Spiderman bukan sekadar jagoan. Tetapi pahlawan sebagaimana Superman, Iron Man, Batman, Cat Woman, Ice Man dan jagoan-jagoan lain. Mereka pembela kebenaran, bekerja keras melawan penjahat yang mengganggu dan menyusahkan manusia. Sebagai jagoan dan pahlawan mereka dipuja dan dielu-elukan banyak orang. Menjadi idola, diperhatikan, dan dibincangkan. Semua orang ingin dekat dan mendapatkan perhatian mereka.
Namun, sudah merupakan takdir para jagoan dan pahlawan. mereka hanya dikenal sebagai jagoan dan pahlawan. Orang hanya mengenal nama dan bisa melihat topeng yang mereka kenakan. Tak ada yang tahu siapakah sesungguhnya para jagoan dan pahlawan itu dalam hidup keseharian.
Ada ironi dan paradoks sekaligus dalam tampilan para jagoan dan pahlawan itu. Boleh jadi tampilan mereka sebenarnya secara tidak sadar menggambarkan nasib dan sisi hidup mereka yang paling dalam.
Wajah yang merupakan tanda khas keberadaan manusia sebagai individu ditutupi dengan topeng. Sedangkan pakaian dalam yang seharusnya disembunyikan di dalam pakaian justru ditampilkan dan bisa dilihat semua orang. Menampakkan apa yang seharusnya disembunyikan, dan menyembunyikan apa yang seharusnya ditampakkan. Kita tak tahu dengan pasti apa maknanya.
Mungkin pesannya begini, meski kamu bisa lihat celana dalamku yang merupakan benda yang sangat pribadi bagiku, tetapi kamu tidak akan pernah mengenal siapakah aku sebenarnya. Bolehlah kamu tahu secuil dari rahasiaku, namun kamu tak akan pernah tahu siapakah aku. Karena jagoan dan pahlawan sejati tidak boleh diketahui siapakah dia sebenarnya. Agar dia bisa tetap objektif dan tulus menjalankan tugasnya sebagai jagoan dan pahlawan. Pahlawan yang sesungguhnya berjuang dan menyabung nyawa tanpa pamrih. Karena itu, kamu boleh lihat celana dalamku tetapi, tak pernah dan tak akan pernah melihat wajahku. Inilah prinsip pahlawan sejati.
Bukan pahlawan kesiangan atau kesorean yang misalnya tiba-tiba muncul di Kalijodo saat mau direlokasi dan menunjukkan keberpihakan pada rakyat kecil. Selama ini, para pahlawan kesiangan itu ke mana saja? Datang dengan membawa serta awak media. Maaf, orang seperti itu tak lebih dan tak kurang adalah para manipulator kesengsaraan rakyat kecik, tetapi tak pernah bisa memberikan solusi nyata. Hanya gagah-gagahan dan sok berempati! Datang, jadi berita dan pergi.
Pahlawan sejati tidak begitu. Mereka tampil membela siapa pun, bukan untuk gagah-gagahan dan mencari perhatian. Apalagi agar dipilih jadi gubernur. Pahlawan sejati bekerja dan berjuang tanpa pamrih, karena itu ia tidak mau dikenal dan mengenakan topeng.,dengan begitu tetap amanah dan jujur.
Namun, pahlawan sejati seperti Spiderman adalah manusia. Dia bukan Gatot Katja yang berotot kawat, bertulang besi, dan berkulit metal. Spiderman sama seperti semua manusia saat ia tidak mengenakan atribut sebagai Spiderman. Ia manusia darah daging, otot, syarat seperti kita. Karena itu seperti kita semua, ia juga rentan.
Bisa terluka hatinya. Bisa merasa kurang diperhatikan, diremehkan, dikucilkan dan menghadapi sepi yang nyeri dan sangat melukai. Saat seperti ini Spiderman merasa sepibenermen.
Tak ada yang mampu bertahan menghadapi dan terperangkap dalam sepi. Sepi dalam waktu yang singkat bisa menjadi oase, memberi kesempatan bagi kita untuk merenung dan menukik ke dalam diri sendiri. Memasuki relung hati untuk mencari berbagai kesalahan dan kelemahan manusiawi yang bisa diperbaiki dan dipebarui. Inilah saat refleksi, saat teduh untuk mengisi energi, menghadapi hidup yang penuh liku dan misteri.
Namun, bila sepi terus menghantui dalam jangka panjang, ia bisa mengiris hati dan menyudutkan kita pada mati. Sepi seperti ini membuat manusia hilang kendali dan selalu terbawa arus emosi.
Saat sepi dibumbui keletihan hati karena pekerjaan yang memberati atau hidup yang terasa makin tak pasti, kehidupan keluarga yang dipenuhi onak duri, harapan yang tak terpenuhi, dan para karib menjauhi. Sepi benar-benar mengunci mati hati. Terasa hidup sangat tidak berarti.
Mengapa bisa begitu tragis? Karena hakikinya manusia bukan sekadar makhluk individual. Manusia adalah individu yang berada dalam sosialita. Sosialita bukanlah perangkap bagi individu. Tetapi melekat dalam kehidupan individual. Sosialita meneguhkan keberadaan kita sebagai individu.
Karena itu manusia butuh berinteraksi dan berkomunikasi. Interkasi dan komunikasi memungkinkan manusia untuk peduli, berempati dan berbagi. Dalam berbagi manusia sebenarnya memaknai keberadaannya sebagai individu. Artinya hidupnya memberi makna bukan saja bagi diri sendiri, juga orang lain. Apalah artinya keberadaan manusia sebagai individu jika tidak memberi manfaat dan makna bagi sesama?
Dalam sosialita itulah kita meneguhkan keberadaan sebagai manusia. Namun dalam konteks sosialita itulah potensi kesepian sangat besar. Karena dalam sosialita itulah muncul rasa kurang diperhatikan, diabaikan, dikhianati, dan ditinggalkan. Kondisi sepibenermen adalah keniscayaan dalam sosialita. Semua kita pernah mengalaminya. Tak terkecuali terjadi juga pada Spiderman. Karena itu sejatinya
PAHLAWAN ADALAH MEREKA YANG MAMPU KONSISTEN PEDULI, BEREMPATI DAN BERBAGI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd