Minggu, 28 Februari 2016

MENELADANI TUYUL

Sebagian masyarakat kita percaya bahwa tuyul itu ada. Tuyul adalah makhluk tak kelihatan yang diyakini piawai mengambil uang orang dengan cara yang tidak terdeteksi sama sekali. Tidak meninggalkan jejak, karena itu selalu berhasil.

Tuyul digambarkan seperti anak kecil botak yang sama sekali tidak mengenakan pakaian. Mirip pemeran utama film kartun  Casper yang menggemaskan.

Diyakini tuyul sengaja dipelihara orang tertentu untuk memeroleh kekayaan dengan cara yang licik, licin, dan instan. Tentu saja sang pemelihara harus mengorbankan sesuatu untuk bisa menggunakan jasa tuyul.

Tentu saja, sebagaimana makhluk astral seperti jin, syetan, malaikat dan sejenisnya, tuyul selalu menimbulkan kontroversi. Keberadaannya sulit dibuktikan. Dasarnya adalah keyakinan. Biasanya orang percaya pada keberadaan tuyul karena pernah menjadi korban atau mengetahui ada korban.

Ada sesuatu pada tuyul yang tampaknya bisa diteladani oleh manusia. Sudah pasti keteladanan itu dilakukan untuk berbuat baik, tidak untuk berbuat jahat sebagaimana yang dilakukan tuyul.

Tuyul bekerja sangat efektif. Tidak terlihat, tidak berbicara, tidak bikin heboh, tidak merusak, namun hasilnya nyata. Jika manusia bisa berbuat baik dengan cara yang biasa digunakan tuyul itu alangkah indahnya.

Bila kita cermati teks-teks kitab suci agama apapun, manusia selalu diingatkan bahwa perbuatan baik yang telah mereka lakukan menjadi kurang atau bahkan tidak bermakna atau gugur pahalanya karena orang yang berbuat baik itu bersikap riya. Menceritakan, menunjukkan, membanggakan semua perbuatan baiknya pada semua orang.

Mereka yang berbuat baik itu ingin semua orang tahu bahwa ia telah berbuat baik. Dengan demikian akan terlihat bahwa ia adalah orang baik, dermawan, dan peduli pada sesama.

Contoh-contoh memamerkan kebaikan itu sangat banyak. Beberapa waktu lalu kita melihat sejumlah orang yang berambisi menjadi Gubernur DKI Jakarta ramai-ramai datang ke Kalijodo menunjukkan perhatiannya pada rakyat kecil yang akan digusur. Namun, kebanyakan kita meragukan ketulusan perbuatan baik dan perhatian yang diberikan. Sebab kedatangannya ke Kalijodo diiringi puluhan awak media. Mengapa tidak datang tanpa diikuti awak media? Sangat tampak kehebohan dan publikasinya. Namun sangat tidak jelas hasilnya.

Di beberapa tempat sedang ngetrend cara mengumpulkan dana pembangunan tempat ibadah dengan mengumumkan nama penyumbang lewat mikrofon. Persis seperti lelang barang. Tampaknya cara seperti itu telah berhasil membuat banyak orang berlomba-lomba menyumbang. Ada rasa bangga karena namanya disebutkan. Kesannya yang bersangkutan bukan sedang berbuat baik, tetapi memamerkan kebaikan pada sebanyak mungkin orang. Padahal ada  prinsip berbuat baik yang benar yaitu bila tangan kanan berbuat baik, tangan kiri jangan tahu.

Mengatasi kebiasaan buruk berbuat baik seperti ini, mungkin ada baiknya kita meneladani cara kerja tuyul. Berbuat dan menghasilkan dengan cara diam-diam, "tersembunyi" dalam arti tidak menonjolkan diri, dan hasilnya jelas. Tidak pakai heboh dan publikasi.

Memang tidak mudah berbuat baik dengan ketulusan. Selalu saja ada godaan untuk menunjukkan kebaikan itu. Tak ada salahnya kita meneladani tuyul, tentu untuk berbuat baik.

KITA BISA BELAJAR DARI SIAPA SAJA, BAHKAN DARI TUYUL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd