(Seiring doa bagi
para korban teror Thamrin)
Jakarta sudah
sering diteror bom. Tetapi kali ini sangat berbeda. Para teroris sekaligus
menggunakan bom bunuh diri dan menunjukkan perlawanan dengan senjata api.
Akibatnya terjadi baku tembak, perang terbuka di pusat kota, di Sarinah Thamrin.
Namun, dalam waktu singkat, sekitar tiga jam, polisi berhasil kuasai keadaan
dan melumpuhkan tujuh teroris. Empat tewas, tiga tertangkap.
Teroris, apapun
ideologi yang mereka anut, adalah para pengecut. Sebab hanya berani menyerang
masyarakat sipil yang sedang menjalankan aktivitas keseharian. Mereka membawa
segala macam senjata. Dari pisau sampai bom. Namun yang diserang adalah
masyarakat yang sedang asyik menjalankan kegiatan keseharian yang sama sekali tak
bersenjata. Oleh karena itu selain pengecut, para teroris itu juga kejam,
mengerikan, dan menjijikkan.
Para teroris,
apakah mereka membunuh atas nama keadilan atau agama, adalah para biadab. Sebab
mereka membunuh orang yang sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan
terhadap para teroris itu. Bahkan mereka yang jadi korban kenal pun tidak
dengan para teroris itu. Bagaimana bisa mereka berbuat salah kepada para
teroris biadab itu? Para korban itu juga bukanlah orang yang bisa dikategorikan
berseberangan atau musuh teroris itu secara ideologis. Mereka adalah masyarakat
biasa yang berada di tempat umum hendak memenuhi kewajibannya.
Kebiadaban itu
semakin mengemuka karena para teroris secara membabi buta menghabisi siapa
saja, terkait atau tidak dengan apa yang mereka sebut musuh besar. ISIS katanya
merupakan kekuatan yang mau meninggikan dan membela Islam. Mereka menyebut
Barat sebagai musuh besar karena telah menciptakan ketidakadilan. Tetapi
mengapa mereka lebih banyak membantai orang Islam? Teror bom Sarinah Thamrin,
sebagian besar korbannya adalah orang Islam. Bila benar teror itu ada kaitannya
dengan ISIS sebagaimana dijelaskan para petinggi kepolisian, maka semakin
terlihat betapa biadabnya ISIS dan para pengikutnya.
Jika ISIS memang
hendak berjihad membela Islam, mengapa tidak berjihat di Palestina? Membantu
bangsa Palestina yang sejak lama ditindas dan dijajah Jahudi. Mengapa menyerang
dengan bom bunuh diri di Indonesia dan korbannya adalah orang Islam? Apapun
argumen ISIS dan para simpatisannya untuk membela diri, perilaku teror yang
mereka tunjukkan, tak lebih dari kebiadaban!
Karena pengecut,
kejam, mengerikan, menijijikkan dan
biadab, teroris adalah iblis! Mengapa? Karena tujuannya hanya satu yaitu
menghancurkan manusia. Untuk mencapai tujuan itu sang teroris yang iblis itu
menghalalkan segala cara.
Mereka
memutarbalikkan kebenaran sebagaimana yang dilakukan dajjal. Menggunakan
ayat-ayat suci sebagai dasar untuk membunuh. Tragisnya pembunuhan keji yang
mereka lakukan disebut sebagai jihad yang sejatinya adalah perang suci. Tidak
ada kesucian dalam tindakan keji mereka membunuh orang. Sebab orang-orang yang
mereka serang dan bunuh secara keji bukanlah orang yang menyerang para teroris
itu dan keyakinannya.
Apalagi mereka pun
melakukan bunuh diri. Mana ada orang beriman yang mau bunuh diri. Sebab bunuh
diri dilarang dalam semua agama. Mati dalam perang ketika agama diserang
tidaklah sama dengan bunuh diri saat para teroris itu dengan keji meyerang
orang yang tidak bersalah.
Karena para teroris
itu iblis yang berkelakuan dajjal, maka kita harus memeranginya sampai tuntas.
Tidak ada tempat bagi teroris di negeri ini. Kita juga tidak boleh takut pada
teroris. Apakah kita pernah takut pada iblis? Tidak!
Kita tahu dan
sadar ada iblis yang setiap saat berusaha keras untuk menghancurkan kita. Kita
tidak pernah takut dengan cara terus menjalani hidup dan tak berhenti berbuat
kebaikan. Sebab kita tahu, selama kita terus berbuat baik, iblis tak bakalan
berhasil hancurkan kita. Karena itu kita terus menerus waspada, berhati-hati
dan menjaga diri agar tak bisa digoda dan dihancurkan iblis.
Begitulah cara
kita menghadapi teroris iblis itu. Teroris tidak pernah bisa tentukan hidup dan
mati kita. Bahkan mereka tak bisa tentukan hidup dan mati dirinya sendiri. Jangan
pernah takut pada teroris. Hanya takultlah pada Allah. Karena itu tetaplah
menjalankan kewajiban keseharian apapun profesi atau pekerjaan kita. Katakan Aku tidak takut pada teroris
sebagaimana tidak takut pada iblis.
Percayalah para
teroris itu adalah orang-orang yang lemah dan kalah. Lemah karena hanya berani
terhadap orang yang tidak bersenjata dan menyeramg secara membabi buta. Oleh
sebab itu jangan takut pada mereka. Karena lemah itulah mereka menjadi iblis,
menyerang secara sembunyi-sembunyi.
Kelemahan itu
semakin terlihat saat mereka tidak berani bertanggungjawab atas perbuatannya
dan menjadikan bunuh diri sebagai solusi. Agar terlihat keren maka ditanamkan
keyakinan bahwa bunuh diri itu jihad. Mana ada jihad dengan cara membunuh orang
dengan cara pengecut, keji dan biadab dengan cara sembunyi-sembunyi, kemudian
bunuh diri.
Bunuh diri adalah
tanda kelemahan dan keputusasaan. Bunuh diri adalah ungkapan ketidakmampuan
menghadapi realitas. Bunuh diri adalah tanda kegagalan. Hanya manusia pendek
akal yang lakukan bunuh diri, manusia pengecut.
Manusia berani, berani
hidup dan berjuang meraih cita-citanya. Hanya tafsir anarkis dan tak
bertanggungjawab yang katakan bahwa bunuh diri adalah jihad. Apalagi bunuh diri
sebagai cara membunuh manusia lain. Bunuh diri seperti ini sekaligus
menunjuktegaskan sikap pengecut dan biadab.
Dalam kaitan
inilah para teroris itu merupakan orang-orang yang kalah. Mengapa? Karena
mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kekuatan dan keberanian
menghadapi realitas hidup yang keras dan penuh tantangan. Akhirnya mereka
memilih untuk merubah persepsi mereka tentang realitas. Bukan mengubah realitas
yang tidak menyenangkan itu.
Cermati, sudah
berapa banyak teroris yang membunuh dengan cara bunuh diri, apakah cita-cita
mereka tercapai? Apakah realitas dunia berubah seperti yang mereka inginkan?
Karena itu apa yang mereka lakukan tak lebih adalah kesia-siaan. Hanya iblis
yang melakukan pekerjaan sia-sia. Teroris adalah iblis.
Bila dibaca dengan
cermat berbagai pemikiran para gembong teroris yang menjadikan para pengikutnya
nekad melakukan bom bunuh diri. Tampak sekali posisi mereka sebagai orang yang
kalah dan terpinggirkan. Pemikiran itu ada dalam bentuk buku yang antara lain
pernah ditulis pelaku bom Bali, selebaran, dan muncul di berbagai situs yang
kini sudah diberangus.
Biasanya mereka
memulai dengan penjelasan bahwa dunia kini dikuasai oleh para thogut, suatu
istilah yang ditujukan kepada siapa pun yang menurut mereka menentang ajaran
Allah. Mereka biasanya menunjukkan thogut itu mulai dari zaman kenabian.
Biasanya yang paling banyak dibahas adalah Firaun. Kemudian bagaimana
perlawanan yang dilakukan Musa a.s. untuk menghancurkan Firaun. Mereka selalu
tegaskam Musa a.s. itu lemah, tak berdaya, teraniaya dan selalu dizholimi. Musa
a.s juga pernah membunuh untuk membela saudaranya.
Secara teologis, riwayat
Musa a.s. membunuh orang untuk membela saudaranya dijadikan dasar untuk
melakukan pembunuhan terhadap siapa saja yang mengganggu orang-orang Muslim di
seluruh dunia.
Tulisan-tulisan
mereka tidak bersifat analitis kritis, tetapi ideologis. Artinya mencari
berbagai kisah dari kehidupan para nabi, dan penggunaan ayat-ayat kitab suci
untuk membenarkan semua tindakan biadab mereka. Karena itu banyak kisah dan
ayat yang mereka gunakan dilepaskan dari keutuhan dan konteks.
Mereka secara seenaknya
melakukan tafsir anarkis terhadap sejarah hidup para nabi terutama Nabi
Muhammad SAW dan ayat-ayat Al Qur'an. Tafsir anarkis adalah tafsir suka-suka
mereka, tidak memerhatikan hukum dan tatacara tafsir yang standar dan
disepakati para ulama ternama.
Tafsir anarkis itu
berfungsi sama dengan tulisan bergaya ideologis, yaitu membenarkan tindakan
biadab mereka, dari merampok sampai membunuh. Semua istilah-istilah dalam Al
Qur'an seperti thogut dan jihad ditafsirkan secara seenaknya untuk mendukung
kepentingan mereka.
Saat membuat
tulisan-tulisan ini tampak sekali keiblisan dan kedajjalan para teroris itu.
Juga saat mereka berceramah atau berkotbah. Karena isinya penuh dengan pemutarbalikan
kebenaran. Itulah sebabnya tulisan dan
khotbah mereka penuh hujatan terhadap siapa pun yang mereka kelompokkan sebagai
musuh-musuh Allah. Bersamaan dengan itu mereka menyebut diri sebagai lasykar,
pasukan, dan tentara Allah.
Tulisan-tulisan mereka
tidak sebagus dan selogis serta sekomprehensif tulisan-tulisan tokoh-tokoh awal
Ikhwanul Muslimin Mesir seperti Hasan Albana, Sayid dan Muhammad Qutub yang
argumentatif dan analitis, Tulisan para gembong teroris itu merupakan
propaganda murahan yang konstruksi logisnya lemah dan ngawur, serta bukti-bukti
yang manipulatif. Hanya orang-orang yang sangat tidak cakap, dan tidak kritis
saja yang percaya dan mau mengikutinya.
Itulah sebabnya
sejak dulu para pelaku teror dan mayoritas anggota jaringan ini terdiri dari
orang-orang dengan pendidikan rendah dari golongan ekonomi lemah, dan sedikit
sekali dari golongan menengah dengan pendidikan tinggi.
Fakta ini tak
terbantahkan, dan mesti menjadi pertimbangan utama dan penting untuk melakukan
upaya deradikalisasi. Deradikalisasi dan gerakan anti terorisme pasti tidak
berhasil hanya dengan ceramah dan diskusi untuk penyadaran. Harus ada tindakan
nyata untuk menyebarluaskan keadilan dan pendidikan pada masyarakat miskin
pedesaan dan perkotaan.
Seruan Mendikbud
untuk mencegah faham radikal dengan membangun komunikasi dalam keluarga,
mungkin hanya efektif untuk keluarga kelas menengah. Sangat susah dikakukan
dalam keluarga-keluarga miskin yang semua anggota keluarganya, termasuk
anak-anak ikut mencari rezeki. Bagi keluarga-keluarga miskin ini sekolah adalah
kemewahan.
Masih terkait
dengan tulisan dan kotbah para gembong teroris, mereka sangat manipulatif jika
menjelaskan apa yang mereka sebut barat yang kafir dan kapitalisme global.
Mereka menceritakan kerakusan barat dalam menjajah negara-negara Muslim dan
menyebarkan agama Kristen. Karena itulah mereka menyerukan pembantaian
orang-orang Kristen. Sebab kekristenan dikaitkan secara langsung dengan
penjajahan dan upaya-upaya penghancuran Islam.
Untuk menjelaskan dan
membuktikan tuduhan itu mereka mengemukakan banyak bukti yang bukan saja
"ngaco" juga sangat tidak utuh dan kontekstual. Selalu mereka menuduh
ada konspirasi antara Jahudi, Amerika Serikat dan Eropa untuk menghancurkan
Islam di seluruh dunia. Mereka terus menerus menjual perjuangan dan derita
rakyat Palestina. Tetapi sejauh ini, mereka belum lagi menunjukkan bantuan
konkrit pada rakyat Palestina memerangi Jahudi. Mereka terbukti terus menerus
membantai kaum Muslim di Timur Tengah, dan di banyak tempat lain.
Itu artinya mereka
golongan ingkar. Iblislah yang sifat dasarnya pengingkar. Teroris itu sifat
dasarnya seperti itu. Teroris benar-benar iblis.
Ada banyak
keganjilan dalam argumentasi mereka mengecam, menyerang, dan menghujat barat
yang disebut kafir dan kapitalis rakus. Mereka tidak pernah melakukan analisis
bagaimana Kerajaan Saudi Arabia menggunakan uang dan kekayaan yang sebagian
didapat dari haji dan umrah bekerjasama dengan kapitalisme barat dan Jahudi.
Mereka juga tidak
pernah membahas dan menghargai perjuangan rakyat Iran menumbangkan Reza
Pahlevi, penguasa tiran yang sepenuhnya didukung barat. Mereka tidak pernah
belajar bagaimana Iran menjadi negara berdaulat yang secara terbuka berani
menghadapi barat, bahkan sampai membuat nuklir. Barat terpaksa menggelar
perundingan dengan Iran.
Mengapa sikap para
teroris seperti itu? Semuanya berakar pada sikap ideologis yang menjadi cara pikir
utama para teroris. Mereka dengan sesuka hati membangun cerita sendiri yang
menunjukkan bahwa mereka benar, besar dan hebat. Padahal cuma teroris pengecut,
yang menyerang masyarakat sipil dengan bom!
Bagaimana sikap
para teroris terhadap komunisme? Beda-beda tipis dengan Suharto. Suharto
menunjukkan sikap sangat anti komunis. Ia sampai membuat berbagai aturan dan
serangkaian tindakan untuk menghancurkan komunisme. Semua dilakukan karena
diyakini komunis itu sangat jahat. Namun, dalam praktik untuk memeroleh dan
memertahankan kekuasaan, Suharto menggunkan cara-cara komunis yang keji dan
kejam. Suharto itu secara ideologis sangat anti komunis, tetapi secara praktis
sangat komunis. Begitulah sikap para teroris yang menyatakan diri sebagai
pasukan atau prajurit Allah.
Mereka menggunakan
pertentangan kelas sebagai dasar bagi perjuangannya. Jika Marx si pelopor
komunisme menjelaskan pertentangan kelas antara buruh dengan pemodal, dan
mendorong revolusi dengan kekerasan untuk menghancurkan si pemodal, maka para
teroris memperluas pertentangan kelas
itu. Pertentangan mereka dengan kaum kapitalis penjajah yang rakus, dengan
orang nonmuslim, dengan sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka, dan
dengan siapa saja yang mereka kategorikan sebagai musuh utama.
Mereka melakukan
kekerasan biadab untuk mencapai tujuannya, persis dengan kaum komunis yang
menggunakan semua kekerasan dan kejahatan untuk mencapai tujuannya. Tragiskan,
orang yang menggunakan cara-cara komunis untuk mencapai tujuan menyebut
kekejaman biadab yang dilakukannya sebagai jihad.
Teroris adalah
iblis yang menggunakan cara-cara komunis untuk mencapai tujuannya. Apakah
pantas mereka menyebut diri sebagai pembela Islam dan tentara Allah, serta
menggunakan sebutan mujahidin bagi dirinya? Mungkin yang mereka maksudkan
mujahidin bukanlah istilah positif sebagai orang-orang yang berjihad di jalan
Allah. Tetapi lebih cocok sebagai cara terbaik untuk menggambarkan profil
mereka yaitu muka jahat hati dingin. Hati dingin itu bermakna tidak bernurani
dan berempati.
Itulah sebabnya
mereka bisa seenaknya membunuh siapa saja tanpa kecuali. Dalam kaitan ini
menjadi pertanyaan besar, apakah pantas kelompok orang yang kerjanya membela
para teroris ini menamakan tim pembela muslim. Apakah masih bisa seseorang itu
disebut muslim bila kerjaanya membunuh siapa saja dengan cara-cara keji dan
biadab? Mestinya namanya adalah tim pembela teroris. Jika hendak membela
teroris, mengapa pula membawa-bawa istilah muslim?
Para teroris itu
tampaknya juga tidak dapat membedakan negara, pemerintah dan masyarakat.
Buktinya adalah, mereka menyatakan barat itu rakus, penjajah dan kejam. Barat memang
sejak dulu banyak menjajah negara lain nyaris di seluruh dunia. Penjajah barat
memang rakus dan kejam. Atas dasar itulah mereka kemudian menjadikan orang
barat sasaran serangan biadabnya?
Pertanyaannya,
jika Pemerintahan Amerika Serikat membuat kebijakan yang merugikan sebuah
negara seperti Iraq, apakah otomatis semua masyarakat atau warga negara Amerika
Serikat ikut bersalah dan boleh dibantai? Lihatlah di Indonesia, apakah
masyarakat atau warga negara Indonesia harus ikut bertanggungjawab atas kebijakan
Pemerintahan Suharto yang dengan otoriter mengendalikan dan menguasai negara
Indonesia?
Salah nalar yang keterlaluan
inilah yang terus menerus mereka tunjukkan jika menyerang masyarakat sipil di
seluruh dunia. Sungguh salah nalar yang menjijikkan.
Kalau cara pikir
ini diterapkan pada mereka pasti akan sangat mengerikan akibatnya. Apakah para
teroris itu bisa terima jika keluargnya dibantai sebagai konsekuensi tindakan
si teroris membunuh orang lain? Jika setiap warga negara sebuah negara harus
menanggung akibat dari tindakan negaranya yang salah, bukankah keluarga para
teroris itu seharusnya ikut menanggung akibat atas kejahatan si teroris?
Pastilah nalar
sehat tidak membenarkannya. Orang tidak boleh diminta bertanggung jawab dan
menanggung akibat atas sesuatu yang tidak dilakukannya, atau dilakukan orang
lain, meskipun orang lain itu adalah kelurganya. Seorang warga negara, tidak
boleh menanggung akibat atas perbuatan yang dilakukan negaranya. Mengapa?
Karena warga negara itu belum tentu mendukung pemerintah yang mengelola negara.
Jika ia mendukung pemerintahan, apakah sebagai individu ia memiliki kekuatan
untuk mengarahkan dan menentukan kebijakan pemerintah yang mengelola negaranya?
Itu artinya membunuh warga negara dari negara yang dianggap jahat adalah
kejahatan yang sangat keji.
Tetapi mengapa
para teroris berpikir dengan salah nalar seperti itu? Membantai siapa pun dari
sebuah negara yang mereka sebut penjajah? Bahkan negara yang mayoritas muslim
seperti Indonesia? Itulah bukti nyata betapa lemah akal dan nuraninya, juga
sekaligus menegaskan betapa mereka itu sangat zhalim.
Selain teroris
iblis, kita juga harus mewaspadai para simpatisannya. Jika Anda mengkritisi
peristiwa bom Thamrin dengan konstruksi nalar yang kuat, dan bukti yang akurat,
boleh jadi akan membantu menjelaskan kejadian itu dan mencarikan solusinya.
Namun, dalam masyarakat tidak sedikit orang yang tak bernurani dan sama sekali
tak memiliki empati menjadi simpatisan teroris. Siapa mereka?
Bayangkan, saat
korban bom Thamrin masih meregang nyawa, yang terluka belum kering darahnya dan
yang tewas belum lagi bisa diidentifikasi, muncul sejumlah orang terutama di
media sosial, tanpa bukti secuil pun, hanya bermodal spekulasi melakukan
tindakan mengalihkan kekejian, kekejaman, dan kebiadan para teroris itu dengan
menyatakan peristiwa bom Thamrin adalah pengalihan isu, direkayasa dan pesanan.
Apakah mereka sama sekali tidak dapat merasakan derita para korban dan
keluarganya. Bagaimana jika anggota keluarga mereka yang jadi korban?
Para simpatisan
teroris ini sungguh tak bernurani dan isi otaknya adalah kotoran! Sampai hati
mereka mengalihkan kekejaman dan kebiadaban teroris dengan tuduhan-tuduhan
kosong yang bersifat spekulatif, tanpa secuilpun bukti.
TERORIS YANG
MERUPAKAN IBLIS YANG MENGGUNAKAN CARA-CARA KOMUNIS HARUS DIBANTAI HABIS, JUGA
PARA SIMPATISANNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd