Catatan
bagi karibku Hendarman
Menjadi manusia yang baik lebih
menantang tinimbang menjadi dewa penguasa. Thor adalah jagoan dan pahlawan di
dunia para dewa. Ia pernah mengalahkan raksasa yang sangat perkasa dan ditakuti
hanya dengan sekali pukulan menggunakan martil, senjata andalannya. Thor
melakukan pertarungan yang sangat luar biasa melawan penguasa dunia gelap.
Pertarungan ini bukan saja beresiko menghancurkan dirinya, juga seluruh
kerajaan dan rakyatnya. Ia lakukan ini bukan karena ingin menjadi kaisar,
penguasa yang memiliki segalanya. Tetapi karena cinta pada wanita, manusia
biasa yang berumur pendek dan rentan. Tidak seperti dirinya, yaitu dewa yang
tidak digerogoti maut dan penyakit.
Dengan bantuan wanita yang dicintainya,
Thor dapat menghancurkan penguasa dunia gelap. Itu berarti Thor menyelamatkan
kerajaan, bangsanya dan sembilan dunia dari genggaman penguasa dunia gelap dan
kehancuran. Karena itu ayahnya menobatkan Thor sebagai kaisar, penguasa
sembilan dunia. Thor menolak. Ia katakan, menjadi manusia yang baik lebih baik
daripada menjadi kaisar!
Thor memang sangat layak menjadi
kaisar. Ia dewa pilihan di antara para dewa. Ia memiliki segalanya. Namun, ia
memilih untuk menjadi manusia yang baik. Pilihannya dilandasi rasa cinta yang
sangat mendalam. Sikap Thor sangat bertentangan dengan sikap adiknya yang
menghalalkan segala cara untuk menjadi kaisar.
Mengapa kuasa dan jabatan bagai magnet
bagi sebagian orang?
Karena kuasa dan jabatan dikira
sepenuhnya madu. Jarang disadari bahwa kuasa dan jabatan juga berisi banyak
racun.
Oleh sebab itu tidak sedikit manusia
yang menuhankan kuasa dan jabatan. Mereka melakukan apa saja, menghalalkan
segala cara untuk mendapatkannya. Menyogok, memfitnah, menakut-nakuti,
menteror, sampai membunuh. Pesona kuasa telah menyihir mereka, merubah mereka
menjadi monster. Koq segitunya ya?
Mereka menjadikan kuasa dan jabatan
sebagai tujuan. Dengan kuasa dan jabatan mereka bisa menguras dan merampok apa
saja. Tak peduli itu milik orang banyak atau hak negara. Dengan kuasa dan
jabatan dalam genggaman, mereka bebas membuat beragam aturan dan prosedur yang
memungkinkannya menumpuk harta, gengsi, dan status sosial. Dengan itu semua,
mereka menjadi pengatur dan penentu. Kuasa dan jabatan digunakan untuk
memanipulasi, memutarbalikkan kesalahan jadi kebenaran dan sebaliknya. Dengan
cara itu mereka menjadi kaya rasa, meskipun biasanya mati jiwa.
Pada umumnya orang yang kemaruk kuasa
dan jabatan kayak begini selalu menampilkan diri dan membangun citra sebagai
orang yang baik, shaleh, dermawan, peduli, dan selalu berbagi. Meskipun jika
berbagi, ia memberi seribu dan mengambil semilyar. Namun, yang mendapat seribu
yakin si pembagi itu sangat baik hati. Padahal rompak! Rajanya rampok!
Pejabat model begini tega membangun
istana bagi diri dan keluarganya dengan menggadaikan wewenang, menjual
kehormatan institusi dengan harga murah. Mereka fikir dengan cara ini mereka
bisa memastikan anak cucunya bisa hidup bahagia kelak dikemudian hari. Cara
berfikir seperti inilah yang menjerumuskan banyak penguasa dan pejabat menjadi
Firaun. Merasa diri Tuhan. Bisa mengatur dan menentukan segala-galanya. Padahal
itu cuma ilusi naif.
Meski dalam jumlah yang lebih sedikit,
masih ada penguasa dan pejabat yang memahami dan menghayati kuasa dan jabatan
hanyalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan mulia. Mereka mengembangkan
filosofi, kuasa dan jabatan itu hanyalah sandal jepit. Gunakan bila berguna,
dan lepas jika bisa membuat terpeleset. Mereka berikhtiar untuk tetap amanah
dan jujur. Tidak menjadikan kuasa dan jabatan sebagai komoditi yang bisa
digadai dan diperjualbelikan. Jika kuasa dan jabatan itu harus dilepas, apalagi
utuk mempertahankan kejujuran, mereka melepasnya seperti buang hajat dipagi
hari. Dibuang sampai hilang dan tidak dilihat lagi, dengan ikhlas.
Itulah sebabnya mengapa Thor memilih
menjadi orang baik daripada kuasa dan jabatan. Ia sangan faham tujuan-tujuan
dan tipuan-tipuan kuasa dan jabatan. Ia tahu memang sangat sulit menjadi orang
baik, dan
LEBIH SULIT LAGI MENJADI ORANG BAIK SAAT
BERKUASA DAN BERJABATAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd