Malam Kudus adalah malam lahirnya Juru Selamat manusia. Ia hadir untuk selamatkan manusia yang jatuh dalam gelimang dosa. Mengapa manusia bisa jatuh dalam gelimang dosa?
Karena rasa penasaran yang liar tak terkendali, sotoy, egois, tak peduli, tergesa-gesa, tak berfikir panjang, mengikuti nafsu tak terkendali, seenaknya sendiri, serakah tak mau berbagi, gila harta, kemaruk kuasa, terikat pada dunia yang serba materi, mengingkari nurani, suka mengeluh, gampang putus asa, gemar kesenangan duniawi, tak tahu diri, tak punya malu, suka berbohong, ahli memfitnah, tak jujur, lupa diri, tak bersyukur, disesaki iri dengki, tak pernah puas diri, berburuk sangka bahkan pada Tuhan, berfikir negatif, merusak lingkungan, memecah belah kebersamaan dan persaudaraan, memanipulasi dan memutarbalikkan kebenaran.
Entah hanya secuil proton, setiap kita menyimpan potensi untuk lakukan apa yang tergerai di atas. Artinya setiap kita memang sangat rentan untuk jatuh dalam gelimang dosa. Meski kita selalu waspada dan hati-hati, potensi untuk jatuh itu memang sangat dan selalu terbuka. Mungkin karena kita terlalu letih sehingga kurang bisa mengontrol atau mengendalikan diri. Bisa juga karena kita sangat asyik dengan pekerjaan yang memang penting bagi kelangsungan hidup, akibatnya kurang memperhatikan banyak hal yang sangat penting bagi hidup. Dalam kerentatan jatuh bergelimang dosa, kita butuhkan penyelamat. Manusia yang merasa tak butuhkan penyelamat dari kejatuhan dosa, bukan saja arogan, juga zhalim bagi diri sendiri.
Hakikinya manusia adalah makhluk yang lemah rentan. Gampang digoda, disiasati, dan ditipu oleh iblis. Nenek moyang manusia Adam dan Hawa telah tunjukkan dengan sangat jelas bagaimana mudahnya manusia disiasati iblis sehingga jatuh dalam dosa. Iblis sangat paham apa yang ada dalam benak manusia. Iblis memanfaatkan isi benak manusia itu secara canggih, sehingga manusia tidak lagi dapat bedakan dengan tegas, mana isi benaknya yang asli dan mana unsur yang berasal dari iblis. Tak mengherankan jika semua manusia sering diliputi rasa ragu, bimbang, tak pasti, dan sulit membedakan serta memisahkan kebenaran dari kesalahan. Semua manusi tanpa kecuali mengalami situasi ini dalam rentang hidupnya, dari menit ke menit.
Lady Gaga dalam lagunya Judas dengan sangat tepat menggambarkan situasi ini.
I wanna love you, but something's pulling me away from you
Jesus is my virtue and Judas is the demon I cling to I cling to
Manusia sering merasa, berkeyakinan, dan berusaha tunjukkan bahwa ia yakin dan hendak mengikuti Juru Selamat. Namun, dalam praktik hidup keseharian ternyata ia menghayati dan hidup dengan sikap dan perilaku Judas. Ia ternyata jatuh cinta pada Judas, dan meneladani Judas. Manusia memang makhluk yang ambigu, makhluk yang selalu terbelah. Akibatnya ia mudah tergelincir, jatuh dalam gelimang dosa.
Dalam konteks itulah Malam Kudus menjadi sangat bermakna. Malam lahirnya Juru Selamat manusia. Kejadian malam itu adalah sebuah momen. Kejadian yang berlangsung dalam ruang waktu dan dicatat sebagai sejarah. Bagi kita yang hidup pada masa kini, peristiwa itu adalah masa lalu. Namun seharusnya semangat Malam Kudus itu merupakan kontinuitas. Artinya kita harus ikhtiarkan bahwa setiap malam adalah malam kudus.
Setiap malam adalah kudus bila kita mengejawantahkan prinsip cinta kasih yang diwartakan dan diteladankan oleh Juru Selamat dunia. Mencintai manusia, semua manusia, tak peduli dia Aceh atau Papua, Singkil atau Tolikara.
Peduli dan berbagi terutama bagi mereka yang digerogoti dingin dini hari di emperan toko, di kolong jembatan, yang tak berayah, tak beribu, tak berayah dan beribu, yang dinyerikan lapar, yang dihinakan kemiskinan. Bukankah Juru Selamat telah tunjukkan dengan membagi roti bagi banyak sekali orang. Mengapa roti itu tak juga habis. Karena dibagikan dengan tulus dan cinta. Peduli dan berbagi dalam dan dengan cinta kasih menyelamatkan semua manusia, yang memberi dan yang diberi. Peduli dan berbagi adalah bentuk nyata kebersamaan, persaudaraan semua manusia. Tak peduli mereka beribadah di masjid, gereja, kuil dan sinagoga. Karena hakikinya manusia itu bersaudara. Peduli dan berbagi mengikat erat kemanusiaan semesta, dalam persaudaran sesama.
Setiap malam adalah kudus jika kita menegaskan niat dan berbuat baik bagi kemanusiaan, bukan untuk kekuasaan dan sekadar menumpuk harta. Bukankah Sang Juru Selamat telah teladankan. Bagaimana ia menjala ikan. Ikan-ikan itu datang pada Nya dalam jumlah tak terkira. Mengapa bisa begitu? Karena Sang Juru Selamat menjala ikan bukan untuk dirinya. Ia yang menjala, tetapi bukan Ia yang dapatkan dan nikmati. Sejak dari dalam hati, Ia telah berniat bahwa ikan-ikan ini sepenuhnya untuk sesama. Kepemilikan dan kebahagiaan memang harus dibagi, tidak boleh dinikmati sendiri.
Setiap malam adalah kudus bila kita melayani dan bukan dilayani. Sang Juru Selamat mendatangi banyak orang yang sakit, menderita, gila, terbuang, sampah masyarakat, bahkan petugas pajak. Ia datang untuk melayani semua orang, terutama yang miskin dan menderita. Ia menolong Maria Magdalena yang dianggap kotoran dalam komunitas. Juru Selamat tegaskan melayani tidak boleh dibatas-batasi oleh atribut satu suku, satu bangsa, satu agama. Semua manusia, siapa pun dia layak dilayani, bahkan penjahat terjahat. Dilayani agar merasakan cinta kasih, menghayatinya dan menebarluaskannya. Karena iman memang tertanam di dalam hati, tetapi harus memancar dan dirasakan dalam ruang waktu melalui cinta kasih, dengan cara melayani.
Juru Selamat datang untuk menyelamatkan manusia. Ia lahir di Malam Kudus. Karena itu kita harus terus berikhtiar agar setiap malam adalah kudus dengan mengejawantahkan iman menjadi cinta kasih yang nyata. Cinta kasih pada sesama.
SETIAP MALAM ADALAH KUDUS BILA KITA MENGEJAWANTAHKAN IMAN MENJADI CINTA KASIH YANG DIRASAKAN OLEH SESAMA.
Minggu, 27 Desember 2015
(SETIAP) MALAM, KUDUS (Seiring doa bagi keluarga Prof. Dr. H. A. R. Tilaar, M. Sc. Ed. & keluarga Dr. Samuel Dossugi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd