Apa yang menarik dari permainan Angry
Birds sehingga menjadi sangat populer bagi semua usia, di seluruh dunia? Setiap
orang bisa memberikan alasan yang berbeda. Mungkin ada yang tertarik pada
bentuk burungnya yang imut. Boleh jadi ada yang tidak bisa melupakan suaranya
yang menggemaskan. Sejumlah orang menikmati kelucuannya. Tidak sedikit yang
penasaran pada tantangnnya yang semakin tinggi tingkatnya menjadi semakin
sulit. Tantangan yang semakin meningkat, gambar yang penuh warna, kelucuan
berbagai bentuk yang ditampilkan dan suara yang menggemaskan memang menjadi
daya tarik yang luar biasa. Keseluruhannya membuat Angry Birds sangat populer.
Terdapat aturan dalam Angry Birds yang
harus diikuti oleh semua yang memainkannya yaitu: Anda bisa melanjutkan ke
tingkat yang lebih tinggi jika menghancurkan sampai tuntas semua musuh. Ada
aturan tambahan, Anda bisa mendapatkan tiga bintang, jika cara Anda
menghancurkan semua sasaran dilakukan dengan tepat, akurat, dan benar-benar
tidak menyisakan apapun. Rasanya banyak orang yang bermain Angry Birds kurang
puas jika naik peringkat saja, tetapi hanya mendapat satu bintang. Semuanya
menginginkan naik peringkat dengan tiga bintang! Ini bermakna, hancurkan
sasaran sampai tuntas dengan tepat dan akurat. Orang Jawa bilang tumpas kelor.
Tak ada sisa sama sekali. Bersikap tegas dan keras terhadap lawan.
Bisa jadi, bangsa ini begini terus
keadaannya karena kita tidak pernah berani bersikap tegas terhadap berbagai
kesalahan, korupsi, kejahatan, dan orang-orang munafiq, manusia bendera yang
hidup sekedar mengikuti arah angin, dan para dajjali yaitu orang-orang yang
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Ini bermakna tidak brani
bersikap seperti yang ditunjukkan Angry Birds. Kita seharunya Angry kepada
semua kejahatan, korupsi dan para dajjali. Dan tidak ragu menghabistuntaskan
semuanya, tanpa bekas.
Toleransi atau sikap tepo sliro yang
selama ini ditunjukkan terhadap kejahatan, korupsi dan para dajjali adalah akar
dari praktik jual beli perkara dan keadilan, politik memilih tikus dalam
karung, jual beli gelar akademik, jual beli jabatan, jual beli suara, dan semua
transaksi gelap yang telah merugikan negara bangsa dalam semua aspek kehidupan.
Secara sederhana bisa dikatakan, kita terlalu baik dan manusiawi terhadap
kejahatan dan para penjahat. Terutama penjahat kelas kakap yang nyata-nyata
merugikan rakyat dan negara. Itulah sebabnya para koruptor yang ditangkap KPK
bisa mengumbar senyum sumringah saat diwawancarai para wartawan. Mereka selalu
bersikap dan ngotot mengatakan tidak bersalah, meski sudah divonis.
Anehnya, kita bisa sangat Angry dan
kejam kepada kejahatan dan penjahat kecil-kecilan yang melakukan kejahatan
untuk sekedar mempertahankan hidup karena kemiskinan akut. Lihatlah ormas yang mengatasnamakan
agama yang memberangus penjual minuman keras pinggir jalan, tapi tak berbuat
apa-apa terhadap pabrik minuman keras yang memproduksi jutaan botol minuman
keras setiap tahun. Penegak hukum yang bekerja sangat cepat serta menahan
pengutip buah di kebun orang, tapi menjadi lambat bertindak saat anak seorang
menteri koordinator menabrak orang sampai mati.
Kita seringkali menjadi Angry Birds
untuk kejahatan-kejahatan dan penjahat-penjahat kecil, tapi toleran terhadap
para dajjali yang merusak negara bangsa ini. Inilah salah satu penyebab mengapa
bangsa ini seperti berjalan di tempat, bahkan mundur dalam upaya membangun
peradaban unggul.
Toleransi terhadap kesalahan dan
kejahatan, apalagi kesalahan dan kejahatan besar dan fundamental memberikan kesan
bagi semua orang, terutama generasi muda, bahwa kejahatan itu biasa alias
normal-nornal saja. Bahkan bisa jadi, kejahatan dianggap sebagai bagian dari
metabolisme dan reproduksi untuk mencapai tujuan apapun.
Coba kita renungkan sejenak, mengapa
kebanyakan suporter sepak bola kita selalu mengamuk, bahkan saat kesebelasan
yang didukungnya menang? Ada ahli yang menyatakan, kemarahan itu adalah
ekspresi rakyat yang merasa sangat tertindas dan marah kepada pemerintah yang
gagal. Namun, karena tidak memiliki kebranian melawan secara langsung, maka
kemarahan yang brutal itu merupakan kompensasinya. Bisa saja analisis itu
benar. Tetapi mari kita lihat kejadiannya secara lebih empiris, berdasarkan
data lapangan yang langsung bisa diamati oleh siapa pun.
Pada umumnya para suporter itu
mengendarai motor atau kendaraan umum seperti bis dan metromini menuju stadion.
Terkadang mereka naik kereta api. Dalam perjalanan itu mereka dengan sengaja
melanggar peraturan dengan cara menaiki motor lebih dari dua orang dan tidak
memakai helm. Jika dengan bus atau metromini, mereka sengaja duduk di atas
atap, biasanya membawa bendera kesebelasan yang didukung sambil meneriakkan
yel-yel dan bernyayi. Sementara yang menggunakan kereta api, mereka naik di
atas atap kereta api dan tidak membayar. Kebanyakan Polisi membiarkan mereka.
Jarang yang mengambil tindakan tegas untuk melarang mereka dan menegakkan
aturan. Pembiaran ini memunculkan kesan bagi para suporter itu bahwa jika
mereka beramai-ramai melanggar hukum pasti dibiarkan. Kesannya penegak hukum
tidak brani pada mereka. Saat di stadion
atau pulang dari stadion, jumlah mereka bertambah dan semakin banyak, maka rasa
takut itu makin hilang, mereka makin brutal dan tak terkendali sama sekali.
Pembiaraan, tidak adanya ketegasan dalam menegakkan aturan dan hukum adalah
akar dari anarki. Keadaannya pasti menjadi lain sama sekali bila Polisi sejak
mula, saat mereka berkendara sudah bertindak tegas. Para suporter itu akan
berfikir panjang untuk melakukan pelanggaran dan anarki. Hal yang sama tejadi
pada tawuran pelajar. Pelajar yang tawuran itu seenaknya merusak fasilitas umum
di tempat mereka tawuran. Ini semua terjadi karena dominannya pembiaran. Di
daerah Prumpung, anak sekolah itu kini tak brani lagi tawuran si situ. Sebab
masyarakat Prumpung bersikap tegas dengan menyerbu anak-anak itu dengan jumlah
orang yang lebih banyak. Sikap tegas dan keras masyarakat Prumpung membuat anak
sekolah itu tidak lagi brani tawuran di daerah itu. Sikap tegas dan keras
memang harus diterapkan menghadapi anarki, kejahatan, korupsi, dan para
dajjali. Karena itu tak ada salahnya kita belajar dari Angry Birds bahwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd