Ada suasana mirip di Kolombia. Bandar narkoba berani melawan polisi. Bahkan sampai menewaskan polisi. Mengapa para bandar narkoba jadi seberani itu?
Banyak alasan yang mendorong keberanian itu. Bisnis narkoba menghasilkan uang yang luar biasa jumlahnya. Mereka yang telah menikmatinya tidak mau kehilangan kesempatan untuk terus mendapatkannya. Apapun mereka lakukan untuk keuntungan yang sangat besar itu. Termasuk melawan, menyerang dan membunuh Polisi.
Mungkin sebagian bandar itu merasa bahwa tindakan terhadap mereka dirasa terlalu ringan. Tidak tegas dan keras. Hukuman mati untuk para bandar besar narkoba yang sudah mulai dilaksanakan tiba-tiba terhenti. Kita tak tahu persis apa sebabnya.
Para bandar yang ditahan di berbagai lembaga pemasyarakatan tetap bisa mengendalikan bisnis narkoba besar-besaran dari dalam penjara. Pastilah keleluasaan ini mendapat dukungan oknum aparat.
Bisa saja oknum aparat penegak hukum memang ikut bermain, baik sebagai pelindung atau pemain langsung. Paling tidak hukuman mati bagi oknum Polisi yaitu Aiptu AL beserta istrinya karena jadi bandar sabu-sabu, membuktikan itu.
Ternyata bukan hanya oknum Polisi, oknum TNI pun ada yang terlibat. Setidaknya penangkapan beberapa orang di Perumahan Kostrad Tanah Kusir Jakarta membuktikan itu. Ada pula seorang oknum TNI yang merupakan perwira menengah dicokot di Taman Mini Indonesia Indah karena membawa seribu pil ekstasi. Berikutnya Mayor JS ditangkap di Apartemen Kalibata City sebagai pengedar narkoba.
Boleh jadi para bandar ini semakin berani karena merasa jaringan mereka telah sangat besar dan tersebar, serta melibatkan berbagai orang yang tergolong penting dan menentukan. Orang-orang penting dan menentukan itu tidak semuanya sebagai pemain, sebagian besar adalah pemakai.
Meskipun sebagian besar dari pemakai yang jumlahnya sudah melampaui lima juta orang adalah para remaja atau ABG. Namun, tidak jarang orang penting juga tertangkap tangan saat pesta narkoba atau membawa narkoba.
Dua pejabat Setneg ditangkap karena narkoba yaitu BM, Kabiro Agama Setneg, dan TMM yang mengurusi undang-undang. Sementara itu anggota DPRD Kota Tangerang P ditangkap Polisi saat bertransaksi sabu-sabu. Di Jawa Tengah ada 6 anggota DPRD terjerat narkoba selama 2010-2011. Tak ketinggalan Prof. M Wakil Rektor Unhas. Ini hanya sebagian kecil yang bisa disebutkan.
Banyaknya orang penting yang terlibat narkoba pastilah membuat para bandar semakin percaya diri. Tidak mengherankan bila mereka semakin berani. Akibatnya narkoba semakin tersebar meluas dengan pemakai yang semakin banyak.
Tidak berlebihan bila wacana darurat narkoba semakin ramai dibincangkan. Persoalan pokoknya adalah tindakan nyata apa yang harus segera dilakukan untuk melakukan perang total terhadap narkoba? Mengapa perang total? Karena tindakan yang selama ini dilakukan belum berhasil mengurangi pemakai dan penyebarluasan narkoba.
Kita perlu dengan cermat mempelajari apa yang dilakukan Kolombia. Dalam jangka yang sangat lama kartel-kartel narkoba tidak dapat dikalahkan, meski tindakan keras telah dilakukan. Strategi diubah dengan lebih banyak melakukan operasi intelijen. Hasilnya sangat mengejutkan, karena banyak petinggi, terutama yang terkait dengan penegakan hukum menjadi bagian dari kartel narkoba. Seluruh jaringan yang melibatkan para petinggi itu dibongkar habis oleh pasukan khusus yang salah satu hasilnya adalah menghabisi tokoh paling berpengaruh Escobar.
Memang sangat tidak mudah membongkar dan menghancurkan jaringan kartel Escobar. Karena jaringannya sangat luas dan ia menempatkan orang bahkan di markas besar penegak hukum dan nyaris pada banyak posisi penting pemerintahan. Itulah sebabnya banyak penegak hukum yang tewas dalam perang melawan kartel Escobar.
Mengapa begitu banyak orang yang terlibat, bahkan orang-orang penting? Narkoba merupakan bisnis dengan penghasilan tidak terhingga. Dulu kran dan peralatan yang ada di kamar mandi Escobar terbuat dari emas. Itu menunjukkan betapa dahsyatnya uang yang dihasilkan oleh bisnis narkoba. Para bandar itu tahu bahwa oknum penegak hukum pada tingkat manapun bisa digoda dengan uang yang jumlahnya sangat fantastis itu.
Tidak mengherankan bila para bandar itu merasa tidak takut. Apalagi jika bandarnya merupakan bagian dari jaringan internasional yang mampu menyediakan semua jenis narkoba. Termasuk yang belum masuk daftar narkoba yang terlarang.
Bila di Amerika Latin bandar narkoba itu mampu membangun jaringan sampai ke dalam pemerintahan, merekrut orang-orang penting, apakah mungkin di Indonesia hal yang sama mungkin terjadi. Bahwa lima puluh persen peredaran narkoba dikendalikan dari dalam penjara, rasanya mungkin saja. Bagaimana orang di dalam penjara bisa menggunakan akat-akat canggih untuk berkomunikasi dengan orang di luar penjara jika tidak mendapatkan bantuan oknum aparat?
Sungguh bandar narkoba merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi dengan cara-cara yang tidak biasa. Oleh karena itu,
PERANG TOTAL MELAWAN NARKOBA TIDAK CUKUP DENGAN KEBERANIAN BERLEBIH, HARUS DILENGKAPI STRATEGI YANG CANGGIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd