Rabu, 09 Oktober 2013

TOPENG MONYET SHOLAT


Sejumlah anak kecil berkumpul di pertigaan jalan. Terdengar suara ribut tabuhan. Sesekali sejumlah anak berlarian ketakutan, sementara beberapa anak lain tertawa ngakak. Tepat di tengah kerumunan, seekor monyet sedang beraksi. Seperti biasa, hiburan yang dikenal sebagai Topeng Monyet ini sedang memperagakan sejumlah permainan seperti belanja, naik motor, olah raga dan menari payung. Namun kali ini ada yang menarik. Si monyet diberi kopiah dan memperagkan gerakan sholat. Anak-anak tampak suka, mereka tertawa dan mendekat saat si monyet sujud. Gerakan sholat itu dilakukan si monyet berulang-ulang. 



  


Monyet dan binatang lain, tumbuhan, bahkab seluruh alam semesta dengan caranya sendiri sujud kepada Sang Maha Pencipta. Kita tidak pernah tahu secara pasti bagaimana makhluk bukan manusia dan alam semesta bersujud dan memuji Tuhan. Khusus bagi manusia yang muslim sujud dan memuji Tuhan diujudkan dalam bentuk sholat. Sholat adalah ibadah yang terjadwal, teratur, dan terukur. Dalam sholat, manusia harus menempatkan kepalanya di bawah pantatnya sebagai cara untuk menunjukkan ketundukan  kepada Sang Maha Agung. Cara sesembahan ini secara nyata membedakan manusia dari binatang yang biasanya memposisikan kepalanya lebih rendah dari pantatnya saat makan. Sejatinya manusia memang hanya boleh tunduk dan menyembah Allah.

Sholat adalah kewajiban mutlak dalam Islam. Tak boleh ditinggalkan apa pun keadaannya. Bila sudah tak bisa lagi menggerakkan tubuh, cukup menggerakkan kelopak mata. Bahkan jika itupun tak bisa dilakukan boleh hanya mendenyutkan hati mendesahkan bacaan-bacaan wajib sholat. Mengapa sampai demikian?

Karena sholat adalah bentuk komitmen yang nyata bahwa kita beriman dan tunduk pada Allah. Komitmen itu tidak cukup hanya ditunjukkan dengan ucapan pengakuan keimanan, tetapi harus diujudtunjukkan dengan denyutan hati, lafal di lidah dan keterlibatan tubuh. Ini bermakna seluruh totalitas kemanusiaan, rohanijasmani sepenuhnya tunduk pada Allah.

Sholat harus dilakukan secara terjadwal, teratur, dan terukur. Artinya ada waktu tertentu untuk pelaksaan setiap sholat, dilakukan lima kali setiap hari, dan jelas berapa rakaat tiap sholat. Fakta ini mengandung makna yang sangat dalam. Apa pun keadaannya, sholat harus tetap dilakukan dengan aturan yang jelas dan pasti. Kegiatan apa pun harus ditinggalkan untuk melaksanakan sholat. Setiap muslim harus memperhitungkan betul semua rangkaian kegiatan yang dilakukannya setiap hari, agar tidak mengganggu pelaksanaan sholat. Dengan pelaksanaan yang terjadwal, teratur, dan terukur ini diharapkan setiap orang yang sholat sungguh menyadari dan menghayati kehadiran Allah yang disembahnya. Bahwa Allah hadir kapan dan di mana pun ia berada. Allah melihat apa pun yang dilakukannya, di tempat yang tersembunyi gelap gulita, apalagi di tempat terbuka. Alllah tak pernah berkedip apalagi tertidur.

Dalam konteks inilah mengapa sholat ditegaskan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Apakah orang berani melakukan perbuatan keji dan mungkar bila ia menyadari dan menghayati bahwa Allah hadir, bahwa Alllah lebih dekat daripada urat lehernya?

Sayangnya, kebanyakan kita yang sholat masih dalam kategori STMJ, sholat teratur maksiat jalan, sholat terjadwal maling jagoan. Sangat jelas, yang salah bukanlah sholatnya, tetapi penghayatan kita terhadap makna terpenting sholat yang hendak menanamtegaskan kehadiran Alllah. Kita sholat, tetapi kehadiran Alllah tidak kita rasakan.

Fakta ini yang membuat tontonan Topeng Monyet sholat menjadi menarik. Si monyet melakukan gerakan sholat tidak dengan kesadaran. Ia lakukan karena perintah majikannya dengan harapan tidak dipukuli dan mendapat makanan. Baginya sholat hanyalah ritual yang harus dilakukan sebagai bagian dari rangkaian permainan yang harus dipertontonkan. Si monyet tidak memahami gerakan sholat yang dipraktikkannya, apalagi menghayatinya. Ini berarti monyet pun bisa sholat bila dilatih, tetapi ia tidak pernah merasakan apa pun sebagai dampak perbuatannya itu. Ia lakukan itu hanya sebagai sebuah kewajiban bagi majikannya. Itulah sebabnya, meskipun si monyet melakukan gerakan sholat itu puluhan bahkan ratusan kali setiap hari, pastilah tak berdampak apa pun pada perilaku si monyet. Kadang,

MANUSIA BEDA-BEDA TIPIS DARI BINATANG, BAHKAN ADA MANUSIA YANG LEBIH HINA DARI BINATANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd