Berjalan di gang-gang sempit pecinan
Glodog, di jalan Kemurnian Petak Sembilan dan sekitarnya, ada rasa tidak nyaman
melihat rumah-rumah yang padat dan cenderung tidak teratur. Yang paling membuat
tidak nyaman adalah pagar rumah. Semua rumah di sekitar sini memiliki pagar
besi yang lebih kokoh dan rapat bahkan dibandingkan dengan penjara Cipinang.
Tampaknya orang-orang yang tinggal di sini secara sadar dan sengaja memenjarakan
dirinya dengan pagar yang kokoh dan rapat demi rasa aman. Bisa jadi mereka aman
dari maling, tetapi bila terjadi kebakaran pastilah mereka bisa jadi barbekiu,
manusia panggang.
Pagar kokoh, rapat dan kuat tidak hanya
terdapat di pecinan Glodok. Kompleks rumah mewah di Pluit, Kelapa Gading dan
Sunter yang penghuninya mayoritas etnis China juga berciri sama, pagar berlapis
dan satpam yang berjejer sejak gerbang masuk kompleks sampai di jalan-jalan
dalam kompleks. Di mana pun pecinan memang begitu.
Tampaknya kebanyakan etnis China
membangun rasa aman dengan membangun tembok atau pagar. Itulah sebabnya mereka
membangun Tembok Besar yang terpanjang di dunia. Tembok Cina sangat terkenal
karena kokoh, kuat dan panjang. Dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk
membangunnya, tentu dengan biaya ekonomi, sosial, politik, dan kemanusiaan yang
sangat besar.
Mengapa Cina sebagai negara yang kuat
dengan bala tentara yang hebat dan pernah melahirkan ahli strategi perang
paling berpengaruh di dunia, harus membangun tembok untuk menjamin rasa aman?
Lucunya, kebanyakan orang China sampai hari ini, di mana pun mereka tinggal,
melakukan hal yang sama. Membangun tembok atau pagar kokoh untuk menjamin rasa
aman. Begitu mahal, bermakna dan penting rasa aman itu rupanya. Rasa aman
memang merupakan keniscayaan bagi kehidupan manusia yang normal. Persoalannya
adalah, apakah rasa aman hanya dan harus dibangun dengan cara membangun tembok
yang tinggi, kokoh-kuat, dan rapat?
Lain Cina, lain pula Mesir. Raja-raja
dan masyarakat kelas atas Mesir zaman dahulu tidak merasa perlu membangun
tembok seperti di Cina untuk menjamin keamanan negeri dan rakyatnya. Mereka
justru menghabiskan banyak biaya untuk membangun piramida. Piramida merupakan
kuburan bagi para raja Mesir. Tampaknya para raja itu membutuhkan tempat aman
bukan untuk kehidupan di dunia, tetapi bagi kehidupan di seberang kematian.
Itulah sebabnya, piramida itu bukan
saja kokoh dan timggi, tetapi juga dibuat jalan berliku penuh jebakan untuk
sampai ke pemakaman para raja. Harus dipastikan bahwa setelah mati, para raja
itu sungguh-sungguh aman, tak dapat diganggu oleh siapa pun. Orang mati
ternyata juga butuh tempat yang aman.
Dalam budaya dan arsitektur Islam tidak
pernah ada bangunan yang menyamai Tembok Cina dan Piramida. Islam tidak
membutuhkan bangunan kayak gitu. Dalam Islam yang berkembang adalah bangunan
Masjid yang terbuka, gampang dimasuki dan biasanya tidak berpagar seperti
masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Harram di Makkah. Yang tinggi adalah
menaranya karena berfungsi untuk memanggil manusia agar melakukan shalat.
Dalam Islam rasa aman antara lain
dibangun melalui puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan memberi kesempatan bagi yang
melaksanakannya untuk merasa lebih dekat dengan Allah, Tuhan Penguasa alam
semesta. Kedekatan dengan Allah pastilah dapat memberikan rasa aman, bukan saja
di dunia juga di akhirat. Puasa Ramadhan mendorong agar semua orang beriman mau
berbagi dengan saudara-saudaranya yang membutuhkan. Berbagi bukan saja
meningkatkan silaturahmi, tetapi sekaligus meningkatkan rasa saling percaya dan
saling menjaga. Karena itu dalam Islam diyakini bahwa sedekah dan sejenisnya
adalah penjaga keselamatn bagi orang yang melaksanakannya. Islam, melalui puasa
Ramadhan, mengembangkan sistem keamanan yang hakiki, manusiawi dan berjangka
panjang. Puasa Ramadhan membangun kebersamaan secara empatis, karena semua
orang yang berpuasa merasakan apa maknanya lapar dan haus. Atas dasar mengalami
dan menghayati secara langsung itu, orang yang berpuasa harus berbagi dengan
sesama. Inilah pondasi rasa aman yang kokoh-kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd