pencapaian pribadi. Tetapi sepenuhnya karunia Illahi.

Umur manusia adalah misteri yang paling gulita dan teka-teki yang tak pernah bisa dijawab tuntas. Mengapa Michael Jackson mendahului aku? Karena ajal. Mengapa ajal lebih dulu menyambangi dia? Sudah merupakan ketentuan Illahi. Tak ada lagi pertanyaan dan diskusi jika sudah begini. Karena ajal itu pasti datang. Tak seorang manusia pun tahu kapan dan dimana ajal datang menyambabngi.

Allah memberi kita akal. Akal selalu bersifat kritis. Karena itu banyak pertanyaan yang muncul tentang kematian. Baik karena penasaran, maupun karena ada rasa kurang puas terhadap berbagai jawaban yang ada, dan terbukanya berbagai kemungkinan.

Dalam agama tertentu diyakini bahwa sejak sebelum kelahirannya, kematian manusia sudah ditentukan. Kita boleh bertanya tentunya. Jawabannya bisa mengacu pada kitab suci atau analisis kritis menggunakan akal.

Apakah penentuan kematian manusia sama dengan penentuan tentang rezeki dan takdirnya? Bersifat potensial atau mutlak. Artinya apakah dalam hal kematian ada kesempatan bagi manusia untuk membuat ketentuan itu lebih cepat atau lebih lambat dari yang ditentukan. Tidak pas dengan ketentuan awal?

Jika jawabannya tidak, itu bermakna bahwa ketentuan tentang kematian itu bersifat mutlak. Kebebasan manusia tidak berfungsi menghadapi kematian.

Apakah penentuan kematian manusia disertai dengan ketentuan penyebabnya? Apakah ketentuan penyebab kematian manusia mempengaruhi kecenderungan dan pilihan-pilihannya dalam hidup?
Ambil contoh manusia yang telah ditentukan akan wafat karena kanker paru. Apakah  secara bawah sadar ia kemudian memilih kebiasaan merokok, dan kebiasan lain yang akhirnya membuat ia wafat karena kanker paru?

Atau ketentuan kematian manusia tidak disertai penyebabnya? Dengan demikian manusia bisa ikut menentukan dengan pilihan-pilihan sadarnya? Meski ia tidak pernah tahu bahwa pilihan sadarnya ikut menentukan kematiannya?

Pastilah yang paling bikin penasaran adalah orang bunuh diri. Apakah caranya mengakhiri hidup memang sudah ditentukan sebelumnya? Jika jawabnya ya, maka itu berarti keputusan orang untuk bunuh diri bukanlah hasil pilihan bebasnya, sebab sudah ditentukan sebelumnya. Apa memang seperti itu?

Terkait dengan orang bunuh diri masalahnya tidak sederhana. Sebab orang yang bunuh diri dalam agama tertentu ditetapkan sebagai bersalah dan pendosa serta mendapat hukuman masuk nereka selamanya.

Bila dilihat hukumannya, sangat jelas terlihat bahwa bunuh diri merupakan perbuatan yang disadari. Karena tidak ada hukuman bagi orang yang melakukan tindakan bila dia tidak sadar. Masuk dalam kategori tidak sadar adalah orang gila.

Jika ketentuan matinya manusia bukan saja terkait waktu, juga  bagaimana cara kematian itu datang, maka bunuh diri menjadi problematis dan semakin menegaskan bahwa kematian itu sangat misterius. Persoalan ini menjadi penting karena terkait dengan kebebasan manusia dan konsekuensinya pada tanggungjawab.

Problem bunuh diri tentu tidak terkait hanya dengan kematian. Juga sangat terkait dengan kedudukan dan status manusia. Dalam pandangan sejumlah aliran filsafat diyakini manusia merupakan makhluk yang menjadi, berproses, dan tak pernah selesai. Manusia tidak sama dengan benda seperti gelas. Gelas sejak semula diciptakan sebagai tempat untuk minum. Begitu selesai diciptakan selesai sudah. Manusia tidak seperti itu. Saat sudah diciptakan sebagai bayi, belum diketahui akan jadi apa dia kelak.

Bila ada yang menggunakan gelas untuk yang lain, tidak mengubah statusnya sebagai gelas yang diciptakan untuk tempat air minum. Berbeda dengan manusia. Saat ia ada, diciptakan sebagai manusia yaitu bayi, tak ada seorang pun yang tahu akan jadi apa si bayi itu akhirnya. Proses panjang yang dilaluinya ikut menentukan akan jadi apa dia. Jadi apa dan siapa manusia tidak bersifat statis, karena dalam perjalanan waktu bisa terus berubah.

Perubahan itu terjadi antara lain karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan. Dalam pandangan ini, di samping mengakui manusia memiliki kebebasan dan menentukan, juga menegaskan bahwa manusialah yang menguasai tubuh dan hidupnya. Manusia bebas menentukan hidup dan tubuhnya. Karena itu bila si manusia memutuskan untuk bunuh diri, itu sepenuhnya tanggung jawabnya pribadi. Jika seorang manusia berdiri di tebing yang curam, mengerikan dan indah, dialah yang memutuskan mau selfie atau selfie sambil loncat ke dalam jurang yang ada di bawah tebing itu untuk bunuh diri sambil selfie.

Dalam keyakinan ini tidak pernah dibahas apa konsekuensi atau hukuman setelah kematian bagi manusia yang bunuh diri. Mereka enggan membahas masalah hidup setelah mati karena merasa sifatnya sepenuhnya spekulatif dan sangat tergantung apakah orang percaya atau tidak pada adanya hidup setelah mati. Itu artinya pandangan ini sepenuhnya berpendapat bahwa orang yang mati bunuh diri adalah orang yang secara sadar menentukan kematiannya. Manusia adalah penentu.

Sementara itu para penganut materialisme percaya kematian sama sekali tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Kematian terjadi bila fungsi-fungsi organ tubuh atau unsur pembangun tubuh lainnya seperti hormon tidak berfungsi atau rusak. Mereka percaya bahwa manusia adalah penentu karena memiliki kebebasan. Manusia karena itu adalah penentu kematian.

Bersebalikan dengan pandangan di atas adalah ajaran agama. Agama mengajarkan bahwa sebagai ciptaan Tuhan, manusia harus tunduk pada aturan yang diperintahkan Tuhan. Bunuh diri termasuk tindakan yang dilarang dan mendapat hukuman bagi para pelakunya dalam hidup setelah mati.

Mengapa bunuh diri dilarang. Sebab, manusia bukan penentu hidupnya, juga bukan pemilik mutlak tubuh dan hidupnya. Tubuh dan hidupnya adalah amanah atau titipan. Merupakan kewajiban baginya untuk menjaga dan memeliharanya. Ia tidak boleh menyakiti dirinya apalagi sampai membunuhnya. Dalam kerangka ajaran ini ada prinsip manusia merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Bila ada orang yang bunuh diri, tentang kematiannya merupakan urusan Tuhan, sedangkan tentang keputusan dan akibatnya si manusialah yang bertanggung jawab.

Pertanyaan yang juga menjadi problematis adalah, apakah berbagai kebiasaan manusia bisa menjadi sebab kematian? Ada manusia yang memiliki kebiasaan hidup sehat. Makanan, kebiasaan keseharian seperti istirahat dan olah raga sangat teratur, tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang berbahaya seperti alkohol dan narkoba. Apakah kebiasaan ini bisa menentukan bahwa usianya lebih panjang, dan ikut menentukan kematiannya? Sebaliknya ada manusia yang kebiasaan hidupnya sangat tidak sehat. Bagaimana pula dengan manusia seperti ini. Apakah kebiasaan buruknya bisa ikut menentukan kematiannya?

Ada kasus kecil dalam keluargaku. Ayahku perokok berat, bahkan sejak sangat muda sudah mengisap cerutu. Ia penggemar daging kambing dan jeroan, malas berolah raga, tetapi penggemar sepak bola. Ia sangat suka begadang menonton siaran langsung sepak bola. Ia meninggal pada usia 88 tahun dan tidak menderita sakit parah. Sebaliknya dengan pamanku. Ia hidup sangat teratur dan memiliki kehidupan yang sangat sehat. Makanan dan minumannya sangat terjaga. Ia sama sekali tidak pernah merokok. Ia rajin jalan pagi. Ia meninggal dalam usia 60 tahun. Saat ia meninggal ayahku bilang, ini bukti bahwa merokok itu memperpanjang usia. Karena ayahku meninggal dua puluh delapan tahun setelah pamanku yang kebiasaan hidupnya sangat sehat. Kejadian ini membuat kita dengan yakin tegaskan soal umur dan kematian itu sepenuhnya hak prerogatif Allah.

KEMATIAN MEMANG SANGAT MISTERIUS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd