Kamis, 26 September 2013

POLISI DITEMBAK (LAGI)



Sungguh ini negara mengerikan, negara teror. Polisi bisa ditembak kapan dan di mana pun. Di pinggir kota, bahkan di tengah kota. Di pusat keramaian saat orang dan kendaraan masih ramai lalu lalang. Bila polisi saja bisa ditembak sampai tewas, apalagi masyarakat biasa.

Kengerian itu bertambah parah karena penembakan polisi sebelumnya belum juga terungkap siapa pelakunya. Ini semacam ironi, betapa Densus 88 yang sangat hebat memburu para teroris, kali ini tampaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menangkap pelakunya. Sampai-sampai Kapolri membentuk tim khusus untuk memburu para pelaku. Sungguh ini ujian yang luar biasa bagi polisi kita.

Anehnya, bila pada penembakan sebelumnya polisi segera menyebut pelakunya para teroris. Kali ini polisi buru-buru mengumumkan ini kriminal murni. Kita tidak tahu mengapa bisa seperti ini? Apakah polisi tidak terlalu tergesa-gesa membuat kesimpulan? Karena bisa saja pelakunya sama atau dari kelompok yang sama, meskipun senjata yang digunakan berbeda.

Penembakan kali ini memang bisa menimbulkan banyak tafsir dan spekulasi. Karena polisi itu ditembak di depan kantor KPK. Ada apa gerangan? Apakah ini sengaja atau kebetulan? Tak seorang pun yang bisa menjawabnya sampai pelakunya ditangkap.

Bisa jadi ini upaya untuk pengalihan isu. Bukankah KPK sekarang ini sedang menggarap kasus-kasus korupsi yang melibatkan tokoh dari lingkar dalam kekuasaan. Penembakan ini paling tidak menggeser sementara pemberitaan tentang kasus Hambalang, Century, dan SKK Migas yang sedang sangat serius ditangani KPK.

Boleh jadi ini semacam peringatkan kepada KPK agar hati-hati. Semacam tindakan menakut-nakuti KPK. Pesannya mungkin begini. Kami bisa menembak mati polisi di depan kantor anda. Apa sulitnya menembak anda yang berada di dalam? Atau pesannya adalah, kami semakin mendekati anda KPK, awas!

Tentu saja kejadian ini bisa punya kaitan dengan ketidakpuasan KPK atas vonis terhadap seorang jenderal polisi. KPK berniat naik banding. Mungkinkah ini sebuah peringatan agar KPK tidak bertindak lebih jauh? Namun, bisa juga pesannya justru sebaliknya yaitu, ayo KPK lanjutkan, mengapa hanya satu orang jenderal polisi yang dieksekusi. Ini kami tunjukkan bahwa polisi yang bersalah memang harus dieksekusi, apa pun pangkat dan jabatannya.

Penembakan di depan gedung KPK bisa saja tidak ada kaitan dengan KPK sama sekali. Para pelaku hanya mau buktikan negara ini sama sekali tidak aman. Penguasa yang kini nangkring di pucuk kekuasaan tidak becus ngurusin negara ini, karena itu jangan dipilih lagi partai atau siapa pun yang dekat dengannya. Jadi, penembakan ini ada kaitannya dengan pemilu yang akan datang.

Apa pun motif, dan pesan dari pelaku, satu hal yang sangat jelas. Mereka tidak sedang iseng. Penembakan ini dilakukan oleh orang atau kelompok yang cerdas, brani dan terlatih. Bisa saja kan mereka menembak polisi itu di tempat lain yang lebih sunyi dan aman bagi mereka. Tetapi keputusan untuk menembaknya di depan gedung KPK yang relatif ramai pastilah bukan kebetulan. Paling tidak mereka mau menarik perhatian, entah pehatian siapa. Bahwa kejadian sangat cepat dan mereka tidak teridentifikasi, menunjukkan penembakan ini direncanakan secara rapi dan terukur. Bahwa yang ditembak seorang polisi, bukan tukang ojek, juga menegaskan mereka serius menebarkan rasa takut.

Karena itu pengungkapan kasus penembakan polisi menjadi ujian sangat serius bagi institusi kepolisian. Karena

KITA TAK DAPAT HIDUP TENANG DALAM TEKANAN TEROR!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd