Sungguh ini negara mengerikan, negara
teror. Polisi bisa ditembak kapan dan di mana pun. Di pinggir kota, bahkan di
tengah kota. Di pusat keramaian saat orang dan kendaraan masih ramai lalu
lalang. Bila polisi saja bisa ditembak sampai tewas, apalagi masyarakat biasa.
Kengerian itu bertambah parah karena
penembakan polisi sebelumnya belum juga terungkap siapa pelakunya. Ini semacam
ironi, betapa Densus 88 yang sangat hebat memburu para teroris, kali ini
tampaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menangkap pelakunya. Sampai-sampai
Kapolri membentuk tim khusus untuk memburu para pelaku. Sungguh ini ujian yang
luar biasa bagi polisi kita.
Anehnya, bila pada penembakan
sebelumnya polisi segera menyebut pelakunya para teroris. Kali ini polisi
buru-buru mengumumkan ini kriminal murni. Kita tidak tahu mengapa bisa seperti
ini? Apakah polisi tidak terlalu tergesa-gesa membuat kesimpulan? Karena bisa
saja pelakunya sama atau dari kelompok yang sama, meskipun senjata yang
digunakan berbeda.
Penembakan kali ini memang bisa
menimbulkan banyak tafsir dan spekulasi. Karena polisi itu ditembak di depan
kantor KPK. Ada apa gerangan? Apakah ini sengaja atau kebetulan? Tak seorang
pun yang bisa menjawabnya sampai pelakunya ditangkap.
Bisa jadi ini upaya untuk pengalihan
isu. Bukankah KPK sekarang ini sedang menggarap kasus-kasus korupsi yang
melibatkan tokoh dari lingkar dalam kekuasaan. Penembakan ini paling tidak
menggeser sementara pemberitaan tentang kasus Hambalang, Century, dan SKK Migas
yang sedang sangat serius ditangani KPK.
Boleh jadi ini semacam peringatkan
kepada KPK agar hati-hati. Semacam tindakan menakut-nakuti KPK. Pesannya
mungkin begini. Kami bisa menembak mati polisi di depan kantor anda. Apa
sulitnya menembak anda yang berada di dalam? Atau pesannya adalah, kami semakin
mendekati anda KPK, awas!
Tentu saja kejadian ini bisa punya
kaitan dengan ketidakpuasan KPK atas vonis terhadap seorang jenderal polisi.
KPK berniat naik banding. Mungkinkah ini sebuah peringatan agar KPK tidak bertindak
lebih jauh? Namun, bisa juga pesannya justru sebaliknya yaitu, ayo KPK
lanjutkan, mengapa hanya satu orang jenderal polisi yang dieksekusi. Ini kami
tunjukkan bahwa polisi yang bersalah memang harus dieksekusi, apa pun pangkat
dan jabatannya.
Penembakan di depan gedung KPK bisa
saja tidak ada kaitan dengan KPK sama sekali. Para pelaku hanya mau buktikan
negara ini sama sekali tidak aman. Penguasa yang kini nangkring di pucuk
kekuasaan tidak becus ngurusin negara ini, karena itu jangan dipilih lagi
partai atau siapa pun yang dekat dengannya. Jadi, penembakan ini ada kaitannya
dengan pemilu yang akan datang.
Apa pun motif, dan pesan dari pelaku,
satu hal yang sangat jelas. Mereka tidak sedang iseng. Penembakan ini dilakukan
oleh orang atau kelompok yang cerdas, brani dan terlatih. Bisa saja kan mereka
menembak polisi itu di tempat lain yang lebih sunyi dan aman bagi mereka.
Tetapi keputusan untuk menembaknya di depan gedung KPK yang relatif ramai
pastilah bukan kebetulan. Paling tidak mereka mau menarik perhatian, entah
pehatian siapa. Bahwa kejadian sangat cepat dan mereka tidak teridentifikasi,
menunjukkan penembakan ini direncanakan secara rapi dan terukur. Bahwa yang
ditembak seorang polisi, bukan tukang ojek, juga menegaskan mereka serius menebarkan
rasa takut.
Karena itu pengungkapan kasus
penembakan polisi menjadi ujian sangat serius bagi institusi kepolisian. Karena
KITA TAK DAPAT HIDUP TENANG DALAM
TEKANAN TEROR!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd