Senin, 22 Februari 2016

INDRA LaGiBerunTung

Lain Ipul, lain Indra Bekti. Ipul diadukan oleh orang tua korban ke Polisi karena melakukan pencabulan sesama jenis. Ipul  dan jadi tersangka. Sedangkan Indra Bekti dilaporkan ke Polisi oleh dua orang pria muda yang merasa menjadi korban pelecehan seksual. Kasusnya masih ngambang, belum ada tersangka dan Indra Bekti tampil membela diri. Membantah melakukan pelecehan seksual, malah melaporkan balik sang korban dengan tuduhan pencemaran nama baik. Indra merasa dirinya adalah korban.

Sementara ini Indra LaGiBerunTung. Tak tahu hari-hari mendatang.

Ada perbedaan besar antara Ipul dan Indra. Ipul telah lama hidup sendiri sejak istrinya wafat. Meski selalu tampak ceria, lucu, dan penuh canda saat tampil di depan publik, boleh jadi ia merasa kesepian. Mungkin Ipul LaGiBeTe saat melakukan pencabulan itu. Jiwanya letih, nyeri dalam sepi. Sepi seringkali mampu mengiris hati dan membuat manusia hilang kendali diri.

Sedangkan Indra memiliki istri dan anak. Meski letih karena pekerjaan yang padat, keluarga bisa menjadi oase untuk melepas letih dan menikmati kehangatan. Kehangatan keluarga adalah jamu alami untuk semua penat yang membebani tubuh dan membutekkan pikiran.

Tetapi kita tidak tahu, apakah para pelapor sungguh mengalami pelecehan seksual yang dilakukan Indra. Kita harus sabar menunggu penyelidikan Polisi.

Bila nanti terbukti benar, sungguh Indra akan mengalami nasib yang lebih buruk dari Ipul. Betapa tidak, ia memiliki istri dan anak. Lebih sulit bagi Indra untuk menjelaskan mengapa pelecehan seksual itu sampai terjadi.

Pencabulan yang dilakukan Ipul sungguh merupakan pengkhianatan terhadap persahabatan, dan merusak hubungan baik dengan penggemar yang semestinya dilindungi. Sebagai publik figur, apa yang dilakukan Ipul menjadi sangat problematis bagi para penggemarnya. Bisa saja dijadikan semacam model untuk ditiru. Jika ini terjadi, maka merupakan pengkhianatan terhadap rasa percaya.

Namun, bila tuduhan terhadap Indra benar, keadaannya akan lebih mengerikan dibandingkan Ipul. Karena selain apa yang dilami Ipul seperti diuraikan di atas, masih ditambah serangkaian pengkhianatan. Pengkhianatan terhadap cinta, kesetiaan, istri, anak, keluarga, dan keluarga besar istri.

Inilah tragedi manusia. Semua manusia, kita semua, bisa alami seperti yang Ipul dan Indra alami.

Manusia ditakdirkan gampang tergoda dan terjatuh. Model utamanya adalah manusia pertama Adam.

Berbeda dengan semua manusia, Adam diciptakan langsung oleh Allah dengan proses yang tak pernah lagi terjadi sesudahnya. Adam itu sangat spesial. Ia mendapat kesempatan untuk merasakan secara langsung ketundukan Malaikat. Karena ia makhluk yang spesial.

Namun, ia kehilangan kendali diri. Melanggar apa yang dilarang. Tidak berlebihan jika ada yang berpendapat bahwa melanggar apa yang dilarang melekat dalam diri manusia. Bawaan alamiah dari moyangnya, Adam.

Ada perbedaan dengan iblis. Iblis menolak mengikuti perintah Allah untuk tunduk pada Adam. Sedangkan Adam melanggar larangan Allah. Meskipun akibatnya sama yaitu mendapatkan hukuman yaitu terusir dan jatuh. Tetapi hakikatnya berbeda.

Perintah adalah sesuatu yang harus ditaati. Larangan adalah sesuatu yang harus dihindari.

Untuk menjalankan perintah mengharuskan sikap tunduk patuh tanpa syarat. Tunduk total. Tidak ada tetapi. Tak ada tawar menawar. Hanya ada dua alternatif,  taat atau tidak taat. Tidak ada pilihan ketiga. Ada daya paksa dalam perintah. Malaikat diperintah Allah tunduk pada Adam, mereka taat atau patuh. Sedangkan yang tidak menuruti perintah Allah adalah pembangkang, tidak patuh, iblis. Konsekuensinya hukuman berat, terusir selamanya dari surga. Iblis yang melanggar perintah disebut kafir.

Dalam ketentaraan tidak patuh pada perintah merupakan pelanggaran sangat berat. Tidak taat pada perintah bisa menyebabkan kekalahan dalam perang, resikonya sangat besar.

Karena itu perintah terasa lebih berat daripada larangan. Dalam agama, perintah bersifat mutlak. Tidak menjalankan perintah adalah pelanggaran berat, dosa besar, menjadi kafir. Dalam Islam, fondasi utamanya disebut rukun Iman yaitu perintah untuk percaya pada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab Suci, Hari Akhir, Qada dan Qadar atau Takdir. Rukun Iman ini diikuti oleh rukun Islam yaitu perintah untuk mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bila mampu. Karena berupa perintah, mutlak diyakini, mutlak dilaksanakan. Tak ada tawar menawar. Perintah puasa Ramadhan, jika tidak dapat dilaksanakan karena ada halangan yang memang ditoleransi, seperti sakit, wajib diganti.

Larangan tidak demikian halnya. Larangan adalah upaya keras untuk menghindari atau menjauhi. Adam dilarang mendekati pohon. Ia diberi kesempatan untuk mempertimbangkan, memikirkan baik buruknya, ada lebih banyak kebebasan untuk mempertimbangkan dan memilih. Saat Adam melanggar larangan itu, ia dihukum dan terusir dari surga. Ia tidak disebut kafir, tetapi lalim. Lalim derajat kesalahannya tidak seberat dan sedahsyat kafir.

Manusia dilarang mendekati zina, bila larangan itu dilanggar, manusia mendapat dosa besar. Sangat berbeda jika manusia menjadi musyrik yaitu melawan perintah untuk hanya taat pada Allah, atau melakukan kemusrikan. Dosanya besar dan tidak diampuni. Perintah memang berbeda dari larangan. Adam menunjukkan bahwa Ia melanggar larangan, meski dosanya besar, tetapi taubatnya diterima.

Inilah hakikat manusia. Ia gampang melanggar larangan. Namun, selalu terbuka kesempatan bagi pertaubatan.

Adam melanggar larangan, ia dihukum. Namun, setelah bertaubat ia  berkesempatan berbuat baik dan diterima kembali. Kembali ke surga, kampung halaman asli manusia baik.

Begitulah sikap kita terhadap siapa pun yang melanggar larangan seperti Ipul dan siapa pun juga. Siapa pun yang melanggar larangan harus mendapat hukuman yang adil. Setelah itu harus diberi kesempatan untuk menjadi baik kembali melalui pertaubatan.

Dalam konteks inilah biasa dikatakan bahwa membuat kesalahan, melakukan pelanggaran adalah manusiawi. Tentu saja ungkapan ini tidak dimasudkan untuk membela dan membenarkan kesalahan manusia. Tetapi untuk menekankan bahwa manusia bukanlah makhluk suci yang bebas dari kesalahan. Kesalahan merupakan keniscayan bagi manusia.

Namun, dalam hidup tiap manusia memiliki cerita yang berbeda, nasib yang tidak selalu sama. Terutama saat melakukan kesalahan. Lihatlah apa yang terjadi pada Ipul dan Indra.

Bagi orang beriman, persoalannya menjadi sangat berbeda. Orang beriman menyadaRi bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan, balasan kebaikan, dan kesalahan serta kejahatan akan berbuah kesalahan dan kejahatan. Balasan bagi kebaikan dan kejahatan tunduk pada hukum keadilan. Meski bisa saja manusia lolos dari hukuman di dunia ini setelah berbuat kesalahan atau kejahatan. Namun ia pasti menghadapi pengadilan Illahi yang pasti adil.

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN TAK PERNAH BISA MENGUAP MENJADI KETIADAAN, KEDUANYA PASTI DIBALAS DENGAN ADIL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd